Share

5. Santri Baru

~Ketika impian tercapai, tujuan zalim itu tak ku hiraukan. Allah telah menjawab doa-doaku~

                                ♤♤♤

"Siapa nama lengkapmu?" Tanya Salwa, selaku ketua pesantren Benang Biru. 

Pagi-pagi sekali, dari ruang tamu Imaz mendaftarkan diri di ⁸kantor pondok putri.

"Imaz."

"Daftar kelas berapa?"

"Kelas alfiyah."

"Mau jadi tarbiyah atau khodam?"

"Khodam."

"Sebentar." Salwa mengecek daftar nama khodam. Ternyata khodam dzuriyyah telah penuh.

"Maaf, kau mau khodam apa? Memasak, kantin atau apa?"

"Saya ingin menjadi khodam dzurriyah."

"Jika kau ingin menjadi khodam dzurriyah, besok kau ikut seleksi. Harus bisa memasak waktu yang cepat dan rasa yang tepat. Apakah kau bersedia?"

"Aku bersedia." Jawab Imaz mantap.

Pendaftaran santri baru telah selesai. Imaz tercatat di kamar Ar-rahim. Kamar yang terkenal heboh dan orangnya dari kalangan keluarga kaya. Diantar dua pengurus pesantren putri, bendahara dan sekretaris, ia tiba di dalam kamar.

"Cika ini, ada santri baru. Buat dia betah ya di kamar?" Pesan bu sekretaris terhadap ketua kamar.

"Siap bu."

Mereka meninggalkan Imaz berada dalam kamar Ar-rahim kamar yang memuat 15 orang. Tak menyempitkan tempat mereka. Bagi Imaz suasana seperti ini terlihat asing. Mereka melakukan kegiatan sendiri-sendiri. Lima anak berebutan berhias di depan cermin. Yang lainnya membawa cermin sendiri. Imaz hanya bisa memantau mereka satu persatu di pojokan. Kedua tasnya masih dalam cengkeraman.

"Namamu siapa?" Cika mencairkan suasana pikiran Imaz biar ia tak merindukan rumah.

"Imaz." 

"Masuk tarbiyah atau khodam?" Sebagai ketua kamar, Cika harus berlaku universal tethadap anggotanya. Ia menyemprot parfum pada baju lalu duduk disebelah Imaz.

"Khodam." Jawaban Imaz monoton. 

"Wah, kau hebat. Santri baru sudah berani masuk khodam. Jadi khodam itu menyenangkan."

"Kenapa?"

"Diajar sama dzurriyahnya sendiri. Bisa Romo Kiyai, bisa sembilan putrinya. Apalagi tiga anak angkat beliau yang tampan dan mapan." Pernyataan Cika menyemukan pipinya jadi merah.

"Siapa mereka?"

"Gus Robet, Gus Rasya dan Gus Saga. Mereka sangat hebat. Lulusan pesantren dapat profesi. Gus Robet jadi polisi, Gus Rasya jadi profesor, Gus Saga jadi dokter."

"Jadi polisi itu namanya Gus Robet?" 

Hari ini, didalam kamar Ar-rahim atas pemberitahuan Cika, Imaz tau pria yang dilukis Ning Fiyyah bernama Robet menyandang profesi sebagai polisi. Pernyataan Cika memuaskan informasi. Mulai hari itu, Imaz harus berhati-hati terhadap Robet.

Tenggg....tenggg...tenggg...

Bel masuk salaf berbunyi. Santri putra maupun putri berbondong-bondong masuk ke kelas masing-masing. Kelas tarbiyah termasuk kelas umum santri yang masuk salaf tanpa jalur seleksi. Sementara kelas khodam, kelas khusus santri masuk salaf lewat jalur seleksi. Dikatakan khusus sebab pembelajaran dilakukan secara kilat dan kelulusan mereka diwajibkan mengabdi selama tiga tahun sesuai khodam masing-masing. 

Masa Alfiyah dalam kelas tarbiyah tiga tahun tapi dalam kelas khodam hanya satu tahun. Kelas khodam berada di Aula pesantren dan satu ruangan dengan santri putra. Meski terdapat satir perbatasan antara mereka. 

