Yuni langsung tersadar kala pria itu menepuk bahu Yuni pelan."Ehhh..." teriak Yuni terperanjat tidak siap karena pria itu membuatnya kaget."Kamu tidak apa-apa? kalau ada yang sakit saya akan bawa kamu ke Rumah sakit?" tanya pria itu ingin mengobati Yuni jikalau dia ada luka saat jatuh tadi."Tidak usah, saya baik-baik saja. Maaf ya Tuan saya terburu-buru hingga tidak melihat ada orang di depan saya." Jawab Yuni seraya menunduk karena dia merasa bersalah.Pria itu menatap tajam ke arah Yuni, tersungging senyum yang hanya pria itu yang tahu."Tuan Andrew... Apakah anda tidak apa-apa?" Tiba-tiba saja seseorang pria yang juga memakai jas datang memeriksa pria yang ternyata bernama Andrew."Saya tidak apa-apa, hanya nona ini terlihat terluka." Tunjuk Andrew yang melihat Yuni berdiri dengan luka lecet di tangannya.Yuni yang sadar dirinya diperhatikan, langsung tidak enak karena dirinya yang bersalah."Maaf Tuan, saya tidak apa-apa. Justru saya yang merasa bersalah." Ucap Yuni yang mengig
"Mereka semalam pergi ke Rumah sakit Neng. Gak tau Ibu siapa yang sakit." Jawab Ibu itu yang sontak membuat Yuni merasa kaget.Yuni nampak kaget mendengar penuturan Ibu itu, dia tidak menyangka sakit yang diderita Erin serius hingga harus dilarikan ke Rumah Sakit."Kalau begitu terima kasih ya Bu infonya, maaf membuat Ibu terganggu karena saya memanggil nama Erin berulang kali." Ucap Yuni menundukkan kepalanya dengan hormat dan bersalaman dengan Ibu itu."Sama-sama Neng, tidak apa-apa." Jawab Ibu itu seraya tersenyum dan membalas jabat tangan Yuni.Yuni lalu beranjak meninggalkan rumah Yuni dengan langkah yang gontai, sahabat yang sangat baik itu sedang sakit yang cukup serius dan Yuni tidak tahu entah penyakit apa yang dideritanya.Dia mencoba beberapa kali menelepon Erin namun teleponnya tidak aktif, Yuni pun melangkah ke Tokonya kembali tanpa mendapatkan informasi apapun dan hanya mendapat berita Erin dilarikan di Rumah Sakit.Sesampainya di Toko, Yuni kembali bekerja dan Siska men
Yuni melangkahkan kakinya menuju rumah saat dia kembali dari Rumah Bu Tari untuk bekerja. Dia merasa kesepian karena tidak mendapatkan sahabatnya sedang terbaring sakit di Rumah Sakit. Bahkan Yuni ditempat kerja dia sempat bertengkar dengan Siska."Huft... Aku bosan sekali hari ini, aku tidak ingin pulang cepat rasanya." Ujar Yuni berkata di dalam hatinya.Yuni pun duduk di bangku taman sambil minum es teh yang telah dibelinya. Dia ingin menghilangkan penatnya pekerjaan dan masalah di rumahnya.Dia termenung di bawah pohon yang dibawahnya terdapat kursi yang dibuat dari semen dan beton. Dia memperhatikan orang-orang yang lalu lalang dan orang yang sedang berkunjung di taman malam ini.Ditemani cahaya rembulan yang sangat sinarnya sangat terang malam ini, Yuni melihat ada seorang anak kecil berlarian bersama kedua Orangtuanya. Hati Yuni merasa sedih karena dia tidak pernah diperlakukan dengan baik oleh Ibu dan Kakaknya biarpun Yuni selalu banting tulang untuk mereka.Anak kecil itu beg
Yuni segera membersihkan dirinya saatnya dirinya telah sampai dirumah, suasana rumah tampak lenggang. Ayahnya sudah tertidur dan kedua kakaknya sedang berada di kamar, mereka tengah bermain game melalui gawainya.Yuni mencari-cari keberadaan Sang Ibu yang tidak berada dikamarnya, kemana Ibunya pergi Yuni tidak mengetahuinya.Ada terbesit rasa khawatir apalagi jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam namun tidak ada tanda-tanda Ibunya akan pulang."Kemana sebenarnya perginya Ibu." Ucap Yuni didalam hatinya, meskipun Ibunya tidak pernah berkata lembut padanya tetapi tetap saja Yuni menyayangi Ibunya melebihi apapun juga.Yuni beranjak dari kamar menuju ruang tamu untuk melihat apakah Ibunya sudah datang atau belum."Nak, kamu sedang apa disitu?" tanya seseorang yang ternyata Pak Doni, ayah Yuni itu tampak heran dengan tingkah Yuni yang tidak langsung tidur dikamarnya namun duduk di ruang tamu. Apa yang sedang dikerjakan oleh Yuni, Ayahnya begitu penasaran."Eee... Ini Yah, aku lagi men
