Beranda / Romansa / Merebut Suami Kakakku / 1. Kejutan yang Menyakitkan

Share

Merebut Suami Kakakku
Merebut Suami Kakakku
Penulis: Marssky

1. Kejutan yang Menyakitkan

Penulis: Marssky
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-16 13:50:34

“Ada acara apa ya, Pak Agung? Kenapa di depan rumah banyak mobil?” tanyaku pada sopir pribadiku.

Jam satu siang, aku baru pulang kuliah dan langsung melihat banyak mobil terparkir di depan rumah. Termasuk mobil milik kekasihku. Aku benar-benar tidak tahu ada acara apa di dalam, karena kedua orang tuaku maupun kakakku tidak memberi tahu apa pun.

“Bapak juga nggak tahu, Neng… Tapi sebelum berangkat jemput, Bapak melihat Mas Daren datang bersama keluarganya.”

Senyumku langsung merekah mendengar ucapan Pak Agung. Apa Daren datang untuk melamarku? Tapi kenapa cepat sekali? Bukannya dia bilang akan datang setelah aku lulus?

Daren pernah bilang bahwa ia akan datang ke rumah bersama orang tuanya setelah aku lulus kuliah. Sementara sekarang aku masih dalam tahap menyusun skripsi, bahkan belum tahu kapan aku akan lulus. Jadi kenapa Daren tiba-tiba muncul tanpa memberi kabar apa pun?

Apa ini sebuah kejutan darinya? Hatiku langsung meletup membayangkannya. Dengan cepat aku keluar dari mobil dan bergegas masuk ke dalam rumah.

“Aku pulang…!” sapaku riang dengan suara melengking.

Namun begitu masuk, semua perhatian langsung tertuju padaku. Langkahku terhenti, dan aku hanya bisa tersenyum canggung ketika melihat tatapan tajam dari Ibu. Mataku kemudian mencari sosok Daren, dan ketika menemukannya, senyumku muncul begitu saja.

Aku berjalan menghampirinya dan duduk di sampingnya.

“Alina, ngapain kamu duduk di situ? Sini!” tegur Ibu sambil menepuk tempat di sampingnya, menyuruhku pindah.

Mau tak mau, aku segera bangkit dan pindah duduk. Kedua orang tuaku memang belum tahu bahwa aku berpacaran dengan Daren. Aku belum pernah mengajaknya ke rumah atau memperkenalkannya secara resmi. Daren sendiri pernah bilang bahwa ia belum siap bertemu keluargaku.

Satu-satunya yang tahu tentang hubungan kami hanyalah kakakku, karena beberapa kali ia tak sengaja memergoki kami saat sedang berkencan di mal.

Karena itulah, Ibu mungkin mengira aku tidak sopan duduk di samping seseorang yang belum kukenal.

“Ini anak bungsumu, ya, Jeng?” tanya seorang wanita pada Ibu. Dari wajahnya, aku bisa menebak bahwa beliau adalah ibu dari Mas Daren—keduanya punya kemiripan yang tak bisa disangkal. Dan pria yang duduk di sampingnya pasti ayahnya.

Ayah Daren adalah seorang pengusaha sukses yang bisnisnya tersebar di mana-mana. Tak heran banyak wanita mengagumi dan menyukai Daren; ia adalah pewaris tunggal dari keluarga yang begitu mentereng itu. Dan aku… aku selalu merasa sangat beruntung bisa memilikinya.

“Iya, Jeng…” jawab Ibu sambil tersenyum.

“Cantik sekali.”

Mendengar pujian itu, pipiku langsung panas. Aku memang sering dipuji cantik, tapi mendengarnya langsung dari orang tua Daren… rasanya jauh berbeda. Seolah ada sesuatu yang menggelitik hatiku, antara malu, bangga, dan gugup campur jadi satu.

“Terima kasih, Tante…” ucapku tersenyum manis ke arahnya

“Ah…nggak juga, Jeng…lebih cantik anak sulungku.”

Aku langsung diam saat ibuku mengatakan itu, ku tatap dirinya yang sedang merangkul kakakku yang sedang tersipu malu sama seperti aku tadi. Aku tersenyum kecil walau sedikit pedih, ini bukan pertama kalinya ibu memuji kakak dan mempermalukanku.

Sudah berulang kali ibu melakukannya, setiap kali mereka datang ke pesta kolega. Ibunya pasti akan selalu menyanjung kakaknya dan tak mempedulikannya. Kadang aku merasa bukan anggota keluarga ini.

Andai ayah tak perhatian padaku. Mungkin aku sudah memanggap diriku adalah anak pungut. Tapi setiap kali ibu berkata jahat akan ada ayah yang selalu membelaku dan kini aku melihat senyuman tulus ayah padaku, seolah memberi penenang untukku

“Karena semua anggota keluarga sudah di sini. Bagaimana kalau kita lanjutkan pembicaraan tadi.” Ayah Daren tiba-tiba berbicara, aku tak tau pembicaraan apa yang sebelumnya mereka bicarakan. Apa mereka membicarakan tentang lamaranku?

