~Ketika impian tercapai, tujuan zalim itu tak ku hiraukan. Allah telah menjawab doa-doaku~
♤♤♤
"Siapa nama lengkapmu?" Tanya Salwa, selaku ketua pesantren Benang Biru.
Pagi-pagi sekali, dari ruang tamu Imaz mendaftarkan diri di ⁸kantor pondok putri.
"Imaz."
"Daftar kelas berapa?"
"Kelas alfiyah."
"Mau jadi tarbiyah atau khodam?"
"Khodam."
"Sebentar." Salwa mengecek daftar nama khodam. Ternyata khodam dzuriyyah telah penuh.
"Maaf, kau mau khodam apa? Memasak, kantin atau apa?"
"Saya ingin menjadi khodam dzurriyah."
"Jika kau ingin menjadi khodam dzurriyah, besok kau ikut seleksi. Harus bisa memasak waktu yang cepat dan rasa yang tepat. Apakah kau bersedia?"
"Aku bersedia." Jawab Imaz mantap.
Pendaftaran santri baru telah selesai. Imaz tercatat di kamar Ar-rahim. Kamar yang terkenal heboh dan orangnya dari kalangan keluarga kaya. Diantar dua pengurus pesantren putri, bendahara dan sekretaris, ia tiba di dalam kamar.
"Cika ini, ada santri baru. Buat dia betah ya di kamar?" Pesan bu sekretaris terhadap ketua kamar.
"Siap bu."
Mereka meninggalkan Imaz berada dalam kamar Ar-rahim kamar yang memuat 15 orang. Tak menyempitkan tempat mereka. Bagi Imaz suasana seperti ini terlihat asing. Mereka melakukan kegiatan sendiri-sendiri. Lima anak berebutan berhias di depan cermin. Yang lainnya membawa cermin sendiri. Imaz hanya bisa memantau mereka satu persatu di pojokan. Kedua tasnya masih dalam cengkeraman.
"Namamu siapa?" Cika mencairkan suasana pikiran Imaz biar ia tak merindukan rumah.
"Imaz."
"Masuk tarbiyah atau khodam?" Sebagai ketua kamar, Cika harus berlaku universal tethadap anggotanya. Ia menyemprot parfum pada baju lalu duduk disebelah Imaz.
"Khodam." Jawaban Imaz monoton.
"Wah, kau hebat. Santri baru sudah berani masuk khodam. Jadi khodam itu menyenangkan."
"Kenapa?"
"Diajar sama dzurriyahnya sendiri. Bisa Romo Kiyai, bisa sembilan putrinya. Apalagi tiga anak angkat beliau yang tampan dan mapan." Pernyataan Cika menyemukan pipinya jadi merah.
"Siapa mereka?"
"Gus Robet, Gus Rasya dan Gus Saga. Mereka sangat hebat. Lulusan pesantren dapat profesi. Gus Robet jadi polisi, Gus Rasya jadi profesor, Gus Saga jadi dokter."
"Jadi polisi itu namanya Gus Robet?"
Hari ini, didalam kamar Ar-rahim atas pemberitahuan Cika, Imaz tau pria yang dilukis Ning Fiyyah bernama Robet menyandang profesi sebagai polisi. Pernyataan Cika memuaskan informasi. Mulai hari itu, Imaz harus berhati-hati terhadap Robet.
Tenggg....tenggg...tenggg...
Bel masuk salaf berbunyi. Santri putra maupun putri berbondong-bondong masuk ke kelas masing-masing. Kelas tarbiyah termasuk kelas umum santri yang masuk salaf tanpa jalur seleksi. Sementara kelas khodam, kelas khusus santri masuk salaf lewat jalur seleksi. Dikatakan khusus sebab pembelajaran dilakukan secara kilat dan kelulusan mereka diwajibkan mengabdi selama tiga tahun sesuai khodam masing-masing.
Masa Alfiyah dalam kelas tarbiyah tiga tahun tapi dalam kelas khodam hanya satu tahun. Kelas khodam berada di Aula pesantren dan satu ruangan dengan santri putra. Meski terdapat satir perbatasan antara mereka.
