Share

Pakaian Kotor

Author: Arka Garneta
last update Last Updated: 2023-03-06 23:17:08

"Dan untuk Ibu, aku membeli mesin cuci dengan uangku sendiri. Tak sedikit pun meminta kepada Ibu," tegas Safira, kini memandang lekat wajah sang mertua. 

Wajah kedua teman Mirah berubah masam, yang tadinya senyum-senyum penuh ejekan sekarang menjadi tak enak dipandang begitupun dengan sang mertua. 

"Kurang ajar! Berani kau bicara tak pantas kepada ibu dari suamimu, hah? Perempuan mandul!" cetus Mirah dengan dada naik turun. Amarahnya menggelora melihat wajah Safira.

Bagai dihantam batu besar yang tiba-tiba turun dari langit. Hati Safira terasa sangat hancur menjadi seperti debu beterbangan. Bibirnya seolah terkunci dan tubuhnya kaku. Hanya air mata yang mulai bergerak perlahan dan lama-lama semakin deras sampai menetes ke sepatunya.

Ia terpaku di tempatnya berdiri memandang ketiga wanita yang menjauh meninggalkannya sambil menggerutu membicarakan dirinya.

***

"Safiraa, Safiraa," teriak Mirah dari lantai dua memanggil menantunya.

Safira yang sedang asyik dengan ponselnya di kamar segera keluar, berlari menaiki tangga, menghampiri ibu mertuanya yang sudah berdiri berkacak pinggang di tempat jemuran.

"Ada apa, Bu?" tanya Safira, terengah-engah.

Rambut yang digerainya tertiup angin yang berembus melalui terali jendela seperti daun-daun melambai dari tanaman yang digantung di tempat menjemur pakaian tersebut. 

Jemari Mirah diketuk-ketuk di atas mesin cuci yang baru dibeli menantunya kemarin. Di balik kacamata persegi panjangnya dua buah bola mata melotot menatap perempuan yang berdiri di depannya. 

"Lihat! Apa ini?" bentak Mirah, menunjuk setumpuk pakaian kotor di dalam keranjang. 

"Pakaian kotor, Bu," jawab Safira, melawan tatapan sang mertua. 

"Kenapa pakaian Ibu dan Zafar tak kau cuci, hah?" tanya Mirah masih bernada tinggi.

Mata Safira melirik ke atas, melihat hanya pakaian miliknya dan Sadam yang tergantung berayun-ayun. Ia sengaja tak mencuci pakaian kotor ibu mertua dan adik iparnya.

Perkataan tak pantas yang dilontarkan Mirah kemarin di kantor tak mudah hilang begitu saja di ingatan Safira, malah membekas dan mungkin tak akan pernah bisa dilupakan sampai kapan pun.

"Kenapa tak kau cuci, Safiraa?" teriak Mirah tambah melotot seakan bola matanya hendak loncat.

Seluruh tubuh Safira gemetar dan keringat dingin mulai muncul di keningnya. Ia melawan ibu mertuanya karena sudah terlalu sering diperlakukan buruk. Perkataan mertuanya kemarin membuat Safira kesal dan jengkel hingga ia tak mau mencuci baju kedua orang itu.

"Ibu masih punya tangan yang bisa digunakan untuk mencuci baju Ibu sendiri dan juga Zafar." Bergetar bibir Safira bicara kepada ibu mertuanya. 

Pasalnya selama ini ia selalu diam dan mengalah, tetapi kali ini luka yang ditorehkan oleh ibu dari suaminya itu sudah terlalu dalam di hatinya. Ia tak pernah menyangka kalau sang mertua akan tega mengatakan kalau dirinya adalah perempuan mandul sampai hampir seluruh orang di ruang kerja mencibir dirinya. Bukan hanya masalah Safira yang belum juga hamil setelah dua tahun menikah dengan Sadam, tetapi ternyata setiap apa pun yang dilakukan Safira menjadi buah bibir di kantornya. 

Perempuan berkulit seputih porselen itu tak habis pikir dengan ibu mertuanya bisa sampai tega menjelek-jelekkan menantu sendiri di tempat mereka bekerja. Memang mereka berdua tak satu gedung, tetapi Mirah memiliki banyak rekan di gedung tempat menantunya bekerja. 

Tak tahan dengan cibiran dan tatapan orang di kantor, Safira memutuskan untuk izin pulang kemarin siang. Bayangkan saja perkara mesin cuci dan skincare yang dibelinya pun menjadi bahan pembicaraan.

"Lancang sekali kau menyuruhku mencuci!"

Tangan kanan Mirah berayun di udara dan sebuah tamparan mendarat di pipi kiri Safira. Sekejap saja pipi putih itu mulai memerah. 

Pipi Safira yang memerah mulai terasa perih dan panas. Sontak tangannya mengelus pipi kirinya. Jantungnya berdetak sangat kencang, terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan ibu mertuanya. 

Mata indah Safira mulai berkaca-kaca. Dadanya terasa sesak seakan terhimpit benda berat. Dari hari ke hari mertuanya semakin memperlakukan Safira dengan buruk. 