Aku buru-buru menatap Daren, mencari jawaban dari sepasang mata yang selalu membuatku tenang. Tapi Daren justru menunduk, menghindari tatapanku. Dadaku langsung terasa sesak. Ada apa sebenarnya? Kenapa hanya aku yang tidak tahu apa pun?

Lalu aku kembali menyapu ruangan dengan pandangan dan aku baru sadar pakaian mereka semua tampak rapi dan mewah, termasuk kakakku. Dan hanya aku yang datang dengan pakaian seadanya.

Benar-benar seperti orang luar di rumah sendiri.

“Pembicaraan apa, ayah?” tanyaku menatap Ayah meminta penjelasan.

Ayah tersenyum padaku. “Hari ini kakakmu di lamar sama Nak Daren, mereka akan melangsungkan pernihakan dua bulan lagi.”

Duniaku runtuh seketika mendengar ucapan Ayah. Kenapa kakakku? Kenapa bukan aku? Padahal yang berpacaran dengan Daren di sini adalah aku. Kakak tahu itu—ia tahu semuanya.

Lalu kenapa dia menerima lamaran Daren? Apa selama ini mereka punya hubungan di belakangku? Apa mereka berselingkuh? Pertanyaan-pertanyaan itu tak henti-hentinya muncul, memenuhi kepalaku hingga terasa mau pecah.

“Kamu senang kan, kakakmu mau menikah?” tanya Ibu. Aku menoleh dan memaksakan senyum tipis, menutup luka yang semakin dalam di hatiku.

Pandangan mataku kemudian jatuh pada kakak. Ia menunduk, seolah tak berani bertemu tataku. Entah itu karena malu, merasa bersalah… atau hanya berpura-pura. Namun aku bisa merasakan sesuatu yang lain—seakan ada kegembiraan tersembunyi karena sekali lagi, ia berhasil merebut apa yang menjadi milikku.

Selama ini aku selalu mengalah untuknya. Kasih sayang Ibu? Dia yang mendapatkannya. Setiap barang yang aku punya dan ia inginkan, Ibu selalu berpihak padanya—membiarkan aku menangis dan memberikan semuanya kepada kakak. Dan sekarang… bahkan kekasihku pun ia rebut.

“Selamat ya, Kak…” ucapku dengan suara yang bergetar, penuh luka yang berusaha kutahan. “Sekarang kakak menang—lagi.”

Tanpa menunggu reaksi siapa pun, aku langsung bangkit dan melangkah pergi. Suara Ayah memanggilku terdengar samar, memintaku kembali. Ibu bahkan sempat meneriaki, menyebutku tidak sopan.

Tapi aku tidak peduli.

Biarlah.

Untuk sekarang, aku hanya butuh menjauh. Butuh ruang untuk bernapas, untuk menenangkan diri dari rasa sakit yang begitu dalam hingga membuat kakiku hampir tak sanggup melangkah.

Sesampai di kamar, aku menutup pintu pelan dan bersandar di belakangnya. Sayup-sayup, suara mereka masih terdengar dari ruang tamu, membahas kebahagiaan yang tidak seharusnya menjadi milik kakakku.

Aku menekan dadaku dengan kuat. Rasanya sesak. Sakit. Mendengarkan orang yang kita cintai akan menikah dengan orang lain itu sudah menyiksa…tapi jika orang itu adalah kakak kita sendiri?

Rasanya jauh lebih hancur.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Merebut Suami Kakakku   5. Hadiah Terakhir

    Tubuhku terdorong dan terhempas di atas kasur. Jantungku berdetak semakin kencang saat melihatnya ikut naik, merangkak perlahan mendekat. “M–mau ngapain, Mas?” tanyaku dengan suara bergetar, mataku penuh ketakutan.Aku bergeser mundur, berusaha menjauh sebisa mungkin sampai punggungku menabrak dinding. Nafasku tersengal. “Mas… cukup! Jangan mendekat!” pekikku tanpa sadar, rasa panik menyelimuti seluruh tubuhku.Mas Daren sama sekali tak menghiraukan teriakanku. Ia tetap mendekat dengan tatapan tajam yang terasa mengancam.“Akh—!” aku terpekik ketika pergelangan kakiku ditarik, membuat tubuhku terjatuh dan terlentang di atas kasur tanpa sempat menahan diri.Dalam hitungan detik, Mas Daren sudah berada tepat di atasku. Kedua tangannya bertumpu di sisi kepalaku, membuat tubuhnya membentuk bayangan besar yang menutup ruang gerakku.Mas Daren menunduk sedikit, napasnya jatuh di wajahku, terasa panas, membuat seluruh tubuhku menegang dengan kedua lengan yang masih mengurungku.“Mas… kamu bi

  • Merebut Suami Kakakku   4. Akhir Hubungan?