Permulaan kelas, kelas khodam diajar tiga anak Romo Kiyai. Mereka tak lain tak bukan adalah Gus Robet, Gus Rasya dan Gus Saga.
Meski demikian sudah menyandang profesi mereka tak lupa diri identitas mereka masih santri Romo Kiyai tuk mengabdi tiga tahun. Ya. Mereka memakai baju koko, sarung hitam bergaris dan peci hitam polos. Tak lupa juga karakter mereka, istiqomah memakai kaca hitam mesinnya. Kompak mengucapkan salam juga gerakan tubuh.
"Selamat datang di acara penyeleksian santri baru kelas kelas khodam alfiyah." Rasya membuka sambutan.
"Nadzom alfiyah adalah kitab yang tersohor didunia pesantren. Mereka berlomba-lomba ingin segera mengkhatamkan hafalan alfiyahnya. Selain lafadznya sulit nan unik, ternyata menyimpan arti yang memotivasi dan misteri jika terlalu dalam menghafalkannya." Saga menyambungkan penjelasan Rasya.
"Tapi tidak semua dalam bab alfiyah menjadi momok bagi penghafal untuk berpikir setiap masalah alfiyah selalu salah. Seperti pada bab isytighol, tanazu' , dan jama' taksir. Tapi yang benar masalah datang cuma kebetulan disaat menghafalkan alfiyah." Robet menjelaskan prolog tentang kitab alfiyah.
"Bahkan isi kandungan nadzom alfiyah mempersembahkan kata-kata mutiara motivasi. Seperti dalam bait ke-25; farfa' bidzommin wansiban fathan wajur, kasron kadzikrullah abdahu yasur, yang artinya bercita-citalah setinggi langit dan beretikalah yang mulya serta rendahkanlah hatimu. Insya Allah dirimu akan mendapatkan kemudahan serta kebahagiaan dan mati dengan khusnul khotimah." Rasya menjelaskan.
"Amin..." ucap gemuruh seisi ruangan. Bertepuk tangan atas apresiasi kata-kata mutiara kandungan alfiyah.
"Seperti juga dalam nadzom ke-21; wakullu harfin mustahiqqul lilbina, wal aslu fil mabniyi ayyusakkana yang artinya setiap individu hendaklah memiliki jiwa yang kokoh berpegang teguh pada kebenaran. Dan pada hakikatnya keteguhan seseorang tergantung pada keistiqomahan hati." Dilanjutkan Saga.
"Seperti nadzom ke-24; wal ismu qod khussiso bil jarri kama, qod khussisol fi,'lu biayyan jazima yang artinya janganlah kau seperti kalimat isim yang mau mengerjakan suatu yang rendah menurut kaca mata islam namun berpegang teguhlah seperti kalimat fi'il bisa hidup istiqomah dan tidak mau mengerjakan sesuatu yang tidak semestinya." Robet melanjutkan.
"Tidak hanya kandungan meraih cita-cita, namun ada juga kandungan cinta didalamnya."
"Seperti nadzom ke-118," Saga melantangkan suara tuk memberi energi semangat seisi ruangan. "Wal khobarul juz ul mutimmul faidah, kallahu barrun wal ayadi syahidah yang artinya seorang pria pasti ingin sempurna dengan bersanding wanita yang amat dicinta."
Seisi ruangan bersiul.
"Apalagi dalam nadzom ke-153..." Robet sengaja merendahkan nada untuk memberi surprise dihadapan mereka, "wamudmarodsyanisma nin waqo', muhimmu mastabana annahum tana' yang artinya jika kekasih telah temukan jodohnya maka pendamlah cintamu kepadamya. Karna amil wajib dhomirkan isimnya jika amil terpisah dengan ma'mulnya. Namun doa dan kekagumanku padamu insya Allah takkan ku pendam slalu karna ku tak mau ada air mata kesedihan dipipimu."
Santri putri dibuat terlena.
Sementara santri putra bersorak, "baper....baper...."
Pelajaran berharga dalam hidup Imaz pertama kali di pesantren, kehormatan tunduk pada dzurriyah serta saling tertawa peduli antarsesama.
Pak, buk, hari ini pagi menyambut kedatangan embun. Ku harap angin membawa salam rinduku padamu.
