Home / Fantasi / Miliknya Di Antara Dua Dunia / BAB 18 – KEBANGKITAN LEVIATHAN

Share

BAB 18 – KEBANGKITAN LEVIATHAN

Author: Ayla
last update Last Updated: 2025-06-13 23:14:52

"Beberapa kejahatan tidak lahir. Mereka dibangunkan."

Malam di Velvra berubah menjadi hitam sempurna. Hujan hitam menetes perlahan, seperti tetesan tinta yang mencoreng kanvas dunia. Aroma belerang dan darah memenuhi udara. Di langit, petir berkerlap-kerlip seperti urat nadi dewa-dewa purba yang kini kembali bernafas.

Rovan memegangi pundak Seraphine. Tubuh gadis itu dingin, rapuh, namun tatapannya masih menyala. Mereka kini bukan sekadar pejuang. Mereka dua jiwa yang dipermainkan nasib, berdiri di ambang kehancuran total.

“Apa itu…?” bisik Seraphine, matanya menatap ke arah horizon, ke arah patahan tanah yang perlahan bergeser.

Di sana, tanah merekah. Retakan itu bukan sekadar celah, melainkan rahim kegelapan yang melahirkan sesuatu.

Keluar dari sana, menjulang makhluk yang bahkan lebih tua dari sejarah manusia—Leviathan Maldrath.

Tubuhnya setinggi menara, dilapisi sisik hitam berkilauan, matanya memancarkan cahaya kuning keemasan yang menembus kabut. Mulutnya dipenuhi gigi-gigi panj
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 43 — DALAM DADA YANG TAK PUNYA BENTUK

    “Pertarungan sejati bukanlah antara dua tubuh. Tapi antara keyakinan dan penghapusnya.”Void tidak gelap.Void terlalu terang—sampai bentuk pun terhapus olehnya.Taran berdiri di tanah yang tak bisa disentuh.Segalanya seperti sedang mengingat dirinya sendiri, lalu lupa.Setiap langkah menciptakan jejak yang langsung menguap, seperti dunia ini sedang menolak keberadaannya.Di tengah pusaran itu, Seraphine masih diam.Matanya tertutup. Cahaya leyline menyelimuti tubuhnya seperti kepompong yang terbuat dari kata-kata yang pernah ia ucapkan.Namun... di sekitarnya, Eidolon mulai menyusun bentuk.Bukan dalam tubuh, tapi dalam kenangan.> “Taran...” suara itu datang dari bayangan di belakangnya.Ia menoleh.Itu suara ayahnya, pria yang telah mati sebelum ia bisa mengucapkan perpisahan.> “Kau tak pernah cukup, Taran. Kau tak pernah jadi apa-apa. Kau hidup dari bayangan orang lain.”Taran memejamkan mata. Ini bukan kebenaran. Tapi juga bukan kebohongan sepenuhnya.> “Apa kau pikir Seraphine

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 42 — APA YANG TERLEWAT DARI CELAH

    “Void tak pernah menutup sempurna. Ia selalu menyisakan celah untuk mereka yang tak seharusnya lahir.”Malam ke-76 setelah dunia terbelah.Bulan tergelincir ke balik kabut, sinarnya retak seperti cermin yang pernah menyimpan masa lalu.Di Cahluna, semua berjalan dalam diam yang bersahabat.Petani mulai bercocok tanam. Anak-anak belajar membaca batu.Dan Seraphine, masih menjadi nama yang hanya dibisikkan saat angin terasa terlalu sunyi.Tapi malam itu, bumi tidak bergumam seperti biasanya. Ia... menelan suara.Hutan yang berada di utara Cahluna—yang sejak kehancuran disebut Hutan Mati—mengeluarkan getaran aneh. Bukan suara. Tapi denyut.Denyut seperti... sesuatu yang bangkit.Atau lebih tepatnya—masih lapar.---✧ AWAL DARI KETIDAKMASUKAKALANTaran terbangun. Dadanya berat, seperti dipukul dari dalam.Seekor gagak, yang sudah lama tak terlihat di sekitar mereka, bertengger di ambang jendela pondoknya.Matanya tidak mencerminkan pantulan.Hanya... kehampaan.Meliora juga merasakannya.

