Share

Julid si Nurdin

Aku menatap kedua putraku silih berganti, menanti jawaban apa yang akan mereka berikan untukku.

“Mama tidak perlu khawatir soal itu, karena Aldo tahu bagaimana sakitnya Mama,” jawab Aldo. “Kakak tidak sebodoh Papa,” imbuhnya.

Sementara Aris, bocah itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon. Mungkin otak polosnya belum sampai ke tahap itu.

“makasih Sayang, kalian sudah selalu ada untuk Mama,” ucapku. Kembali kurengkuh kedua putraku ke dalam pelukan ini.

Lama kami saling berpelukan.

Aku menarik diri, kembali menatap mereka silih berganti.

“Kalian tidak boleh benci sama papa ya! Kalian juga tidak boleh benci sama Mama baru kalian,” nasehatku.

“Kami tidak mau punya Mama tiri. Kami hanya memiliki satu Mama dan akan selamanya hanya satu,” sargah Aldo cepat.

“Tapi sebentar lagi kalian akan punya adik baru lho! Yakin enggak mau punya mama tiri ?” godaku. Aku tahu ke dua putraku memang sangat menyukai anak kecil.

Meskipun hati ini hancur berkeping, Aku tidak ingin anak-anakku tumb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status