Share

Merajut Kasih Yang Hampir Sirna
Merajut Kasih Yang Hampir Sirna
Author: Princess Belda

bab 1 Terbongkar perselingkuhan

Bagai teriris sembilu, apa yang mas Alfi lakukan membuat hatiku hancur, jiwaku meronta.

Cinta yang seharusnya hanya untukku kini telah Ia bagi. Janji manisnya kini telah sepahit empedu. Di hadapan mataku dia menjalin kasih dengan wanita lain.

Aku sebagai istri dan juga Ibu dari anak-anaknya tidak lagi ia anggap. Bahkan di ketika dia berada di sisiku, hati dan fikirannya ada pada wanita lain. Teguran lembutku yang menyebut namanya tidak lagi ia hiraukan.

Ketika aku berteriak, meronta, bahwa Allah tidak adil, tapi ada satu hal yang menyadarkanku. Setelah hujan pasti akan terbit pelangi.

Ini hanyalah ujian. Allah sangat menyayangiku. Mungkin Allah cemburu karena aku lebih mencintai hamba-Nya ketimbang Sang Khalik. Aku tahu, bahwasanya Allah memang begitu cemburu terhadapku.

Tangisku kini tak lagi untuk-Nya. Aku terlalu mendewakan hamba-Nya sehingga Allah menegurku untuk menyadarkan hati yang gelap ini.

Tidak ada pencinta yang tak sakit hatinya ketika melihat kekasihnya mendua. Mungkin selama ini aku telah menduakan posisi Rabb ku di hati ini. Kuseka air mata yang membasahi pipi. Aku kuatkan hati, jiwa dan raga yang telah rapuh ini. Aku beranjak dari dudukku untuk menyucikan diri dari hadast. “Aku akan kembali kepadamu ya Rabby.” tekadku

Tiada kekuatan melebihi kekuatan doa karena doa adalah senjata orang mukmin.

Kini aku merajut kembali hubungan ku dengan Sang Khalik, hubungan yang telah merenggang yang membawa aku menjauh dari Nya, bahkan sering aku melupakan-Nya.

Di kesunyian malam aku mulai bersujud, bersimpuh menyerahkan diri hanya untuk Tuhanku.

Tangisku tidak lagi tertuju untuk pengkhianatan mas Alfi. Aku tegarkan jiwa agar air mata ini hanya menetes ketika aku mengingat dosa-dosa yang pernah aku perbuat. Teguran dari yang Maha Pengasih yang begitu indah menyadarkan diri ini untuk kembali kepadaNya.

“Ampuni Aku ya Robbi selama ini aku telah menjauh darimu, ampuni aku yang sering mengabaikan kewajibanku terhadap-Mu. Ampuni aku yang terlalu mengejar dunia daripada ridhoMu. Ampuni aku yang lebih mencintainya daripada mencintai-Mu.”

***

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Perkenalkan nama aku Putri, orang tua ku memberikan nama itu karena aku adalah hasil buah cinta di antara mereka. Aku merupakan anak sulung dari tiga bersaudara.

Ibuku berharap dengan nama Putri aku akan menjadi layaknya seorang putri raja yang selalu dimanjakan oleh sang pangeran. Juga selalu di cintai oleh rakyatku. Sedari kecil kedua orang tuaku begitu menyayangiku dengan penuh kasih dan sayang. Apa pun yang aku inginkan pasti akan dipenuhi, selagi mereka mampu.

Nama panjangku Putri Rahayu, seorang putri yang cantik jelita. Ya, aku memang berparas cantik mungkin di dalam kampungku, akulah yang paling cantik! Sombongnya aku dalam memperkenalkan diri, tapi enggak papalah, ya? Untuk menghibur luka di hati ini!

Kicauan burung menghiasi pagi cerahku. Sebuah notif dari handphone ku, membuyarkan lamunanku.

“[Assalamualaikum. Jika kamu sedang tidak sibuk tolong hubungi aku]”

Aku pun bingung membaca isi pesan di aplikasi perpesanan di Handphone-ku, pasalnya itu adalah nomor yang tidak aku kenal. Namun, kenapa ia memintaku untuk menghubunginya?

Tanpa pikir panjang aku pun menghubunginya.

Setelah sepersekian detik panggilan pun terhubung.

“Assalamualaikum.” Terdengar suara seorang wanita begitu lembut dalam mengucapkan salam di seberang sana.

“Waalaikumsalam.” Jawab aku.

“Maaf jika aku boleh tahu, ini dengan siapa ya?” Tanya aku lembut.

“Apa benar ini Mbak Putri?” Dia bertanya balik.

