Tingkah Aldo Setiap sebulan sekali aku memang selalu mengadakan jalan-jalan bersama dengan para karyawanku. Tujuanku untuk mempererat hubungan emosional diantara kami, selain partner kerja. Mereka selalu antusias setiap kali kami melakukan trip. Aku bangga karena Kami selalu bisa bekerja sama dalam tim. Mereka sering curhat denganku. Mereka juga selalu berdiri di gardan terdepan setiap kali ada orang yang mengusikku. Karena adanya mereka Reno tidak pernah menemuiku di rumah sakit. Lelaki itu trauma karena pernah diulti oleh para karyawanku. “Put, aku ikut,” ucap Lucas. “Oke. Jam 08.00 harus sudah stand by di sini,” jawabku. “Om baik nggak ikut?” tanya Aris penuh harap. Aku melihat mas Farid hanya diam saja ketika Lucas sibuk berceloteh tentang rencana healing kami minggu depan. ”Om baik enggak bisa ikut, ya?” Tanya Aris penuh perhatian. Mas Farid mengulas senyuman tipis sebe
HebohAku terperangan mendengar jawaban dari Putra sulungku itu. Dia memang selalu membuat aku Culture shock. Belum hilang syok yang semalam, sekarang ia kembali membakit adrenalin dalam diri ini.Aku sudah tidak lagi menimpali Aldo karena berdebat dengannya yang ada hanya akan menguras energiku saja. Pasti akan ada saja alasan darinya. Aku memilih masuk ke dalam mobil dan menunggu mereka di sana.Anakku Memang sudah benar-benar gede sekarang. Anak seusia Aldo memang usia yang lagi gila-gilanya anak mencari jati diri. Mereka selalu penasaran dengan semua hal dan selalu ingin mencoba semua hal baru.Berawalnya kenakalan remaja itulah ketika anak-anak seusia Putra sulungku. Aku memijat pelipis, membuang nafas kasar, aku harus semakin memperbanyak stok kesabaranku dalam menghadapi tingkah anak yang mulai menginjaki usia remaja ini.Tidak boleh terlalu dikekang dan juga tidak boleh terlalu dibebaskan karena kedua hal itu akan berakibat fatal bagi anak-anak seusianya.‘Ya Allah, bimbing a
Bagai teriris sembilu, apa yang mas Alfi lakukan membuat hatiku hancur, jiwaku meronta. Cinta yang seharusnya hanya untukku kini telah Ia bagi. Janji manisnya kini telah sepahit empedu. Di hadapan mataku dia menjalin kasih dengan wanita lain. Aku sebagai istri dan juga Ibu dari anak-anaknya tidak lagi ia anggap. Bahkan di ketika dia berada di sisiku, hati dan fikirannya ada pada wanita lain. Teguran lembutku yang menyebut namanya tidak lagi ia hiraukan. Ketika aku berteriak, meronta, bahwa Allah tidak adil, tapi ada satu hal yang menyadarkanku. Setelah hujan pasti akan terbit pelangi. Ini hanyalah ujian. Allah sangat menyayangiku. Mungkin Allah cemburu karena aku lebih mencintai hamba-Nya ketimbang Sang Khalik. Aku tahu, bahwasanya Allah memang begitu cemburu terhadapku. Tangisku kini tak lagi untuk-Nya. Aku terlalu mendewakan hamba-Nya sehingga Allah menegurku untuk menyadarkan hati yang gelap ini. Tidak ada pencinta yang tak sakit hatinya ketika melihat kekasihnya mendua. Mung
Kutatap langit yang kelam. Namun, dipenuhi hiasan bintang. Meskipun tanpa rembulan, hiasan bintang cukup memanjakan mataku. Diantara beribu bintang, hanya kejoralah yang paling terang. Di Antara beribu cinta hanya kasih ibu yang paling tulus. Demi kedua buah hatiku, aku akan melakukan apapun untuk mereka. Jika banyak yang mengatakan cinta itu butuh pengorbanan, maka menurutku cinta itu butuh perjuangan. Iya. Aku akan berjuang demi kedua buah hatiku. Tak kubiarkan rubah betina merebut kebahagiaan kedua buah hatiku. Aku akan memperjuangkan apa yang seharusnya aku perjuangkan. Dan mempertahankan yang seharusnya menjadi milikku. Itulah tekadku. Kupandang benda pipih berbentuk persegi panjang yang berada di tanganku. Tak tersisa satupun status dari aplikasi perpesanan berlogo hijau yang berada di kontakku, yang belum aku lihat. Namun aku masih enggan untuk berpaling dari benda pipih yang berada di tanganku. Dari WhatsApp Aku beralih untuk membuka Facebook, entah berapa banya
Sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga.Sebaik apapun menyembunyikan bangkai pasti akan tercium juga.Selama ini aku menutup telingaku. Aku tidak pernah mempercayai orang-orang yang selalu memberitahuku, jika mas Alfi bermain serong di belakangku.Allah Maha adil, Allah membuka kebusukan Mas Alfi dengan begitu indah, Allah memberitahuku orang-orang yang selama ini terlihat baik di hadapanku namun menusuk dari belakang.Tanpa sadar adik iparku berbalas komentar dengan selingkuhan mas Alfi. Adik iparku pasti tidak menyangka jika perselingkuhan kakaknya akan terbongkar karena kecerobohannya.Mungki selama ini mereka menganggapku wanita bodoh, tidak tahu apa-apa dan tidak bisa apa-apa.Akan ku buktikan kepada mereka siapa diriku sebenarnya“Assalamualaikum, Ma.” Sapaku setelah mengangkat panggilan dari ibuku.“Waalaikumsalam. Gimana kabar kamu nak?” Tanya wanita yang pujaanku dari seberang sana.“Alhamdulillah. Putri baik, Ma!” “Syukurlah.”“Mama sendiri, gimana keadaan n
“Benar. Buk, tapi Ibu Putri tidak perlu khawatir karena penumpangnya semua selamat, dan dalam keadaan baik-baik saja.” Ujar guru yang mendampingi Aldo dalam mengikuti kompetisi.“Alhamdulillah. Syukurlah, Buk. Jika tidak ada korban jiwa.” Bagai terlepas dari himpitan batu besar.“Bagaimana dengan kompotisi Aldo?” Tanya ku.“Kami terpaksa menyewa angkutan umum untuk melanjutkan perjalanan. Karena bus sekolah yang kami tumpangi tidak bisa lagi melanjutkan perjalanan.”“Seperti itu lebih baik.”“Saya tutup dulu Bu teleponnya. Saya harus menghubungi wali murid yang lain.”“Iya. Buk. Assalamualaikum.”“Waalaikumsalam.”Sibuk berkutat dengan pekerjaan rumah, aku tidak mendengar panggilan dari mas Alfi.Usai melakukan tugas harianku, aku memilih berbaring di sofa untuk melanjutkan pekerjaanku. Pekerjaan yang menghasilkan cuan. Karena aku harus bisa berdiri di atas kaki sendiri, tanpa mengharap kepada mas Alfi.Benar apa kata para emak-emak, pekerjaan yang tidak pernah ada hari libur, ataupun
Satu jam lebih telah terlewati, mas Alfi tidur dengan nyenyak di kamar kami. Aku sengaja mengacak-acak penampilanku. Menipiskan warna gincu yang menghiasi bibirku. Aku sengaja membuatnya sedikit belepotan ke samping.Setelah merasakan penampilanku begitu sempurna, aku keluar untuk menemui ular betina. Aku sengaja mengganti bajuku dengan lingeries “Mas Alfi, akan menginap. Dia memintamu untuk pulang sendiri.” Ujarku setelah selingkuhan mas Alfi keluar dr mobil.“Kamu nggak usah menipu, aku! Aku tidak akan pulang sendiri. Mas Alfi yang membawaku kemari.”“Apa untungnya menipu ular betina kayak kamu?” Tunjukku berada tepat didepan wajahnya.Mutia menepis tanganku. Nama ular betina yang ingin menghancurkan rumah tanggaku adalah Mutia. “Singkirkan tanganmu itu.”“Ih ih takut!” Aku sengaja berpura-pura ngeri.“Aku tidak akan pergi dari sini, sebelum mas Alfi keluar menemuiku.” tegas Mutia“Tunggu aja. Sampai kamu tumbuh berakar pun aku nggak masalah. Namun kamu tidak boleh bersedih jika se
Bab 6.Terkadang hidup itu memang tidak adil bagi sebagian orang, menurut pemikirannya. Kendatipun demikian tidak ada yang patut untuk di ratapi karena meratapi tidak akan menyelesaikan permasalahan. Orang tua yang merasakan enaknya, tapi malah anak yang mendapat imbasnya. Hatiku teriris pilu ketika mengingat nasib anak-anak malang akibat perbuatan orang tuanya, karena hakikatnya tidak ada anak yang ingin dinasabkan kepada ibunya. “Kurang lebihnya seperti itu.” Jawab pak Ustadz dengan nada tegasnya. Hatiku seperti tersentil mendengar jawaban dari pak ustad. Jiwa kepo ku kian maronta ingin tahu lebih jauh mengenai anak di luar nikah. “Jika memang anak diluar nikah dinasabkan kepada ibunya, dan anak itu perempuan, siapa yang akan menjadi wali nikahnya kelak, Pak Ustadz.?” Tanya aku yang sudah seperti wartawan. Pak ustad tersenyum gentir menatap ke arahku. “Hanya hakim satu-satunya orang yang berhak menikahkan anak diluar nikah.” jawab Pak ustadz setelah membuang nafas beratnya. “