"Cuci semua baju itu sampai bersih! Pakai tangan! Mengerti?" bentak Mirah.

"Ta-tapi, Bu—," sela menantunya itu.

"Kalau telingaku mendengar suara mesin cuci, akan aku hukum kau," geram Mirah, menunjuk daun telinganya sendiri.

"Satu lagi, jangan sampai kau mengadu kepada Sadam kalau aku menamparmu tadi." 

Mirah berjalan melewati menantunya, lalu, mendorong punggung Safira hingga terjatuh. Mirah mendengkus kesal dengan kelancangan Safira yang menyuruhnya mencuci sendiri.

"Aah," pekik Safira saat didorong mertuanya hingga terjatuh. 

Panas dan perih di pipinya saja belum hilang, kini, lututnya memerah karena terbentur lantai. Air mata kembali meleleh membanjiri pipinya, sambil terisak ia menyeka pipi yang kemerahan itu seraya terus terisak. 

Pagi itu ia harus mengeluarkan tenaga lebih untuk mencuci baju ibu mertua dan adik iparnya. Padahal mesin cuci yang baru dibelinya kemarin terpampang jelas di depan mata Safira. Justru ia mengganti mesin cuci lama yang rusak agar meringankan pekerjaannya. Sekarang malah harus mencuci menggunakan tangan sendiri. 

Satu per satu baju-baju yang direndamnya tadi mulai dikucek dan disikat. Sesekali Safira menyeka keringat di dahi dan pelipisnya. Air matanya sudah mengering hanya tinggal bekasnya yang berkilau terkena sinar matahari. 

Semua pakaian yang penuh dengan busa sabun mulai dibilas olehnya dan dijemur satu per satu. Tulang belakangnya terasa sangat sakit saat ia meluruskan tubuhnya yang sedari tadi membungkuk.

Akhirnya, semua cucian sudah dijemur. Pekerjaan Safira sudah selesai. Ia menggeliat-geliat karena seluruh tubuhnya terasa pegal-pegal. 

"Mertua jahat," cibirnya, menjulurkan lidahnya. 

Safira duduk sebentar di tempat menjemur pakaian, menikmati angin sepoi-sepoi yang bebas keluar masuk karena tempat jemuran itu tak dipasang jendela kaca hanya terali lebar bermotif terbuat dari besi agar pakaian yang dijemur lebih cepat kering terkena angin dan sinar matahari langsung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mertua Penghancur Pernikahan    Pertemuan Terakhir

    Zafar menyelinap pergi dari rumah malam-malam. Sebenarnya ia pergi siang pun, yakin tak ada yang akan melarangnya. Semua orang di rumah sudah menganggapnya tak ada. Mereka tidak peduli lagi pada Zafar. Laki-laki itu tersenyum getir menoleh ke rumah yang akan ditinggalkannya. Ia tak akan pernah menyesal angkat kaki dari rumah bagai neraka baginya itu. Percuma tinggal di rumah yang sama sekali tidak menganggapnya ada. Percuma ada di tengah-tengah keluarga yang sama sekali tidak pernah peduli tentangnya. Teringat pada mendiang ayahnya, Zafar yakin ayahnya sedih melihat keluarga mereka yang berantakan seperti ini. Laki-laki itu berpikir semua karena keegoisan sang ibu. Zafar bertekad tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki di rumah Mirah. Ia tidak ingin kembali ke rumah itu apa pun alasannya. Muak sudah Zafar bertahan selama ini. Awalnya ada Safira dan Sadam yang peduli padanya meskipun ia kesal pada kakaknya itu. Namun, setidaknya kehadiran Zafar masih ada yang menganggap. Setelah rum

  • Mertua Penghancur Pernikahan    Setelah Kehadiran Ayunda

    Hati Zafar memang sangat kecewa dan marah pada Safira meskipun ia tahu keputusan Safira itu adalah yang terbaik. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ia senang bisa bertemu dengan mantan kakak iparnya itu. Selama ini ia merasa yang peduli padanya hanyalah Safira dan Sadam. Namun, dengan semua hal yang terjadi waktu itu menyebabkan Safira harus angkat kaki dari rumah Mirah dan membuat Zafar merasa tidak ada lagi yang mempedulikannya. Apalagi setelah Sadam menikah dengan Ayunda dan ternyata semua jadi kacau. Sadam seolah lupa kalau ia memiliki seorang adik. Kakaknya itu sibuk dengan tingkah sang istri dan keadaan rumah yang sudah tidak seperti dulu lagi."Keadaan rumah kacau. Aku tak tahan lagi tinggal di rumah yang setiap hari selalu saja dipenuhi keributan sampai-sampai ibu dan kakak-kakakku lupa akan kehadiranku di rumah itu," tutur Zafar. Tatapan matanya fokus ke depan seolah sedang kembali ke rumah yang menurutnya sudah sangat tidak layak disebut rumah. Zafar menginginkan rum

