Home / Romansa / Misi Bertemu Cinta / 6. Seleksi Santri Baru

Share

6. Seleksi Santri Baru

Author: Alvin NH+
last update Last Updated: 2021-06-28 15:21:35

~Dia adalah target pertamaku untuk mendapatkan barokahnya~

                                   ♤♤♤

Embun menyambut kedatangan pagi dengan semerbak semangat senyum para santri. Seleksi santri baru kelas khodam alfiyah dilaksanakan di halaman masjid atau lebih tepatnya di depan rumah Romo Kiyai. Romo Kiyao beserta dzurriyah-nya duduk berjajar di teras rumah. Menyaksikan para santrinya yang ingin mendapatkan ilmu barokah dari beliau.

Dzurriyah Romo Kiyai terdiri dari sembilan. Urutan putri beliau sesuai kelahiran. Sembilan putri Romo Kiyai bisa dijuluki Waliyyah Songo diantaranya; Ning Dijah, Ning Imah, Ning Ais, Ning Maryam, Ning Royya, Ning Minah, Ning Ika, Ning Bilqis, Ning Shita, dan Ning Fiyyah. 

Keseluruhan telah melepas lajangnya kecuali Ning Fiyyah. Bu Nyai wafat ketika Ning Fiyyah masih duduk dikelas 5 MI. Mereka belum memikirkan pengganti sang Ibu. Mungkin saja tidak ada pemikiran seperti itu.

Penyeleksian santri baru tidak seruang dengan santri putra sebab penyeleksian mereka berbeda. Santri Putra yang ingin manjadin khodam dzurriyah harus bisa beladiri. Pelaksanaan mereka bertepatan disamping masjid. Sekitar 70% mereka bertanding dengan Robet, Rasya dan Saga.

Siapapun yang jatuh lengah akan perlawanan mereka, sudah dipastikan tidak masuk khodam.dzurriyah. Begitu juga sebaliknya. Jikalau mereka kuat akan perlawanan tiga utama prajurit pesantren tadi, pasti masuk khodam dzurriyah.

Pak Lubis selaku ketua pesantren putra membunyikan peluit. Pertandingan dimulai. Robet, Rasya dan Saga memainkan kuda-kuda untuk mempersiapkan mental melawan mereka. Fokus pandangan mereka adalah lurus kedepan. Saatnya siap menghadapi lawan.

Dari arah kiri melayangkan pukulan lurus ke depan. Robet menangkis menaruh tangan tepat diatas kepala. Lalu ia tendang perutnya dan terjatuh. Dari arah belakang, melayangkan tendangan ke punggung kaki. Rasya terjatuh telungkup. Ia segera menduduki punggungnya. Rasya menarik tangan kirinya ke belakang yang hendak menghentakkan dahinya ke permukaan tanah. Ia jatuh tergulung dari punggungnya. Rasya mengayunkan kepalan tangannya ke hidung. Ia mengangkat badan. 

Dari arah kanan melayangkan pukulan ke arah pinggang. Saga menangkis ke arah lehernya dan mendorongnya jatuh ke permukaan tanah. Tubuhnya terlentang. Saga segera menduduki perutnya. Ia melayangkan pukulan ke arah lehernya namun ditangkis dengan tangannya. Lalu ia putar tangannya. Si peserta menjerit kesakitan. Sesuai perjanjian seleksi bela diri tiak boleh ada luka saat penyerangan. Saga yang mulai emosi, dihentikan oleh Robet. Ia mengayunkan tangan menenangkan.

Penyerangan berujung klimaks. Namun disertai taat peraturan. Pukulan lawan kebanyakan bisa ditangkis. 

Kelebihannya tendangan lawan yang datang mengagetkan petarung. Ini nilai plus mereka yang membuat petarung belum siap melawan.

