Share

BAB 6

Tika Hilang 1

"Bun …" panggil Mas Riza saat aku sedang menidurkan Lala dan Risa. Aku menoleh ke arah Mas Riza. Sepertinya ada hal mengganjal yang ingin dia sampaikan. Wajah suamiku terlihat gusar. 

Tetapi aku menahan diri untuk bertanya lebih lanjut. Aku tak ingin membebani pikiranku untuk hal-hal yang belum pasti. Jika memang apa yang membuatnya terusik berhubungan denganku, maka sudah pasti dia akan mengatakannya padaku. 

"Kamu nggak malu kan karena suamimu bukan pekerja kantoran?" suaranya agak bergetar, terdengar penuh keragu-raguan. Jahat sekali yang menyampaikan ini padanya, aku yakin kedua manusia itu yang sudah mengucapkan  hal yang tidak seharusnya diucapkan pada suamiku. 

Hatiku memanas mendengar pertanyaannya. Tumben sekali suamiku terlihat tak percaya diri seperti ini. Entah dimana otak kedua manusia itu. Jika saja bukan orang terdekat suamiku, ingin sekali aku meributkan segala hal yang mereka lakukan padaku. 

"Ada apa, Yah? Ada yang bilang sesuatu ke Ayah?" tanyaku penuh selidik. Ingin kukorek habis sumber kerisauannya. Meskipun kenyataannya aku tahu siapa di balik kecemasan yang mengganggunya. 

"Nggak papa, cuma ngomong aja." Mas Riza merebahkan diri di sampingku. Bohong sekali dia bilang tak ada apa-apa. Wajahnya yang menegang dengan sorot mata tengah memikirkan sesuatu jelas sekali terlihat. Bertahun-tahun hidup dengannya tak akan mudah membuatnya berkelit dariku. 

"Ibu atau Tika yang ngomong, Mas?" tanyaku datar. Aku tahu, insiden pertemuanku dengan Dika pasti sudah sampai di telinganya. Belum lagi ditambah dengan khayalan adegan romantis yang terlihat di otak kedua manusia. Geram sekali aku pada kedua makhluk itu. 

Mas Riza menatapku dengan ragu. Ya… pasti salah satu dari mereka yang menyampaikan kabar busuk itu padanya. 

"Bu … kan. Bukan Ibu atau Tika. Tapi …"

"Siapa, Mas?" 

"Budhe Marni," jawab Mas Riza pendek. 

"Kok bisa Budhe Marni yang ngomong? Atau… Jangan-jangan… Ibu sudah ngasih berita itu ke Budhe Marni?" 

Mas Riza menggeleng mendengar pertanyaanku. Kuputuskan duduk menghadap arahnya. Kutarik Mas Riza untuk mengikuti posisiku duduk. 

"Lantas Budhe Marni dengar dari siapa?" cecarku pada Mas Riza. Gatal sekali ingin kukulik habis kabar sesat itu. Bisa-bisanya semua orang mengetahui hal menjijikkan seperti itu? 

" Budhe dengar dari Bu Dahlan, waktu dia belanja sayur di sana." 

Aku menepuk jidatku keras. Kalau Bu Dahlan si biang gosip itu sudah dengar, artinya sebagian warga di sini juga sudah dengar. 

"Hebat ya, Bu Dahlan bisa tahu info sesat itu. Kira-kira siapa yang ngomong ke Bu Dahlan ya, Mas? Pokoknya kalau ketemu orangnya kubejek-bejek itu mulutnya!" ujarku berapi-api. Mas Riza seketika memucat. Aku yakin dia tahu ibunyalah biang kerok tersebarnya gosip itu. 

"Sudahlah, Bun. Lupakan saja, nanti lama-lama kabar itu menghilang kalau cuma gosip," jawab Mas Riza sambil mengusap pundakku. 

"Nggak bisa gitu, Yah. Jadi tuman nanti. Nyebarin berita palsu kaya gitu. Pokoknya bakal kucari siapa dalangnya! Mau kulaporkan ke polisi sekalian. Biar mulut dan otaknya sama-sama terpakai." Kupasang wajah serius agar Mas Riza tahu aku tak main-main. Paling tidak dia bisa memperingatkan ibunya untuk tidak bicara semau dia. 

"Zaa… Riza! Buka pintunya, Za!" teriak ibu mertua sambil menggedor pintu kamar. Mas Riza buru-buru ke arah pintu. Risa yang kaget dengan teriakan neneknya menggeliat. Kutepuk pelan punggungnya agar kembali terlelap. 

"Ada apa, Bu?" 

"Susul Tika ke tempat kerjanya! Jam berapa ini? Kalau shift pagi harusnya dia sudah pulang! Dihubungi nggak aktif. Bapakmu disuruh nyusul malah ikut kenduren di desa sebelah. Ibu khawatir, Za." Ibu mertua terlihat begitu panik. 

Kulirik jam dinding. Sudah jam sepuluh malam. Memang benar kalau shift pagi harusnya Tika sudah pulang. Jarak dari swalayan tempatnya kerja hanya memakan waktu tempuh tidak sampai setengah jam. 

Tiba-tiba aku teringat kejadian tadi malam. Sial! Kenapa aku bisa lupa dengan perkataan Tika saat menelepon seseorang? Hatiku makin khawatir mengingat dia juga membawa motorku. 

Mas Riza sudah memakai jaketnya dan melesat pergi menggunakan motor. Sementara ibu mertua meracau tidak jelas di ruang tamu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status