Share

Tega, Kamu Mas!

Wilona berada di kamar tidur dan merebahkan tubuhnya. Rasanya ia benar-benar ingin tertidur. “Ah... Aku capek sekali” gumam Wilona dari dalam hati.

Beberapa menit kemudian, akhirnya Wilona berhasil tertidur. Sementara itu, Siska tengah sibuk memasak nasi goreng di dapur. Ia sangat tahu bahwa Wilona belum sarapan dan ingin memasakan nasi goreng untuknya. Hal itu ia ketahui saat perut Wilona tidak henti-hentinya mengamuk.

Setelah selesai memasak, Siska pun berniat untuk memberitahukannya pada Wilona. Namun, saat melihat Wilona yang tengah tertidur pulas, Siska menjadi tidak tega membangunkannya dengan bergumam, “Kasihan sekali Wilona”

Siska memutuskan untuk membiarkan saja Wilona beristirahat dan dirinya sendiri juga sudah merasa lelah. Sambil sesekali menguap, Siska pun menuju ke kamar tidurnya dan mulai tidur.

Jam telah menunjukkan pukul 19:00 Malam namun Wilona belum juga terbangun hingga tantenya membangunkan Wilona dengan lembut. “Wilona, ayo bangun sayang” ujarnya. Wilona pun bangun dengan mengucek kedua bola matanya. Terlihat, Wilona begitu lama tertidur dan kini perasaannya mulai fresh. Siska tersenyum lalu mengajak Wilona untuk makan malam bersama. Namun, Wilona masih mengatakan belum lapar.

“Jangan seperti itu Sayang... Tante sudah masak makan enak untuk kamu” bujuk tantenya.

“Iya, Tante” ujar Wilona yang tidak tahu harus menolak dengan cara apa.

Namun, saat hendak berjalan tiba-tiba saja Wilona merasa kesakitan dibagian kakinya. Siska langsung sigap merangkul Wilona dan mendudukkannya di kasur. Wajahnya serius seakan sedang ingin mengintrogasi Wilona.

“Kenapa dengan kaki kamu Wilona?” tanya tantenya. Wilona kembali teringat saat dirinya didorong dengan kasar oleh suaminya saat berada didalam ruang kantor.

“Tadi... Tadi aku sempat keseleo” ujar Wilona.

“Keselo dimana? Perasaan Tante tidak melihat kamu keseleo saat di rumah ibumu dan di rumah Tante” ujar Siska.

“Aku keseleo waktu prepare ke rumah Ibu” ujar Wilona berbohong.

“Astaga, kalau begitu kamu jangan bergerak dulu ya biar Tante saja yang mengambilkan kamu makanan nasi gorengnya” ujar Siska.

Siska mulai menuju ke arah dapur sedangkan Wilona diam-diam mencoba menghubungi suaminya namun tidak ada jawaban, membuat Wilona merasa was-was. Meskipun saat ini Aris telah mengecewakan hatinya, namun ia tetap berstatus istri sah dan mana ada istri sah mau membebaskan suaminya bersama wanita lain.

Siska kembali ke kamar tidur sambil membawakan makanan dan air minum. Dengan tersenyum ia pun berkata, “Ini nasi gorengnya! Kalau masih kurang kamu tinggal kasih tahu ke Tante. Sekarang, Tante mau ke dapur dulu, soalnya Tante juga lapar he he” ujar Siska sambil tertawa kecil.

“Terimakasih, Tante Siska” ujar Wilona.

Siska mengangguk lalu pergi meninggalkan Wilona yang hendak makan malam. Sementara Wilona yang tidak bernafsu untuk melahap nasi goreng tersebut dengan terpaksa dia melahapnya walaupun sesekali ingin muntah akibat terkena penyakit mag. Bukan karena rasa nasi gorengnya tidak enak, bahkan rasanya sangat enak. Hanya kondisi Wilona memang memprihatinkan.