Sudah dilihat santri putra bertarung, santri putri bertarung memasak kali ini di depan dzurriyah ndalem. Deg-degan sudah wajar bagi peserta. Ning Fiyyah yang melihat Imaz ikut seleksi santri baru kelas khodam dengan kode memasak, mengepalkan tangan ke udara dengan senyuman merekah. Balasan senyuman tersemat dibibir. Jempol lurus ke depan ia tunjukkan.

"Menjadi khodam putri, "Salwa sebagai pembawa acara, "selain bisa mencuci pakaian, menyeterika, yang paling terpenting harus bisa memasak. Di pagi hari pukul tujuh dengan durasi dua jam, waktu harus cepat dan rasa yang tepat. Dan juri yang akan menilai seberapa kuat rasa masakan kalian adalah staff pondok putri."

Staff pondok putri sebagai juri duduk di sisi kanan peserta. Salwa berdiri di tengah acara.

"Setelah nanti kalian terpilih, kalian boleh memilih salah satu dzurriyah Romo Kiyai."

Imaz dan Ning Fiyyah saling menatap. Raut muka Imaz terbaca oleh Ning Fiyyah bahwa pertemuan pertama kali mereka di laut, membawa kedekatan diantara mereka. Ya. Imaz berharap menjadi khodamnya.

"Baik, kita mulai. Satu...dua...tiga..." Salwa memberi aba-aba. Bunyi gong dinyaringkan.

Peserta berlarian mengambil bahan masakan digaleri belakang mereka. Imaz mengambil empat bawang merah, dua bawang putih, lima buah cabai keriting, kunyit, lengkuas, jahe, ketumbar, madu, kecap manis, air jeruk nipis, air asam jawa, merica, kaldu jamur secukupnya. Selesai mengambil bahan mereka mulai fokus cara pembuatan.

"Hai kau anak baru ya?" suara gadis disebelah Imaz. Ia hanya menjawab deheman. Lantaran tangan menumis bumbu hingga harum.

"Aku Irma. Namamu Imazkan?" Irma yang barusan mengenalkan dirinya rupanya sudah tau namanya. Imaz hanya berdehem.

"senang berkenalan denganmu. Semangat..." Irma tampak begitu santai. Tak ada beban pula kelelahan. Ia mahir memotong bawang merah secepat itu. Meskipun kemampuan Imaz tak sebanding dengannya, cara manual perlahan-lahan jadi spesial. Ia cicipi rasanya. Manis asinnya sudah pas. Bumbu disisihkan. Api dimatikan. Jika bumbu sudah dingin bisa digunakan untuk merendam, Imaz mengambil delapan bawang merah, empat bawang putih, sepuluh buah cabai keriting, dan cabai rawit, tomat besar, terasi bakar, gula jawa, kaldu jamur, petai, jeruk limau secukupnya.

Api dinyalakan ke kompor sebelahnya. Bawang merah, bawang putih, cabai keriting, cabai rawit, tomat direbus hingga agak layu lalu diangkat. Tambah dengan terasi, gula jawa, kaldu jamur, dan uleg kasar. Tak perlu halus-halus langsung tumis sambal dengan sedikit minyak, petai dimasukkan. Masak hingga petai matang dan sambal meresap. Untuk mempermanis harum, diberi perasan jeruk limau.

Waktu 60 menit berjalan. Kurang satu jam lagi waktu memasak usai. Harum semerbak masakan para peserta menggoda iman dan merusak konsenterasi peserta putra yang dituntaskan lawan. Dia adalah Saga. Sedikit memar dibagian pipi dan tangan. Emosi yang menggerogoti akal dan fisik mudah dijatuhkan lawan. Rasya sudah hampir terkuras tenaganya. Hanya Robet yang bertahan untuk mengetahui seberapa besar ambisi mereka mengejar cita-cita. Perlawanan keras bertubi-tubi terhadap Robet.

Waktu kurang 15 menit. Para peserta lebih tangkas memainkan trik memasak sampai-sampai ada satu peserta yang berani menggoreng tanpa spatula tapi digoyangkan diatas kompor api. Juga ada yang lebih cerdas menghias plating sampai-sampai satu tulang ikan dibuat perhiasan untuk mempermanis hidangan.

