Share

mengusir pelakor

Bab 7

Terkadang otak licik itu dibutuhkan di saat lagi mencekik.

kita harus lebih picik ketika melawan orang yang licik.

Seperti yang aku lakukan saat ini.

“Pinggang saya buk, aduh sakit banget. Tolong bantuin saya berdiri buk.” Pintaku kepada ibu-ibu yang mengerumuniku dengan nada yang begitu lirih dan menyayat hati.

“Nggak usah sandiwara, kau!” teriak Mutia sambil berusaha untuk kembali berdiri.

“Ayo bu kami bantu.” Ujar Bu ana, istri pak RT sambil mengulur tangan ke arahku yang aku sambut dengan senyuman hangat.

“Kamu itu yang sandiwara.” Bu Ijah menunjuki wajah Mutia. “Udah jadi pelakor, malah ingin mencelakakan istri sah. Datang pula ke rumah istri sah. Memang nggak punya malu ya!” Mulut pedas Bu Ijah mulai keluar.

Aku mengukir senyuman tipis, setipis mungkin bahkan tidak ada yang menyadarinya.

“Betul tuh ibu-ibu, kita seret aja dia dari sini.” Salah satu ibu-ibu menimpali dengan penuh emosi.

“Ayo ibu-ibu kita seret dia.” Teriak ibu-ibu yang lain tak kalah emosinya ketika
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status