    Awalnya ia hanya diam. Beberapa menit berlalu tanpa satu kata pun keluar dari mulutnya, hingga akhirnya aku mendengar suaranya yang bergetar.“Aku… terpaksa, Sayang. Ayah mengancamku. Dia bilang akan memisahkan aku dari Ibu… bahkan akan melukai Ibu kalau aku menolak perjodohan ini.” Ia menunduk, kedua tangannya saling menggenggam erat. “Kamu tahu kan… Ibu adalah segalanya buat aku. Aku sudah pernah cerita, keluargaku nggak harmonis karena Ayah yang temperamental. Dia nggak akan segan-segan menyakiti Ibu kalau sedang marah.”Aku terdiam, mencoba mencerna setiap kata yang baru saja ia ucapkan. Suaranya, ekspresinya, cara kedua bahunya sedikit bergetar, semuanya terlihat begitu menyedihkan. Tapi entah kenapa, hatiku tetap terasa perih.“Lalu… kenapa Kakak?” tanyaku pelan, menahan getir yang hampir merayap ke suaraku. “Kenapa bukan orang lain? Kenapa harus kakakku sendiri?”Mas Daren menghela napas panjang, terdengar seperti seseorang yang sudah lama menahan beban.“Karena Ayah yang memil

  • Merebut Suami Kakakku   3. Berpindah Hati?

    Setelah Ayah keluar dari kamarku, aku langsung mengurung diri. Aku tidak keluar sama sekali, bahkan ketika Ayah datang lagi mengetuk pintu, memanggilku untuk makan malam. Aku menolak dan bilang kalau aku sudah kenyang.Di dalam kamar, aku hanya duduk melamun, menunggu pesan dari Mas Daren, menunggu penjelasan dari pria itu. Aku masih penasaran, masih tidak bisa menerima kenyataan kenapa Mas Daren tega melakukan ini padaku. Mengkhianatiku dengan melamar kakakku sendiri.Kalaupun benar Mas Daren sudah berpindah hati, setidaknya ia harusnya memutusan hubungan kami lebih dulu. Bukan seperti ini dan malah menyakitku.Pikiranku terus berputar, memutar ulang setiap momen kami. Kata-katanya, senyumnya, caranya menggenggam tanganku, semuanya terasa seperti kebohongan besar sekarang. Apa selama ini ia hanya berpura-pura? Atau ada sesuatu yang berubah tanpa aku sadari?Aku meraih ponselku lagi. Layar itu kosong, tak ada satu pun pesan darinya. Setiap detik yang berlalu membuat dadaku semakin ses

  • Merebut Suami Kakakku   2. Keegoisan Seorang Kakak

    Kudengar ketukan pelan dari luar pintu kamarku. Dengan cepat kuhapus air mata yang masih menempel di pipi, lalu menoleh ke arah pintu.“Siapa?” tanyaku, suaraku terdengar parau setelah terlalu lama menangis.“Ini, Kakak…”Begitu mendengar suaranya, aku segera bangun dari tempat tidur. Tatapanku datar mengarah ke pintu. “Kenapa ke sini?” tanyaku dingin.“Kakak boleh masuk? Kakak mau bicara sebentar,” ucapnya lembut.Sebenarnya, aku tak pernah memiliki masalah dengannya. Kakak tidak pernah memarahiku seperti Ibu. Dia tipe yang pendiam, kami hanya akan bertegur sapa jika kebetulan bertemu di luar.Di rumah pun, kami jarang berbicara. Sepulang kerja, kakak akan langsung masuk ke kamarnya, begitu juga aku. Kami biasanya hanya bertemu di meja makan, itupun dalam diam, tak ada yang berani memulai pembicaraan.Aku selalu takut Ibu marah jika melihatku bicara dengan kakak. Ibu melarangku untuk terlalu dekat dengannya. Itu sebabnya kami tidak pernah benar-benar akrab. Dan baru kali ini kakak da

  • Merebut Suami Kakakku   1. Kejutan yang Menyakitkan

    “Ada acara apa ya, Pak Agung? Kenapa di depan rumah banyak mobil?” tanyaku pada sopir pribadiku.Jam satu siang, aku baru pulang kuliah dan langsung melihat banyak mobil terparkir di depan rumah. Termasuk mobil milik kekasihku. Aku benar-benar tidak tahu ada acara apa di dalam, karena kedua orang tuaku maupun kakakku tidak memberi tahu apa pun.“Bapak juga nggak tahu, Neng… Tapi sebelum berangkat jemput, Bapak melihat Mas Daren datang bersama keluarganya.”Senyumku langsung merekah mendengar ucapan Pak Agung. Apa Daren datang untuk melamarku? Tapi kenapa cepat sekali? Bukannya dia bilang akan datang setelah aku lulus?Daren pernah bilang bahwa ia akan datang ke rumah bersama orang tuanya setelah aku lulus kuliah. Sementara sekarang aku masih dalam tahap menyusun skripsi, bahkan belum tahu kapan aku akan lulus. Jadi kenapa Daren tiba-tiba muncul tanpa memberi kabar apa pun?Apa ini sebuah kejutan darinya? Hatiku langsung meletup membayangkannya. Dengan cepat aku keluar dari mobil dan b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status