Menit demi menit hingga beberapa jam terlewati begitu saja. Dua insan yang baru saja disatukan kembali dalam ikatan suci itu masih bergumul mesra di atas ranjang berukuran king size tersebut.
Keduanya larut dalam peluh yang bercampur nikmat tersebut. Desahan demi desahan saling bersahutan di antara mereka yang saling menikmati permainan panas dengan berbagai macam gaya tersebut. Ruangan ber AC yang telah disetel paling dingin itu pun tak bisa menutupi hawa panas akibat terbakar gairah dari keduanya. Baik Midea, yang belum hilang efek dari parfum perangsang yang tanpa sengaja dihirupnya, maupun Justin, yang telah lama menahan hasrat lelakinya, dikarenakan terlalu lama tak menyalurkannya kepada seorang wanita. Karena faktor itu jugalah, makanya Justin dulunya amat membenci Midea yang seorang model dewasa serta diketahui mengencani banyak pria. Bahkan rasa benci Justin kian memuncak kala Midea telah dengan sengaja dan juga terang-terangan menjebak dirinya agar bisa menikahinya. Pernikahan yang tak pernah dijalaninya dengan bahagia. Sampai akhirnya ia menikahi Namira, anak bungsu dari Jason. Barulah Justin menemukan arti kebahagiaan dari pernikahan itu yang sebenarnya. Serta mengabaikan Midea tanpa mau perduli Midea berbuat apa di luar sana. "Ahkh!" Midea kembali mendesah dalam kenikmatan yang ia rasakan untuk kesekian kalinya. Pinggulnya terus meliuk-liuk dengan liar di atas tubuh Justin dengan gayanya yang erotis. Justin sendiri hanya bisa menikmati sensasi bercinta ala Midea yang tengah bersikap nakal dan binal itu. Malam ini kekuasaan penuh ia berikan pada istrinya. Meskipun ia tau jika istrinya itu di bawah pengaruh obat perangsang. Untungnya, Justin cepat menemukan Midea. Sehingga ia bisa menyelamatkan ibu kandung dari putranya ini. Justin semakin bergairah melihat wajahnya Midea saat istrinya itu merasakan sensasi nikmat dalam permainan yang mereka mainkan. Ia melakukan sesuatu pada dua kuncup milik istrinya itu dengan tangan kekarnya, agar Dea semakin menari dengan liar di atas tubuhnya yang telah basah karena peluh. Sementara Midea tak perduli pada apa yang sedang dilakukan Justin terhadapnya. Yang penting hasrat seksualnya tersalurkan dengan cepat. Ia bersyukur di dalam hatinya jika tubuh yang sedang ia naiki saat ini adalah milik pria yang telah ia gugat cerai sebelumnya. Midea memang tak pernah mau jika tubuhnya disentuh oleh lelaki lain. Walaupun ia di kenal nakal, tetapi sebenarnya ia risih jika harus diajak bergelut di atas ranjang dengan lelaki yang tak pernah ia suka. Dengan berbagai cara dan alasan ia lakukan untuk mengelabui para pria nakal agar ia bisa mengelak dari pria yang mengajaknya ke atas ranjang. Meskipun ia harus membius mereka agar tertidur lelap tanpa ia harus kehilangan uang mereka. "Ahhhhhh ..., " desahan Midea yang panjang menandai jika kali ini ia benar-benar telah mendapatkan puncak kenikmatannya untuk kesekian kalinya. Kini ia terkulai lemas di atas tubuh kekar milik ayah dari putranya itu, seiring rasa sakit di kepalanya mulai muncul kembali. Sedangkan Justin sendiri tersenyum lega saat melihat binar kepuasan dalam diri wanita yang baru saja dinikahinya kembali ini, meski pun dalam keadaan terpaksa untuk kedua kalinya. Akan tetapi pernikahan terpaksa nya kali ini membuat pria beranak dua ini bahagia, dikarenakan ia bisa mengikat kembali ibu dari anak-anaknya dalam pernikahan setelah perseteruan yang cukup lama selama ini. Perseteruan yang sebenarnya membuat mereka sama-sama tersakiti dan juga berimbas pada anak-anak. Hanya saja tak satupun dari mereka yang mau mengalah dan memahami akan perasaan masing-masing pasangannya. Justin membiarkan tubuh indah milik istrinya berada di atas tubuhnya untuk beberapa saat sambil mereka berdua mengatur nafasnya kembali. "Are you tired, Baby?" tanya Justin seraya mengusap lembut punggung polos sang istri. Midea tak menyahut. Wanita ini terlalu lelah dalam percintaannya barusan. Bahkan detak jantungnya Justin membuat wanita itu terlena saat terdengar cepat di telinganya, membuat dirinya tanpa sadar memejamkan netranya dan terhanyut perlahan ke dalam mimpinya. "De," panggil Justin saat tak ada sahutan dari Dea. "Midea," panggilnya kembali saat ia merasakan hembusan nafas Midea yang hangat nan tenang. Ia