Malam ini secara tidak sengaja Wilona telah berhasil menghabiskan nasi goreng di piring yang ia bawa. Dengan begitu, Wilona tidak akan merasa bersalah kepada tantenya yang telah baik kepadanya. Benar saja, tantenya pun kembali guna untuk melihat Wilona apakah sudah memakan nasi goreng atau belum. Melihat piring tersebut sudah tidak tersisa nasi goreng, tantenya pun senang lalu menawarkannya lagi.

“Wah... Apa mau Tante ambilkan lagi nasi gorengnya? Karena kebetulan lagi banyak tersisa” ujar Siska.

“Aku sudah kenyang Tante” ujar Wilona.

“Baiklah, Sayang. Sini piringnya biar Tante cuci di wastafel” ujar Siska.

Wilona pun mengatakan bahwa ia akan mencucinya sendiri. Namun, Siska tidak mengizinkannya karena ia masih khawatir melihat kondisi Wilona yang belum pulih.

“Kamu baru membaik Wilona. Sebaiknya kamu istirahatlah dulu” ujar Siska.

“Tidak apa-apa kok, Tante. Aku sudah cukup beristirahat sedari tadi dengan cara tidur sepuasnya. Malahan... kalau sekarang aku tidur lagi rasanya malah jadi tambah pusing saja he he” kekeh Wilona.

Mendengar perkataan Wilona, Siska pun tidak dapat mempaksakan Wilona untuk beristirahat. Lalu mereka pun bersama-sama mencuci perabotan di wastafel dapur hingga perabotan tersebut terlihat kinclong. Apalagi cara nyuci Wilona yang sangat lihai membuat Siska takjub kepada Wilona.

“Terimakasih Wilona, kamu sudah membantu Tante membersihkan perabotan-perabotan ini” ujar Siska.

“Aku juga berterimakasih sama Tante yang sudah membuatkan aku nasi goreng. Jujur, rasanya enak sekali tapi sayang... Aku lagi tidak enak badan” ujar Wilona jujur.

Kemudian, Tante Siska pun menyuruh Wilona untuk kembali ke tempat tidur karena jam sudah menunjukkan pukul 11 :20 Malam. Wilona mengiyakan dan segera menuju ke kamar tidur. Sesaat kemudian, Wilona pun tertidur dan bermimpi sedang berada di beberapa bunga yang sangat cantik. Ada bunga matahari, bunga kembang kertas, bunga mawar dan masih ada banyak lagi bunga-bunga cantik lainnya.

Namun, yang menjadi pusat perhatian ketika Wilona mendengar suara panggilan yang sedang memanggil namanya dari arah belakang. Wilona menolehkan tubuhnya dan betapa terkejutnya saat ia melihat ibunya tengah tersenyum kepadanya. Wilona menghampirinya dan menangis di pangkuan sang ibu.

“Ibu, Wilona takut sekali... Ibu jangan tinggalkan Wilona lagi hiks” pinta Wilona.

Memang, ibunya tidak menjawab apapun. Hanya saja, Wilona dapat merasakan sentuhan hangat tangan ibunya. Seakan-akan sedang mengelus rambut panjangnya dengan begitu lembut. Wilona memeluk ibunya dengan erat seakan ia tidak ingin kehilangannya lagi. Namun, samar-samar terlihat ada banyak kupu-kupu yang mengelilingi ibunya dan perlahan bayangan ibunya pun mulai menghilang.

Akibat mimpi tersebut, Wilona pun sampai terbangun dari tidurnya. Air matanya mengalir deras seakan ia dapat merasakan pelukan nyata dari sang ibu. “Ibu, tolong kuatkan lah aku” gumam Wilona dari dalam hatinya.

Dua hari telah berlalu dan kini Wilona putuskan untuk pulang. Ia hanya merasa tidak enak hati jika terlalu lama menumpang di rumah tantenya. Meskipun tantenya sangat bersedia mengizinkan Wilona untuk lebih lama lagi tinggal bersamanya. Wilona pun mengutarakan niatnya tersebut kepada Siska. Awalnya Siska keberatan namun Wilona sudah tegas dengan pilihannya untuk pulang.

“Kamu mau pulang apa sudah akan dijemput sama Aris?” tanya Siska.