"sepuluh...sembilan...delapan...tujuh...enam...lima...empat....tiga...dua....satu....STOOOPPP !!!"

Para peserta mengangkat kedua tangan. Dua jam yang lalu telah usai. Pahit manis setiap langkah yang mereka jalani berbuah hasil hidangan dengan hiasan karya masing-masing. Tak ada pernyataan komentar dih adapan peserta. Penilaian dilakukan secara tertutup dan hasil mufakat staff pondok putri.

Hari itu, Imaz menghidangkan hasil masakan dengan menu cumi dan udang bakar madu. Masakan yang pernah diajarkan Ibunya sewaktu masih di Desa.

                                       *** 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misi Bertemu Cinta   63. Ketika cinta bertemu

    ~Kau pernah menjadi raja di hatiku, ketika rindu itu menggebu. Namun, justru Allah menjadikan aku permaisurimu ketika cinta itu bertemu~                                                 ***Pesawat jatuh terseret arus banjir di kawasan Var. Tim sar segera mengerahkan tenaganya untuk mengevakuasi korban penumpang yang ada di pesawat. Terdapat 12 yang tewas. Mereka membawa 12 mayat ke rumah sakit untuk dimandikan. Sementara yang lain denyut nadinya masih berdetak.Berita bencana badai besar di perancis sudah disiarkan diberbagai media. Berita itu terdengar juga di telinga keluarga Hilda, Robet dan Ning Fiyyah. "Ya Allah, bagaimana keadaan Hilda?" Kiyai Usman sungguh cemas. Abah Hilda sudah makin keriput. Hanya bisa duduk di kursi roda. Ditemani istrinya yang juga sudah beruban. "Semoga Hilda bisa diselamatkan yah," Umik menenangkan. Sampai di rumah sakit, 12 yang tewas dibawa ke kamar mayat. Petugas polisi menyelidik atas nama siapa

  • Misi Bertemu Cinta   62. Jodoh pasti bertemu

    ~Jika aku bukan jalanmu. Ku berhenti mengharapkanmu. Jika aku memang tercipta untukmu. Ku 'kan memilikimu. Jodoh pasti bertemu~                                                  ***Demi menyenangkan istri tercinta, akhirnya Robet mengajaknya bulan madu di luar negeri. Tepatnya di perancis. Sebelum berangkat, Hilda menyerahkan beberapa wisata yang ingin ia kunjungi, diantaranya; menara eiffel, sungai seine, jembatan gembok cinta atau pont des arts, dinding cinta atau Le Mur des Je T’aime, mobil 2cv, musium louvre, dan Jardin du Luxemburg atau taman bunga. "Ngidamnya banyak amat," goda Robet sambil mengendarai mobil menuju bandara. Sebelumnya mereka sudah berpamitan pada orang tua. Mereka mendoakan semoga Robet dan Hilda berhasil beribadah dengan penuh cinta di malam jum'at. Mereka saling tersipu. Jantung berdetak sudah tak menentu membayangkan akan beribadah penuh cinta di malam hari. "Memang itu yang aku idamkan, sayang," kata Hilda sambil

  • Misi Bertemu Cinta   61. Belajar mencintaimu

    ~Kecupan punggung tanganmu. Kecupan bibirku di dahimu. Belaian tanganmu mencuci kakiku. Tatapan matamu menyibak arti kecantikanmu. Dengan besanding bersamamu di pelaminan, inilah tahap awal belajar untuk mencintaimu~                                                        ***Selesai prosesi pernikahan, para tamu dipersilakan makan hidangan yang tersedia di kursi tamu undangan. Para tamu undangan memakannya dengan lahap. Tambah nikmat dengan diiringi sholawat banjari. Sementara mempelai putra dan putri duduk saling diam di pelaminan. "Aku memang seperti ini orangnya," kata Robet memulai perbincangan pada Hilda karena sedari tadi saling diam membisu. "Iya Gus. Aku tahu mungkin kau butuh waktu menerima pernikahan ini." Hilda memaklumi. Usai mereka menikmati hidangan makanannya, para tamu undangan dipersilakan sesi foto. Foto bersama teman-teman, kerabat dan yang paling utama adalah kedua keluarga mempelai. Selesai sesi foto, kedua m