mengintip dari celah rambut yang menutupi wajah manis istrinya itu. Justin menyibak pelan rambut lembut Midea dan mendapati sang istri yang telah tertidur pulas di atas tubuh kekarnya. Justin tersenyum kecil seraya memindahkan tubuh ramping istrinya ke samping. Justin memandangi wajah cantik sang istri meski pun terlihat cukup lelah karena percintaan mereka barusan. "Sleep well tonight my D and sweet dreams, Dear, " ucap Justin berbisik pelan seraya menutup rapat tubuh polos sang istri dengan selimut. Justin tersenyum lebar sembari menggeleng pelan kepalanya saat teringat kejadian enam tahun yang lalu di mana dulunya ia juga menikahi wanita ini dengan terpaksa dan juga bermaharkan jam tangan mahal dirinya. Lalu malam ini, kejadian serupa ternyata terjadi lagi. Hanya saja malam ini adalah malam ia merasakan kebahagiaan yang besar. Entah ia bersyukur, atau mengutuk kejadian yang terjadi pada Midea. Jika bukan karena kejadian malam ini, mungkin hingga kini Justin masih menjadi duda jomblo abadi. "Besok aku akan meresmikan pernikahan kilat kita dan akan ku pastikan kalau kamu akan menjadi Ratu di hatiku dan juga keluargaku yang paling bahagia, my D," ucapnya pelan seraya mengecup lembut keningnya Midea. Senyum pria itu semakin lebar sembari menggeleng pelan kepalanya saat ia teringat awal pertemuannya dengan wanita ini. Saat itu di hotel ini dan ia terjebak di situasi yang sama . Hanya saja korbannya saat itu adalah dirinya. "My De. You know that, if you are the first for me," ucapnya berbisik sembari merebahkan tubuhnya di samping tubuhnya Midea yang terlelap itu. "Besok pagi adalah awal baru bagi kita bersama, De. Aku harap kamu bisa berdamai denganku demi anak-anak. Aku juga berharap kamu bisa mencintai aku kembali, walaupun aku tau mungkin sulit buat kamu. Tapi bagiku itu sudah lebih dari cukup, De," ucapnya seraya menatap wajah manis istrinya. "Aku mencintaimu. Maaf kalau aku terlambat menyatakannya," bisiknya pelan di telinga sang istri. Satu kecupan lembut ia daratkan di keningnya Midea. Lalu Justin memejamkan kedua matanya menyusul Midea yang telah duluan larut dalam mimpinya. Mimpi yang membawa wanita itu kembali ke masa lalunya. Tanpa mereka sadari jika takdir telah menentukan jalannya bagi sepasang suami istri yang baru saja menikah kembali itu. Bahwa besok pagi bukanlah hari yang seperti Justin pikirkan, melainkan hari yang membuat Justin harus lebih banyak berjuang untuk mendapatkan kembali apa yang akan hilang. Satu takdir yang mengubah jalan rencana dan cerita rumah tangganya Justin.Tanpa berkata apapun Jasmine bangun dari duduknya dan berkata ketus plus sewot, "Lain kali kamu aja yang hamil!"."Aduh, enggak gitu, De," ralat Justin yang terlambat. Jasmine sudah keburu naik tangga dan memilih masuk kamar."Tuh, kan, Bunda, marah. Daddy sih," tegur Keyra."Bunda, lagi sensi. Ga apa, nanti baik sendiri. Kalian makan terus. Nanti telat ke sekolah. Habiskan. Sayang Bunda udah capek-capek masak,"sahut Justin.Pria itu menemani anak-anaknya sarapan terlebih dahulu. Lalu baru balik ke kamar, dan mendapati istrinya sedang bersandar pada headbord ranjang. Wanita itu sedang membaca buku tanpa memperdulikan kehadirannya."De, aku pamit kerja, ya?" ujar Justin. Namun yang diajak ngomong hanya membisu tanpa mau merespon apapun.Justin mendekati Jasmine dan hendak menciumnya tapi Jasmine mengelak. Dan terjadi lagi. Justin harus membujuk istrinya lagi."De, aku mau kerja, kamu jangan gitu, dong. Senyum ya," bujuk Justin.Jasmine tetap pada mode cuek bebeknya. Wanita itu terus fo
Pukul 4 pagi. Justin baru bisa tertidur lagi setelah berkutat pada bumbu dan alat dapur demi memenuhi porsi makan istri dan jabang bayi. Meskipun ia terpaksa tidur dengan perut keroncongan.Jasmine yang mendengar bunyi perut yang berasal dari Justin, menyadari satu hal jika tadi ia begitu egois dikarenakan tak teringat sedikitpun untuk menawarkan makan dengan nya."Kenapa tadi aku bisa begitu, ya?" Pikirnya.Jasmine memperhatikan raut wajah pria dalam keremangan cahaya lampu tidur. Ada terselip rasa iba di hatinya. Namun kadang egonya terlalu tinggi untuk menunjukkan sisi ini, demi pria yang ada dihadapannya ini.Jasmine kembali merebahkan tubuhnya dan berusaha untuk tidur. Akan tetapi, ia teringat pada Justin. Jadi merasa bersalah. Ia pun berusaha memejamkan matanya. Namun hanya bisa sesaat, sebelum akhirnya ia berniat bangun. Jasmine keluar kamar, melangkah masuk ke kamar anak-anak yang ada di seberangnya.Memperhatikan dua tubuh kecil yang tengah tertidur pulas. Lalu merapikan seli