“Iya benar ini dengan saya sendiri. Maaf ada keperluan apa ya, mbak?”

“Perkenalkan nama saya Ani, saya mantan istrinya Mas Alfi!”

Bagaikan pedang menusuk ke ulu hati manakala aku mendengar tutur kata Mbak Ani. Sekuat tenaga aku menggenggam handphone di tanganku supaya tidak terjatuh kelantai. Udara yang segar di pagi hari membuat dadaku sesak, penglihatanku mulai kabur butiran-butiran bening mengalir membasahi pipi tanpa permisi. Seluruh persendianku melemas. Aku terduduk ke lantai. Aku tak mampu untuk mengeluarkan bahkan hanya sepatah kata.

“Tiga hari yang lalu, mas Alfi menceraikan aku secara agama.” Aku mendengar wanita di seberang sana mulai terisak

“Aku mengenal mas Alfi empat tahun yang lalu, dan ia menghalalkan aku setelah kami menjalin kasih kurang lebih dua tahun.” Aku masih belum menanggapi ucapan wanita di seberang sana.

“Aku mau minta maaf sama Mbak. Aku tahu aku salah. Aku telah menghancurkan rumah tangga kalian. Aku telah merebut Mas Alfi dari Mbak dan juga anak-anak. Kini karma telah menimpaku. Kini Mas Alfi telah menemukan wanita lain dan ia mencampakkanku. Wanita itu meminta Mas Alfi untuk menceraikan aku.” Aku mendengar wanita di seberang sana semakin menangis sesenggukan.

Aku seka air mata yang telah membanjiri pipi indahku. Aku tak ingin terlihat rapuh di depan manusia. “Saya tidak tahu harus menjawab apa Mbak. Jika Mbak minta maaf saya memaafkan. Namun, satu hal harus Mbak ingat pernah ada air mata ini di sepertiga malamku untuk mendoakan suamiku. Jika Mbak sudah selesai berbicara, maka saya akan menutup telepon ini.” Ucap aku lembut. Sebisa mungkin aku menahan amarah yang kini telah memenuhi seluruh ubun-ubunku.

“Sekali lagi maafkan saya Mbak!” Pinta wanita di seberang sana.

“Assalamualaikum.” Tanpa menunggu merespons darinya, aku langsung mematikan sambungan telepon dengannya.

Aku mencoba bangkit berdiri dari lantai, kemudian menghempaskan tubuhku ke sofa. Luka yang ditorehkan oleh mas Alfi begitu dalam.

Dalam kurun waktu, hitungan menit, aku dikejutkan oleh dua fakta. Allah telah menjawab doa-doaku selama ini.

Memang para tetanggaku pernah mengatakan tentang mas Alfi yang bermain curang di belakangku. Namun, aku tak pernah menggubris ucapan mereka. Aku begitu percaya dengan suamiku.

Tanpa berpikir panjang, aku pun menghubungi mas Alfi. Namun sayangnya panggilan dariku di-reject oleh mas Alfi. Aku mencoba menghubungi mas Alfi untuk kedua kali dan lagi-lagi ia mengreject panggilan dariku. Akhirnya aku memutuskan untuk mengirim pesan kepada Mas Alfi.

“[Assalamualaikum, Mas. Kapan Mas pulang?]”

Lama aku menunggu tidak ada respons darinya padahal ia sedang Online. Angin yang sepoi-sepoi tidak bisa mendinginkan panasnya lara di hatiku. Sebisa mungkin aku berprasangka baik terhadap suamiku. Namun prasangka itu hilang di ketika kenyataan datang.

Dering di handphone-ku, menyadarkan aku dari lamunan. Begitu aku melihat, tertara nama my husband di layar. “Assalamualaikum Mas.” Sapaku begitu panggilan kami terhubung.

“Mas Alfi sedang mandi. Ada keperluan apa ya, kamu menghubunginya?” Terdengar intonasi lembut dari seberang sana.

“Bukan kah seharusnya aku yang bertanya kepadamu? Mengapa HP suamiku berada di tanganmu?” Aku, mencoba mengatur emosiku sebisa mungkin.

“Salam kenal kakak tertua, sebentar lagi aku akan menjadi madumu!” Usai mengatakan demikian dia pun memutuskan sambungan telepon sebelah pihak.

Tak ada lagi yang bisa kuharapkan, tak ada lagi yang bisa aku tunggu. Semua telah terbukti. Mas Alfi telah mengkhianatiku. Aku jadikan sofa sebagai tempat menampung berat bebanku.

jangan lupa follow akun good novel Princess Bella supaya tidak ketinggalan info di Jika aku membuat cerita baru

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status