Permulaan kelas, kelas khodam diajar tiga anak Romo Kiyai. Mereka tak lain tak bukan adalah Gus Robet, Gus Rasya dan Gus Saga. 

Meski demikian sudah menyandang profesi mereka tak lupa diri identitas mereka masih santri Romo Kiyai tuk mengabdi tiga tahun. Ya. Mereka memakai baju koko, sarung hitam bergaris dan peci hitam polos. Tak lupa juga karakter mereka, istiqomah memakai kaca hitam mesinnya. Kompak mengucapkan salam juga gerakan tubuh.

"Selamat datang di acara penyeleksian santri baru kelas kelas khodam alfiyah." Rasya membuka sambutan.

"Nadzom alfiyah adalah kitab yang tersohor didunia pesantren. Mereka berlomba-lomba ingin segera mengkhatamkan hafalan alfiyahnya. Selain lafadznya sulit nan unik, ternyata menyimpan arti yang memotivasi dan misteri jika terlalu dalam menghafalkannya." Saga menyambungkan penjelasan Rasya.

"Tapi tidak semua dalam bab alfiyah menjadi momok bagi penghafal untuk berpikir setiap masalah alfiyah selalu salah. Seperti pada bab isytighol, tanazu' , dan jama' taksir. Tapi yang benar masalah datang cuma kebetulan disaat menghafalkan alfiyah." Robet menjelaskan prolog tentang kitab alfiyah.

"Bahkan isi kandungan nadzom alfiyah mempersembahkan kata-kata mutiara motivasi. Seperti dalam bait ke-25; farfa' bidzommin wansiban fathan wajur, kasron kadzikrullah abdahu yasur, yang artinya bercita-citalah setinggi langit dan beretikalah yang mulya serta rendahkanlah hatimu. Insya Allah dirimu akan mendapatkan kemudahan serta kebahagiaan dan mati dengan khusnul khotimah." Rasya menjelaskan.

"Amin..." ucap gemuruh seisi ruangan. Bertepuk tangan atas apresiasi kata-kata mutiara kandungan alfiyah.

"Seperti juga dalam nadzom ke-21; wakullu harfin mustahiqqul lilbina, wal aslu fil mabniyi ayyusakkana yang artinya setiap individu hendaklah memiliki jiwa yang kokoh berpegang teguh pada kebenaran. Dan pada hakikatnya keteguhan seseorang tergantung pada keistiqomahan hati." Dilanjutkan Saga.

"Seperti nadzom ke-24; wal ismu qod khussiso bil jarri kama, qod khussisol fi,'lu biayyan jazima yang artinya janganlah kau seperti kalimat isim yang mau mengerjakan suatu yang rendah menurut kaca mata islam namun berpegang teguhlah seperti kalimat fi'il bisa hidup istiqomah dan tidak mau mengerjakan sesuatu yang tidak semestinya." Robet melanjutkan.

"Tidak hanya kandungan meraih cita-cita, namun ada juga kandungan cinta didalamnya."

"Seperti nadzom ke-118," Saga melantangkan suara tuk memberi energi semangat seisi ruangan. "Wal khobarul juz ul mutimmul faidah, kallahu barrun wal ayadi syahidah yang artinya seorang pria pasti ingin sempurna dengan bersanding wanita yang amat dicinta."

Seisi ruangan bersiul. 

"Apalagi dalam nadzom ke-153..." Robet sengaja merendahkan nada untuk memberi surprise dihadapan mereka, "wamudmarodsyanisma nin waqo', muhimmu mastabana annahum tana' yang artinya jika kekasih telah temukan jodohnya maka pendamlah cintamu kepadamya. Karna amil wajib dhomirkan isimnya jika amil terpisah dengan ma'mulnya. Namun doa dan kekagumanku padamu insya Allah takkan ku pendam slalu karna ku tak mau ada air mata kesedihan dipipimu."

Santri putri dibuat terlena. 

Sementara santri putra bersorak, "baper....baper...."

Pelajaran berharga dalam hidup Imaz pertama kali di pesantren, kehormatan tunduk pada dzurriyah serta saling tertawa peduli antarsesama.

Pak, buk, hari ini pagi menyambut kedatangan embun. Ku harap angin membawa salam rinduku padamu.

I love you so much mom and dad.

                               ***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status