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 41 — HARI SETELAH DUNIA MATI

    "Setelah gemuruh terakhir lenyap, yang tersisa bukan keheningan. Tapi luka yang berbicara dalam bisu."Dunia tidak hancur. Tapi ia juga tak sepenuhnya utuh.Ia bernapas, seperti tubuh yang baru bangkit dari koma panjang—terengah, limbung, dengan mata yang masih mencari makna dari cahaya.Langit telah berubah warna.Biru... tapi bukan biru yang biasa. Ada semburat perak, seperti bekas luka mengambang yang belum sepenuhnya mengering.Di tepi runtuhan kota Siderra—yang dulu berdiri di antara dua leyline utama, kini hanya ladang abu dan reruntuhan kuarsa retak—Taran duduk. Ia menatap horizon dengan mata kosong, tombaknya tertanam di tanah, bukan sebagai senjata, tapi sebagai penanda kubur bagi waktu yang tak bisa dikubur.“Dia berhasil, kan?”Suara Meliora pelan, nyaris seperti angin. Ia berjalan perlahan, gaunnya berkibar tertatih, robek oleh perang, tapi masih mengusung sisa keanggunan.Taran tidak menjawab. Hanya mengangguk sekali.Tapi dalam anggukan itu ada pengakuan yang pahit: Sera

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 40 — SOVEREIGN VS DEITY: PERTARUNGAN KOSMIS VAULT TERAKHIR

    "Bukan yang terkuat yang menang, tapi yang paling pantas menguasai kehancuran."Arena Pertarungan: Dimensi Inti VaultLangit leyline retak sepenuhnya.Waktu dan ruang berlipat, menciptakan Void Nexus — ruang tak bernama tempat realitas lumat.Di sinilah Sovereign Seraphine berdiri berhadapan dengan Deity Zevalhar.Seraphine: berselimut sayap darah leyline, 9 plasma lingkaran aktif.Zevalhar: tubuh darah semi-dewa, mata pusaran hitam pekat.Suara Mahkota bergetar mengisi kehampaan:“Kau tak akan pernah mampu melawan hakikat asalku, Seraphine.”“Aku bukan melawan hakikatmu…”“...aku menolak takdirmu.”Awal DuelLedakan pertama dimulai.Zevalhar memuntahkan:"Void Pulse Crush" — gelombang anti-materi leyline."Dominion Grasp" — cakar darah yang menjerat dimensi.Seraphine membalas dengan:"Crimson Cascade Spiral" — rotasi leyline darah murni."Absolute Purity Breaker" — ledakan plasma yang memurnikan ruang.Setiap benturan teknik memecahkan dimensi Vault.Efek Samping BencanaSementara p

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 39 — MAHKOTA BERNYAWA: KEBANGKITAN ZEVALHAR AWAL

    "Kekuasaan sejati tak perlu tuan. Ia hanya butuh wadah."Situasi: Mahkota Mulai BangkitDalam ruang kontrol leyline yang hancur sebagian, aura darah hitam mulai membentuk pusaran spiral.Fragmen Zevalhar — yang tadinya terpisah — kini menyatu.Pelan tapi pasti, ia membentuk bentuk semi-fisik:Mahkota Zevalhar Purba.Tiga puncaknya berdenyut, seolah bernafas.Nadi-nadi darah mengalir melingkar di antara ukiran purbanya.Suara purba mulai mengisi udara:“Akhirnya… aku bebas…”Semua orang di ruangan — Seraphine, Altheon, Varion, Meliora — terdiam, tubuh mereka bergetar di hadapan entitas purba ini.Vault MengintervensiVault darah yang ada dalam tubuh Seraphine tiba-tiba beresonansi liar, mencoba melawan kehadiran Mahkota.Namun tekanan Mahkota terlalu besar.Vault Seraphine mulai retak lebih dalam."Grrh… tidak... aku belum selesai!"— Seraphine menahan rasa sakit yang mencabik seluruh jiwanya.Nyssa mencoba menopang tubuhnya, tapi energi Mahkota mendorong semua mundur.Altheon: Proposa

  • Miliknya Di Antara Dua Dunia   BAB 38 — RESONANSI MAHKOTA: AWAL KEBANGKITAN VAULT PURBA

    "Bila kau terlalu lama menatap kekuasaan, kekuasaan mulai menatap balik."Lokasi: Kuil Central Vault — Ordo LuminarisTiga fragmen Mahkota Zevalhar kini disatukan dalam ruangan isolasi leyline.Dikelilingi oleh lingkaran segel plasma, mantra pengunci dimensi, dan penjaga darah terbaik Ordo.Namun bahkan perlindungan tertinggi itu tak cukup untuk menahan bisikan Mahkota.Fragmen mulai beresonansi:DUM-DUM-DUM.Nadinya berdenyut seperti jantung para dewa yang dibangkitkan.Pertemuan StrategisSeraphine, Altheon, Varion, dan High Seer Meliora berkumpul.“Mahkota mulai hidup kembali,” ujar Meliora, wajahnya pucat.Varion menambahkan:“Leyline global mulai bergeser. Vault mulai bergetar. Jika kita tak segera menyegel ulang, dunia bisa runtuh.”Altheon menatap semua dengan dingin:“Atau… kita bisa memanfaatkannya.”“Berhenti, Altheon!” seru Seraphine.“Kita mengumpulkan fragmen untuk mengamankan dunia, bukan menguasainya!”Altheon menyipitkan mata.Untuk pertama kalinya, retakan ideologi me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status