Hal yang paling mengesankan dalam hidup adalah saat menjalani hidup bersama dengan orang yang di cinta. Mengobrol bersama, membicarakan tentang masa depan. Menciptakan suasana romantis. Hanya berdua saja.Namun itu tidak berlaku buat Justin. Pria itu sekarang lagi mengalami masa efek jera dari ngidamnya Jasmine. Di mana kondisi sedang fase "pergi sulit namun bertahan sakit"Yah, semenjak Jasmine mengalami fase mood swing nya seorang wanita hamil kembar. Wanita itu seperti dan memang mengalami kepribadian ganda. Layaknya dan memang pun Midea dan Jasmine ada di situ.Justin menjadi bulan-bulanan dari kemarahan dan juga kemanjaannya Jasmine. Oh, tidak. Wanita itu lebih banyak mode juteknya ketimbang manja. Apa lagi jika keinginan idam nya tidak di penuhi saat itu juga. Meskipun pun tawaran bantuan di sekitarnya Jasmine banyak.Namun tetap saja, Justin lah yang selalu menjadi sasarannya. Terlambat memenuhi saja bisa membuat wanita itu marah dan mengomel-ngomel sepanjang waktu. Apa lagi j
Justin turun ke lantai bawah, dan langsung menuju dapur. Mencari sesuatu yang bisa di makan oleh Bumil itu. Ia melihat ke atas meja makan, di mana sisa makanan kenduri telah di susun rapi di sana."Mm, lumayan juga ni, Masih ada sisa daging rendang kesukaan gue dan juga Jasmine," ucapnya senang.Ia pun segera mengambil piring dan nasi secukupnya. Namun ia teringat pada Jasmine yang berisi dua nyawa di perut istrinya itu."Makanan segini pastilah tak cukup untuknya, dia pasti butuh banyak makan," gumamnya seraya mengambil nasi dan lauk lebih banyak lagi.Ia teringat pada ucapan Satria saat sedikit mengeluh pada Retha yang selalu saja kekurangan jika menyangkut soal makan. Adik iparnya itu banyak makan saat mengandung si kembar. Bahkan hingga sekarang pun masih begitu, lantaran masih proses menyusui.Justin tersenyum, dan teringat Jasmine yang kini juga tengah mengandung bayi kembar mereka. Justin yakin, istrinya itu pasti akan mengalami proses yang sama seperti yang Retha alami.Jus
Denting jam dinding klasik yang terletak di sudut ruang tamu, terdengar tujuh kali hingga ke lantai atas. Jasmine membuka matanya perlahan bersamaan detak jam klasik yang terdengar di telinganya. Entah karena rasa kantuk dan lelah yang mendera tadinya, sehingga jam tersebut berbunyi beberapa kali. Tetap saja Jasmine terlelap dalam tidurnya. Larut dalam mimpinya yang acak.Wanita itu menetralisir matanya saat mendapati kamarnya yang gelap, dan hanya sedikit bias cahaya yang masuk dari kaca jendela yang belum di tutup dengan gorden.Jasmine terdiam sejenak, saat merasakan sesuatu yang hangat berhembus di tengkuk nya. Bukan itu saja, ia merasakan perut dan tubuhnya di dekap oleh sebuah tubuh yang kekar. Ia terdiam di tempat, demi merasakan kehangatan yang sudah lama ia rindukan sebenarnya.Entah, karena bathin nya atau bawaan si jabang bayi. Jasmine merasa nyaman saat ini. Suara dengkuran halus yang terdengar di telinganya menjadi nyanyian merdu tersendiri bagi wanita itu.Sayup terdenga
Justine mengernyitkan dahinya saat tamu undangan terus bermunculan datang. Ia menoleh ke Papanya dan bertanya lewat matanya, "mengapa semakin banyak saja tamu yang datang,".Sedangkan Arfan yang di tatap begitu oleh putranya hanya bisa mengangkat bahunya. Seolah memberitahukan," Entahlah Mamamu,"Justin memutar bola matanya, bahwa sebenarnya ia sudah lelah menerima dan menyambut tamu. Apalagi ia melihat Jasmine sudah kewalahan tersenyum dan bersalaman dengan orang-orang yang tidak dikenalnya.Justin segera mencari dan mendekati Mama nya yang ternyata sedang berbincang dengan para ibu-ibu entah dari perkumpulan mana, ia pun berbisik," Ma, kenapa mengundang banyak orang, sih. Kan, udah di bilangin jangan banyak-banyak ngundang orang,".Mona menoleh ke Justin dan menjawab," Gak. Mama ga undang banyak-banyak, kok, Tin. Cuma saudara dan ibu-ibu yang ada di sekitar komplek aja. Udahlah kamu tuh ga usah panik gitu, semua udah di handle sama ibu-ibu komplek," sahut Mona santai."Hah? Apa? Se