“Tidak, Tante. Kan Aris lagi berada di luar kota” ujar Wilona berbohong.

“Sesibuk apapun dia seharusnya dia bisalah menyempatkan waktu buat menjemput kamu” ujar Siska.

“Enggak ah... Aku tidak ingin merepotkan mas Aris” ujar Wilona pelan.

Siska terlihat geram namun ia sudah kehabisan kata-kata. Dengan cepat, dia pun mengeluarkan dompetnya dan memberikan beberapa uang merah kepada Wilona sambil mengatakan bahwa uang itu buat sewa ojek. Siska juga menegaskan bahwa Wilona tidak boleh menolak bantuannya. Wilona terharu dengan kebaikan hati Tantenya dan Wilona juga berterimakasih kepada tuhan karena telah menyisakan Tantenya yang baik kepada dirinya. Jika tidak ada beliau, mungkin Wilona akan menjadi gelandangan akibat tidak memiliki uang sepeserpun.

Singkat cerita, Wilona telah memesan ojek online dan ojek online tersebut sangat cepat datangnya. lalu Wilona berpamitan pada Tantenya sebelum Wilona benar-benar pergi.

“Tante, aku pergi ya” ujar Wilona.

“Hati-hati dijalan Sayang!” seru Siska pada keponakan itu yang kini telah berlalu.

Wilona juga memutuskan untuk datang kembali ke kantor suaminya. Bukan karena ingin mengemis dan minta rujuk, hanya saja Wilona ingin mengambil mobilnya yang tidak sempat dia setir karena terlanjur diusir oleh sekuriti waktu itu.

“Stop... Pak!” perintah Wilona saat sudah sampai di depan pintu pagar gedung perusahaan milik Aris.

“Berapa, Pak bayarannya?” tanya Wilona.

“20.000 Ripah, Mbak” ujarnya.

Wilona langsung membayarnya dengan uang pas karena saat ini ia hanya ingin menghemat pengeluaran. Si ojek online itupun langsung pergi saat Wilona telah membayarnya. Ketika Wilona hendak masuk, sekali lagi dia dihadang oleh sekuriti yang dulu mengusirnya.

“Maaf, Bu Wilona. Ibu dilarang untuk memasuki area perusahaan. Ini atas perintah Pak Aris dan Bu Syahnaz” ujarnya dengan gugup.

Yah... Wilona memang tahu bahwa pak sekuriti tersebut hanya menjalankan perintah. Namun, Wilona juga merasa kesal dengannya yang tetap tidak mau mendengarkan alasannya. Beberapa kali Wilona memberikan alasan, sekuriti itu tetap tidak mempedulikan Wilona. Dulu, Wilona ingat saat sekuriti itu hendak dipecat oleh suaminya. Namun, Wilona menyelamatkan dirinya hingga sekuriti itupun tidak jadi di pecat. Kini, semua kebaikannya dibalas dengan kekecewaan.

“Pak, saya mohon izinkan saya masuk! Setelah saya masuk ke dalam mobil, saya pasti segera pergi dari sini” ujar Wilona sembari memelas.

Syahnaz keluar dari dalam gedung dan melihat kedatangan Wilona. Kebetulan juga, perkataan Wilona telah sempat ia dengar.

“Hei, ngapain kamu kesini!” teriak Syahnaz yang kini menatap Wilona dengan tajam.

Syahnaz menampakkan dirinya yang kini sudah berpakaian ala bos kantoran. Wilona menatapnya dengan tatapan terkejut sekaligus sedih. Dulu Wilona sangat ingat, ketika suaminya mengatakan bahwa hanya dirinyalah satu-satunya istri bos dan tidak akan tergantikan. Namun, perkataannya tidak dapat dipercaya dan sampah! Wilona berusaha agar tidak menangis didepan Pelakor. Karena air matanya terlalu mahal untuk menangis dihadapan sampah seperti Syahnaz. Wilona menghela nafas dengan lumayan panjang. Lalu dia turunkan melalui mulut dengan perlahan namun pasti.

“Syahnaz, kamu cocok juga pakai seragam itu” ujar Wilona dengan berpura-pura cuek namun sebenarnya nyesek.