I love you so much mom and dad.***
~Dia adalah target pertamaku untuk mendapatkan barokahnya~ ♤♤♤Embun menyambut kedatangan pagi dengan semerbak semangat senyum para santri. Seleksi santri baru kelas khodam alfiyah dilaksanakan di halaman masjid atau lebih tepatnya di depan rumah Romo Kiyai. Romo Kiyao beserta dzurriyah-nya duduk berjajar di teras rumah. Menyaksikan para santrinya yang ingin mendapatkan ilmu barokah dari beliau.Dzurriyah Romo Kiyai terdiri dari sembilan. Urutan putri beliau sesuai kelahiran. Sembilan putri Romo Kiyai bisa dijuluki Waliyyah Songo diantaranya; Ning Dijah, Ning Imah, Ning Ais, Ning Maryam, Ning Royya, Ning Minah, Ning Ika, Ning Bilqis, Ning Shita, dan Ning Fiyyah.Keseluruhan telah melepas lajangnya kecuali Ning Fiyyah. Bu Nyai wafat ketika Ning Fiyyah masih duduk dikelas 5 MI. Mereka belum memikirkan pengganti sang Ibu. Mungkin
~Ketika rasa itu hadir, aku bermain mata, bergejolak hati yang menemukan sebuah rasa cinta~ ♤♤♤Majalah dinding mengibarkan berita. Segerombolan santri putri berdesakan. Imaz berjinjit berusaha ingin tau berita baru.Meskipun mata kelihatan setengah tentang informasinya setidaknya membuat hatinya lega. Ya. Ia terpilih menjadi khodam Ning Fiyyah. Sesuai ekspektasi. Jadwal setoran Alfiyah dilaksanakan sehabis isya' dengan guru Robithus Sabilillah atau yang dikenal dengan Robet. Mereka bertemu kembali."Masakan cumi dan udang bakar madumu sungguh enak. Kapan-kapan buatkan lagi ya?" Kata Ning Fiyyah memuji dan bersandar di tembok.Setelah sekian segerombolan santri putri makin mengecil di majalah dinding. Imaz memutuskan berkunjung ke kamar Ning Fiyyah untuk mengucapkan terima kasih atas kerelaan dia menerima sebagai khodamnya."I
~Tanpa perlu meminta doa, tanpa izin aku telah menyematkan namamu disetiap salat lima waktu dan di sepertiga malamku~ ♤♤♤Udara malam terasa hangat. Musim kemarau enggan beranjak. Jam dinding berwarna coklat muda dengan jarum pendek putih bergerak ke arah angka delapan. Imaz masuk ke kamar Ning Fiyyah. Ia duduk bersantai bermain ponsel. Imaz duduk di sampingnya."Ning, maaf aku terlambat memberikan kado ulang tahun." Imaz menyodorkan kado kecil."Tidak masalah."Ning Fiyyah menerimanya. Tangan sudah gatal ingin membuka kado. Perlahan ia menyobek bungkus kado. Sebuah bros kecil berbentuk kupu-kupu. Tersemat nama pada punggung kupu-kupu dengan tulisan 'Fiyyah'."Maaf hanya itu yang bisa saya berikan Ning." Imaz merendah."Ini kado yang paling indah yang pernah aku miliki dari seorang sahabat sepertimu." Kalimat Ning Fiyy
~Tanpamu, apalah arti hidupku? Tak bersemangat setoran. Hanya sibuk memikirkan. Ya. Dirimu yang selalu ku rindukan~ ♤♤♤Malam jum'at hari libur setoran. Digantikan kegiatan khitobah perkamar. Acara bertempat di musholla pondok putri. Peserta pertama perwakilan dari kamar Ar-rahim. Dia adalah Cika. Pendukung dari kamar Ar-rahim tepuk tangan bergemuruh."Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh..." ucap salam Cika dengan semangat."Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh..." jawab santri putri serempak.Durasi hanya diberikan tujuh menit. Cika harus menyampaikan singkat, padat dan jelas."Apa perbedaan cantik luar dan cantik dalam menurut kalian?" Cika bertanya pada audiens."Cantik luarnya karena make up, cantik dalamnya karena cuma pura-pura."Sahut dari ujung kanan berteriak. Para santri sontak tertawa.