  • Mertua Penghancur Pernikahan    Bertemu Zafar

    "Zafar," ucap Safira setengah berbisik.Ia tidak menyangka akan bertemu adik dari mantan suaminya setelah dua tahun berlalu. Yang membuat Safira sangat kaget adalah keadaan anak itu seperti tidak terurus dan sedang mengamen. Ia pun segera mendekati Zafar untuk memastikan kalau matanya tidak salah lihat.Tidak sengaja anak bungsu Mirah itu menoleh dan langsung terkejut saat seorang wanita yang dikenalnya sedang melangkah mendekat dan jarak keduanya bahkan kini sudah sangat dekat.Dengan tergesa Zafar pun segera melangkah pergi, menghindar dari mantan istri kakaknya itu. Tentu saja teman yang sedang bersama Zafar ikut terkejut karena orang yang sedang mengiringinya bernyanyi berhenti tiba-tiba dan pergi begitu saja."Loh, Zafar," panggil temannya seraya mengejar."Zafar, Zafar, tunggu!" panggil Safira yang juga ikut mengejar bersamaan dengan teman Zafar.Safira berjalan agak cepat bahkan hampir berlari kecil. Awalnya ia hanya ingin memastikan kalau orang yang dilihatnya memang adik dari

  • Mertua Penghancur Pernikahan    Lembaran Baru

    Sungguh sangat sakit menerima kenyatan pahit ini. Pernikahannya dengan laki-laki yang sangat dicintainya kini harus berakhir. Kapal rumah tangganya yang dijaga sepenuh hati ternyata harus karam di tengah laut kehidupan sebelum mencapai tujuan terakhirnya.Tak bisa dipungkiri dan dibohongi, hati perempuan berparas cantik itu sangat bersedih dan hancur. Ia benar-benar tidak menyangka kalau rumah tangga yang dianggapnya harmonis dan baik-baik saja, harus hancur seketika. Air matanya mengalir cukup deras sesaat setelah menerima akta cerai dari pengdilan agama. Statusnya kini sudah jelas dan sah menjadi seorang janda. Tidak pernah terbayang dan terpikir kalau pada akhirnya ia akan menyandang status janda. Tidak pernah sekali pun terbesit di dalam kepalanya untuk berpisah dengan Sadam apapun ujian rumah tangga yang akan mereka hadapi selama Sadam masih membela dan terus berada di sampingnya. Namun, takdir berkata lain. Tuhan mengatakan kalau ia dan Sadam memang sudah harus berakhir.Safira

  • Mertua Penghancur Pernikahan    Gugat Cerai

    Tak ada satu pun yang mengetahui kalau Arif sudah menemui Sadam. Ia sengaja tidak memberitahu Aini apalagi Safira. Arif hanya ingin meluapkan amarahnya pada sang menantu yang sudah berani melanggar janji saat menikahi anaknya. Sebenarnya ia sama sekali tidak puas, tetapi Arif menahan emosi karena Safira memintanya agar tidak lagi berurusan dengan keluarga Sadam. Arif pun menyetujui itu, tetapi dengan syarat Safira harus bangkit, melupakan laki-laki pengecut seperti Sadam. Ia tidak bisa melihat anaknya terus terpuruk dalam kesedihan. Pagi yang sangat cerah Safira sudah mengenakan pakaian dengan rapi. Ia merias wajahnya agar terlihat lebih fresh. Jujur saja, wajah Safira terlihat seperti orang yang sedang sakit. Bagai bunga yang sudah layu. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan perlahan.Setelah beberapa hari mengurung diri, Safira memutuskan untuk ke kantor. Bukan lagi untuk bekerja seperti biasanya, tetapi ia sudah menyiapkan berkas pengunduran dirinya. Ia harus melepaskan

  • Mertua Penghancur Pernikahan    Keterpurukan Safira

    "Bagaimana, Bu?" tanya Arif.Safira yang baru saja tiba di rumah lekas masuk ke kamar tanpa berkata apa pun lagi. Wajahnya sudah dibasahi dengan air mata sejak perjalanan menuju rumah tadi bersama Aini. "Mirah dan Sadam benar-benar keterlaluan, Pak! Tidak punya hati mereka itu!" geram Aini.Aini menahan sang suami yang mau menemui anaknya di kamar. Ia meminta Arif untuk memberik waktu pada Safira. Ibu dari Safira itu menceritakan semua yang terjadi di pernikahan Sadam. Cukup puas karena Safira berhasil mempermalukan Sadam dan juga Mirah. Ia tak banyak membantu karena memang sudah diwanti-wanti anaknya untuk mendampingi saja. "Laki-laki pengecut!" umpat Arif kesal pada sang menantu.Setidaknya kini semua sudah jelas hubungan antara Safira dan Sadam. Perempuan yang merasa sudah dikhianati itu tidak akan mau bersama Sadam lagi meskipun hati kecilnya berat untuk berpisah, tetapi Sadam sudah membuat luka yang teramat besar. Dan itu tidak bisa dimaafkan begitu saja.Tiga hari berlalu Saf

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status