Syahnaz juga tidak kalah ekpresif ia bahkan tersenyum lebar sampai bibirnya terlihat melebar. Syahnaz juga semakin menyombongkan dirinya dengan mengatakan bahwa Wilona telah dibuang dan tidak berguna. Wilona tersenyum walaupun senyumannya hanyalah palsu.

“Kamu itu kotor” ujar Wilona.

“Apa... Hei, jaga ucapanmu!” teriak Syahnaz yang mulai tersulut emosi.

“Apa kamu tidak sadar wahai pelakor yang sangat menjijikkan hingga baunya menusuk ke hidung!” seru Wilona dengan nada meledek.

Beberapa karyawan yang diam-diam menguping pada senang mendengar perlawanan Wilona. Syahnaz menyadari mereka telah mengintip dan menguping lalu Syahnaz pun memerintahkan mereka untuk pergi. Mereka langsung berlari berhamburan saat mendengar teriakan Syahnaz.

“Hei, sampah! Aku kesini tidak ingin melihatmu tapi aku ingin mengambil mobilku yang masih terparkir dihalaman parkir!” seru Wilona padat dan jelas.

“Mobil kamu? Apa saya tidak salah dengar?” tanya Syahnaz dengan pura-pura pikun.

Beberapa detik kemudian, Aris datang dan Syahnaz pun mengadu kepadanya. Kemudian Aris pun tertawa dengan terbahak-bahak. Sedangkan Wilona tidak mengerti mengapa suaminya tertawa padahal tidak ada hal yang lucu?

“Ngapain kamu tertawa?” tanya Wilona heran.

Aris mengernyitkan dahinya lalu mendekati Wilona. Nampak dari raut wajah Syahnaz sedikit kurang suka alias cemburu ketika suami Wilona berbicara sangat dekat dengan Wilona. Aris mulai mengatakan bahwa mobil tersebut adalah miliknya. Sehingga, Wilona tidak memiliki hak untuk mobil tersebut. Syahnaz tersenyum sumringah ketika mendengar perkataan Aris yang sangat menyakiti perasaan Wilona.

Wilona yang sedang kesal lantar berbicara, “Bukankah mobil itu adalah hadiah saat aku berulang tahun?” tanya Wilona dengan mata memerah. Ia mencoba untuk menahan air matanya yang sebentar lagi akan jatuh juga.

“Mantan istriku yang bodoh... Itu dulu dan sekarang telah berbeda. Jadi, jangan harap kamu mau merasakan hasil uangku! Sedikitpun saya tidak akan memberikanmu uang!!!” teriak Aris hingga mampu membuat air mata Wilona terjatuh tak tertahankan.

Wilona tidak habis pikir bahwa Aris bakalan seperti ini. Wilona yang sudah menangis menatap kedua wajah orang ini. Aris dan Syahnaz, mereka berhasil melumpuhkan hatinya dengan Bertubi-tubi.

“Mas Aris! Sini... Jangan dekat-dekat sama dia!!!” teriak Syahnaz kepada Aris dan menariknya untuk menjauhi Wilona. Sebelum Aris pergi, Wilona berlutut di kakinya memohon agar mobil tersebut jangan di rebut.

Bukannya Wilona ingin merasakan uangnya, namun Aris telah memberikan hadiah mobil itu untuknya dan tidak seharusnya di tarik lagi. Ini semua rasanya tidak adil bagi Wilona. Setelah Wilona menyerahkan dirinya sewaktu dulu kepada Aris, ia mengingat ucapan-ucapan romantis dari mulut Aris yang selalu mengatakan bahwa akan menyayangi Wilona selamanya. Namun apa balasannya sekarang?

”Mengapa kamu berubah mas!” teriak Wilona saat melihat Aris dan Syahnaz pergi masuk kedalam gedung meninggalkan Wilona yang masih berlutut dan menangis sesenggukan. Beberapa karyawan ikut menangis namun mereka tidak berani mendekati Wilona karena takut menanggung resiko. Wilona pun meninggalkan gedung itu dengan perasaan hancur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status