  • Misi Bertemu Cinta   60. Surga di telapak kakimu

    ~بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِيْ خَيْرٍ"Barakallahu laka wabaraka 'alaika wajama'a bainakuma fi khair""Semoga Allah memberi barakah kepadamu dan atasmu serta mengumpulkan kamu berdua dlm kebaikan." (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi)~***Robet merasa ada yang mereka sembunyikan. "Bu, ayah kemana? Kok aku sama sekali tidak mendengar suaranya?" Ningsih bingung harus menjawab apa. Ia pun terpaksa menjawab seadanya. "Ayah sedang mencari makanan." "Oh, begitu." Ningsih menahan air matanya. Sultan dan pihak kepolisian membawa satpam ke kantor untuk dimintai keterangan. Saat Sultan bertemu langsung dengan geng mafia. Dengan emosi, dia menampar mereka satu persatu. "Sebenarnya, siapa kalian sampai berusaha membunuh Robet?" Pihak polisi berusaha menenangkan Sultan dengan menyuruhnya duduk. Ray sebagai ketua geng tersenyum licik. "Kau mau tau siapa kita?" Ra

  • Misi Bertemu Cinta   59. Harta berharga Ningsih

    ~Kebahagianku adalah melihat Robet bahagia. Kesedihanku adalah melihat Robet sedih. Karena harta yang paling berharga adalah memiliki anak seperti Robet~                                              ---NINGSIH----                                                    ***Hilda mencoba menelponnya, namun tak dapat dihubungi. Jadi benar ia telah memblokir nomornya. Apa dia merasa sakit hati? Air mata Hilda meleleh. Ia kemudian terisak. Kenangan bersamanya sungguhlah banyak. Ketika saat pertama kali bertemu dengan dia. Di sebuah jembatan ampera, ia tak sengaja menabraknya. Itu semua karena kecerobohannya. Bangun kesiangan. Tidak sempat sarapan. "Kau baik-baik saja?" Saga justru menanyakan keadaannya. "Iya, aku baik-baik saja. Maaf ya, aku buru-buru." Hilda meraih tasnya yang tergeletak di sampingnya. Lalu, berlari masuk ke kelasnya. Pertemuan itu ketika Saga skripsi jurusan bahasa inggris. Ia tetap lanjut kuliahnya di jurusan

  • Misi Bertemu Cinta   58. Masa laluku bukan masa depanmu

    ~Ketika kedua kali aku mengucapkan Qobiltu, aku akan belajar untuk mencintaimu. Walau terkadang melawan hati sulit bagiku. Karena adanya keyakinan, aku percaya Allah yang memberi restu~                                        -----SAGA------                                                    ***Hal yang paling dinantikan Robet adalah bisa melihat. Ketika sudah lama ia menunggu antrian, akhirnya Dokter Thomas memanggilnya juga. Ningsih dan Sultan senang melihatnya. Mereka menunggunya di depan ruang operasi sambil berdoa. Kapten Richard masih memberi pertanyaan pada geng mafia itu. Ia belum puas jika tidak ada bukti. Maka, kalau sampai hari ini ia tak menjawab jujur lagi, ia akan mencari bukti bersama anggota-anggotanya. Petugas polisi membawa Ray lagi. Ia menatapnya dengan memutar bola matanya malas. Lalu, duduk. "Ray, jangan bosan-bosan mendengar pertanyaanku jika kau tidak mau jujur," kata Kapten Richard."Apalagi yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status