~Tasbih senantiasa ku ucap. Menyebut nama dalam ruahan rasa. Berharap qobiltu menjalin sakinah. Apakah engkau jodohku?~ ♤♤♤No signal.Sistem mesin suara bermonitor lebar eror."Tuan, ada apa dengan sistemnya?"Teriak anggota Tuan Darwin yang bertugas memantau sistem mesin suara."Ada apa?"Alih-alih bisa tidur nyenyak, Tuan Darwin dikagetkan dengan teriakannya. Terpaksa datang karena menuruti teriakan."Sistem tiba-tiba eror Tuan. Biasanya tidak seperti ini." Katanya panik."Eror? Kok bisa?" Tak percaya dengan perkataannya, Tuan Darwin mendekat dan mengecek sistem mesin suara. Ia tekan tombol enter percuma monitor menghadirkan kata eror."Gawat." Gumam Tuan Darwin."Kenapa Tuan?""Imaz tidak sadarkan diri. Coba cek rekaman histori, mungkin sebelum eror dia terjadi sesuatu." Per
~Berdetak hati mengucap kalam penghulu. Tanpa sandaran kepercayaan masih tetap utuh meski tidak tahu siapa kekasih halalmu~ ♤♤♤Not found.Kata itu jelas terpampang di monitor sistem mesin suara. Kecemasan menjalar di wajah Tuan Darwin."Ini pasti ada yang mengagalkan rencanaku." Tuan Darwin menggebrak meja kesal."Marvel, kerahkan semua bodyguard untuk menyerang pesantren dan cari dimana mereka menyembunyikan Imaz." Perintah Tuan Darwin tanpa bertele-tele."Baik Tuan." ***Di ruang tamu, perbincangan terjadi lagi."Bagaimana perkembangan pencarian Imaz apakah sudah menunjukkan tanda-tanda keberadaannya?" Romo Kiyai nampak panik.Wajah dipenuhi warna pucat. Sejak k
~Cinta hadir tanpa saling bertatap muka. Telah qobiltu tanpa tahu kau merasa kehilangan~ ♤♤♤Acara akad nikah yang disaksikan banyak mata ketulusan berakhir sempurna. Siapapun wanita pilihan Romo Kiyai dia yakin bakal mencintai sepenuhnya."Selamat ya Robet." Ucap Tuan Darwin berjabat tangan padanya. Robet membalas senyuman.Di ruang kantor madrasah, Robet, Rasya, dan Saga berbincang-bincang lebih lama pada Tuan Darwin. Mereka berencana bekerja sama dengannya untuk mencari keberadaan Imaz. Namun, mata Rasya menerangkan keengganan."Katanya lebih baik ditugaskan pada polisi tapi kenapa Pak Darwin juga diikutkan?" Demikian perkataan Rasya dengan suara dingin meskipun ia tau ini akan terjadi."Sya, Pak Darwin ini sebagai saksi kuat supaya kita tahu jejak keberadaan Imaz." Robet mencoba mengklarifikasi.Tuan Darwin mendesa
~Sepaket Alfatihah untuk beliau dalam tangis menyebut nama. Mengharap ridho dan Barakahnya dalam doa~ ♤♤♤Embun di pagi buta.Azan subuh berkumandang mengajak umat islam salat berjamaah. Para santri bersiap-siap merapikan pakaian beranjak ke masjid. Meluangkan waktu mengaji sambil menunggu Imam.Robet merapikan peci, mempersiapkan diri menjemput Romo Kiyai. Berbesar hati memperlakukan beliau sebagai rasa terima kasih telah menemukan pasangan hidupnya. Rasa itu hanyut tenggelam menyelami pemandangan yang terjadi saat knop pintu terbuka lebar. Romo Kiyai bersimbah darah. Perlahan ia amati, darah menyebar ke kasur. Berceceran ke lantai. Pisau belati berwarna darah sebagai bukti apalagi yang mencengangkan sebuah kertas masih dipegang dengan berupa tulisan Imaz bercorak darah. Dan itu pula sebagai bukti kedua.Jikalau rasa terima kasih berupa