Setelah kejadian semalam, yang Yuni tengah memergoki Ibunya diantar pulang dengan Pria lain. Yuni dan Ibunya tidak saling menyapa, bahkan cenderung perang dingin.Ibunya mengancam akan meninggalkan rumah jika Yuni memberitahukannya pada Ayahnya. Dan Yuni juga tidak bermaksud untuk mengatakan pada Ayahnya karena khawatir Ayahnya akan jatuh sakit dan kepikiran, jadinya Yuni menyimpan rahasianya sendiri.Pagi ini Yuni tengah mempersiapkan sarapan untuk Ayahnya, biasanya dia akan membuatkannya untuk Ibunya juga. Namun karena melihat Ibunya berselingkuh Yuni tidak mau membuatkan Ibunya sarapan."Punya Ibu kok tidak ada," ucap Bu Nina berkata pada Yuni.Yuni yang mendengar Ibunya berkata padanya hanya melengos pergi. Dia sama sekali muak untuk berbicara pada Orang yang telah melahirkannya itu.Yuni menghampiri kamar Ayahnya untuk membangunkannya dan menyuruhnya untuk sarapan. Dia mengetuk pintu kamar Ayahnya berulang kali namun tidak ada sahutan dari dalam. Yuni merasa khawatir dan membuka
Aku melangkahkan kakiku menuju arah Parkiran Rumah Sakit, sebenarnya ada rasa iba harus meninggalkan Ayah di Rumah Sakit bersama kedua kakakku. Semoga saja mereka benar - benar sudah berubah, dan lebih menyayangi Ayah. Aku sebenarnya bingung darimana uang sebanyak itu harus aku dapatkan, namun demi kesembuhan Ayah akan aku usahakan.Karena pikiranku yang kosong dan tidak ada pilihan lain karena jika harus meminjam uang sebanyak itu pada Ibu Tari, aku merasa tidak enak. Wanita itu telah banyak berjasa di dalam hidupku dan keluargaku.Akhirnya angkutan umum yang aku tunggu berhenti tepat dihadapanku, lalu aku masuk ke dalam angkutan umum itu dengan duduk di kursi depan agar bisa mencari alamat yang aku cari."Nengnya mau kemana?" Tanya supir yang tengah menyetir kepadaku."Ke jalan Evakuasi Pak, turun di Agency Kartika." Jawabku tanpa menoleh ke arah wajahnya.Si supir nampak memperhatikanku dan seraya tersenyum."Nengnya mau lamar jadi apa disana? jadi Office girl?" tanya si Supir itu
Setelah mendapatkan uang sejumlah lima puluh juta Yuni langsung merasa bersyukur tiada tara, wajahnya tak henti - hentinya tersenyum. Namun wajahnya kembali risau mengingat bagaimana caranya mengatakan pada Bu Tari untuk berhenti bekerja, dia tidak bisa kalau bekerja di dua tempat karena Pak Dodi pasti akan marah padanya.Yuni terperangah melihat nominal gaji yang di berikan oleh Agency itu. Dia akan di bekerjakan sebagai Model Fashion Show, namun dia diberi waktu 2 minggu untuk membuat merubah penampilan kunonya.Yuni melangkah pelan keluar dari Agency itu dan dia berniat untuk kembali ke Rumah Sakit untuk membayar Rumah Sakit Ayahnya.Diperjalanan tak henti-hentinya dia bersyukur karena telah mempertemukan jalan keluar.Dengan mengendarai Taksi karena tadi Asisten Pak Dodi memperingatkan Yuni untuk tidak boleh memakai angkutan umum yang berdebu karena bisa merusak kulitnya.Terasa aneh karena kebiasaan Yuni yang cuek dan saat dia melihat peraturan sebagai model sangat banyak menjadi
Pagi hari ini Yuni tengah bersemangat untuk memulai hari dengan Pekerjaan barunya. Dia memoles wajahnya dengan make up natural, dan dirinya baru sadar kalau dirinya memang cantik. Karena kesibukan mengurus Ayah dan memikirkan untuk mencari uang dia tidak sempat mengurus penampilannya sendiri.Hari ini Yuni berencana untuk mampir ke Toko Bu Tari, dan dia sudah mempersiapkan sejumlah uang untuk membayar uang pinjaman yang selama Yuni gunakan untuk kebutuhan sehari - hari. Dia bertekad untuk tidak terbuka dengan Ibu dan kedua kakaknya apalagi setelah mendengar semua rencana jahat mereka.Di Ruangan Kamar Ayahnya yang sekarang memang terasa lebih nyaman dari sebelumnya karena Yuni memasukkan Ayahnya ke Ruangan yang lebih mahal agar dirinya pun nyaman jika harus menginap di Rumah Sakit, walalupun Ayahnya masih belum sadarkan diri. Dokter memperkirakan antara dua atau tiga harian Ayah Yuni akan sadar.Di sini hanya ada Yuni dan Ayahnya yang sedang terbaring lemas, sedangkan Ibu dan Kakak -