Share

BAB 19

Sengaja aku menempelkan telinga di tembok pembatas kamar ibu mertua. Luar biasa sekali kalimat yang meluncur dari mulut Tika. Bahkan dia tega menyarankan Mas Riza mencari istri baru. Rupa-rupanya anak itu memang harus kuberi pelajaran.

Baru mau melangkah, kudengar suara Bapak mertua masuk rumah. Pakaian yang dia gunakan membuatku memutar otak. Bukankah tadi Tika berkata bapak sedang ke kebun untuk panen jagung?

"Loh, Pak. Katanya habis panen jagung, kok pakaian rapi begitu?" tanyaku sambil mendekatinya. Kuletakkan air minum pesanan Tika di meja ruang tengah.

"Panen jagung? Siapa yang bilang? Bapak habis disuruh ibu beli sarapan. Katanya pengin nasi gudeg depan pasar," jawab bapak mertua. "Tapi maaf Vit. Bapak cuma dikasih uang buat beli tiga bungkus. Nggak beli buat kamu dan Riza."

Aku semakin bingung, bukankah tadi Tika mengiyakan bahwa bapak tetap pergi ke kebun meski sudah tahu ibu pingsan? Mengapa sekarang Bapak berkata dia disuruh Ibu untuk ke pasar membeli nasi gudeg?

"Lah
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status