"Aku ingin kamu menggoda suamiku."
Ucapan nona Claire sontak membuatku terkejut. Sangat terkejut. Apa dia sudah gila? Menyuruh perempuan lain untuk menggoda suaminya sendiri? Oke, mungkin jika suaminya jelek, gendut, miskin, mata keranjang, akan sedikit masuk akal. Tapi suaminya adalah Pak James, orang yang masuk daftar 10 orang terkaya di kota ini. Jangan lupakan fisiknya yang— ah, melihatnya saja pasti sudah membuat perempuan kejang-kejang. Di usia yang terbilang masih muda—sekitar 40 tahunan mungkin—dia terlihat sangat tampan dan maskulin, ditambah tubuhnya yang cukup kekar dan berotot. Lalu, Pak James dikenal sebagai sosok yang cinta keluarga. Tidak pernah sedikit pun rumor yang beredar mengatakan Pak James mendua. Ia bahkan digadang-gadang menjadi pria paling setia di kota ini. Dengan kekayaan dan ketampanan yang ia punya, Pak James bisa saja memiliki banyak wanita simpanan. Tapi, setahuku, 10 tahun pernikahan nona Claire dan pak James, tak pernah sekalipun aku mendengar gosip buruk tentang rumah tangga mereka. Bagaimana aku tau? Bisa dibilang, aku orang terdekat pak James ketika di kantor. Yap, aku sekretarisnya. "Bagaimana, Diana?" Gerakan tangan nona Claire membuyarkan lamunanku. Aku mengerjapkan mata berkali-kali dan cepat, mencoba mencerna kembali permintaan gila nona Claire. "Ah, Anda sepertinya sedang mabuk, Nona. Ayo saya antar pulang." Nona Claire menggeleng pelan, lalu tersenyum tipis. "Tidak, Diana. Aku sedang tidak mabuk sekarang. Hari ini aku tidak minum alkohol sama sekali." Nona Claire menyodorkan sebuah cek dengan nominal yang membuat hatiku menjerit seketika. "Kamu bisa bawa ibumu untuk melakukan pengobatan di luar negeri. Lalu, adik-adikmu, pendidikan mereka akan terjamin." Aku bergeming sejenak, menatap satu lembar cek berisi uang 25 Milyar itu dan nona Claire bergantian. Jujur, cek itu cukup menarik perhatianku. Apalagi, saat ini aku memang sedang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan Ibu dan biaya kuliah adik-adikku. Tapi, untuk menggoda Pak James ... aku ragu. "Kenapa?" Nona Claire menatapku bingung. "Ya?" "Kenapa Anda menginginkan perempuan lain menggoda suami Anda? Ah maksudku, kenapa Anda meminta saya yang melakukannya, bukan orang lain?" tanyaku. Nona Claire tertawa pelan. Aku meringis dalam hati. Bagaimana mungkin Pak James bisa berpaling dengan perempuan secantik dan seanggun ini. "Aku hanya ingin tahu, apakah dia bisa tergoda oleh perempuan lain atau tidak. Lalu kenapa aku memilihmu ... em, mungkin karena hanya kamu yang bisa kuandalkan. Lagipula, kamu orang kepercayaan James, dan juga orang yang paling dekat dengannya selain aku." "Bagaimana jika Pak James tergoda?" tanyaku spontan. Aku langsung menutup mulutku yang lancang. Lalu meminta maaf pada nona Claire. Bukannya marah, Nona Claire malah tertawa. "Aku suka kamu, Diana. Kamu sangat percaya diri. Tapi, kalau kamu berhasil menggoda James, artinya James tidak setia." Nona Claire kembali tertawa, lalu memalingkan mukanya dariku. "Artinya James punya selera yang buruk," gumamnya sangat pelan. Tapi aku masih bisa mendengarnya. Hatiku sedikit sakit mendengar gumaman nona Claire. Kuharap aku salah dengar. Meskipun begitu, aku cukup sadar diri. Aku dan nona Claire sangat berbeda. Bagai langit dan bumi. Mungkin memang pantas disebut selera yang buruk jika Pak James benar-benar tergoda denganku. "Bagaimana, Diana? Kamu mau, kan? Tawaranku hanya sekali. Ini kesempatan emas untukmu agar bisa membantu keluargamu." Aku kembali bergeming, memikirkan tawaran itu. Bagaimana nantinya. Apakah ibuku akan marah saat tau uang pengobatan dirinya dari hal seperti ini. Bagaimana dengan adik-adikku juga. Lalu, bagaimana dengan Elzard. Aku tidak mungkin mengkhianatinya. Tapi, cek itu akan sangat membantu kehidupanku. "Sampai batas mana saya harus menggoda Pak James, Nona?" Nona Claire tersenyum manis. "Pertanyaan bagus." Ia diam sebentar, menatapku dalam. "Goda dia sampai kamu yakin jika James benar-benar menyukaimu. Aku beri waktu 1 bulan. Setelah 1 bulan, tergoda atau tidak, silakan kamu pergi. Aku akan bantu pengunduran dirimu di kantor, termasuk juga pesangonnya. Aku juga pastikan kamu dapat surat rekomendasi agar bisa bekerja di perusahaan lain." Aku meneguk ludahku. Itu artinya, sebulan ke depan, aku harus meninggalkan pekerjaan yang sudah 5 tahun kulakukan ini. Tapi, kalau dipikir-pikir, tawaran Nona Claire cukup menggiurkan. Dengan gajiku sekarang, 25 milyar mungkin akan terkumpul setelah aku bekerja 30 atau bahkan 50 tahun lagi. Jadi, kehilangan pekerjaan ini demi 25 milyar bukanlah sesuatu yang sulit. Namun, masih ada yang mengganjal di hatiku. "Em, bolehkan saya diberi waktu untuk berpikir, Nona. Tawaran ini cukup ... sulit." Nona Claire terlihat tidak menyukai ucapanku, tapi dia berhasil menyembunyikannya dengan senyum manisnya. "Kamu mau berpikir sampai kapan? Besok siang?" tawarnya. Aku mengangguk yakin. "Ya, besok siang sepertinya sudah cukup." Nona Claire kembali tersneyum manis. Kali ini sedikit lebar. Tangannya bergerak memegang tanganku. Menggenggamnya dan mengelusnya pelan. "Kuharap kamu menerima tawaranku ini, Diana. Aku sangat berharap padamu. Kamu tau, kan, bagaiaman James menjadi incaran banyak perempuan. Sebagai seorang istri, aku takut dia tidak setia." Aku tersenyum tipis dan mengangguk paham. "Anda sangat cantik dan pintar, Nona Claire. Saya yakin Pak James tidak akan bisa berpaling dengan perempuan secantik Anda," kataku menenangkannya. Setelah itu, kami berpisah. Nona Claire pulang bersama supir pribadinya. Sementara aku, memilih untuk memesan makan malam sekalian di tempat pertemuan kami tadi. Aku kembali merenung. Apakah aku menerima tawarannya? Lalu, bagaimana caraku menggoda Pak James? Ditatap saja membuat bulu kudukku berdiri. Namun, yang paling membuatku ragu adalah apakah Pak James akan tergoda olehku? Atau justru aku yang akan tergoda olehnya? Ah, tidak. Belum apa-apa aku sudah memikirkan yang tidak-tidak. Sadar, Diana, kamu sudah punya Elzard! Aku menepuk-nepuk pipiku beberapa kali. Baru saja teringat Elzard, pria itu tiba-tiba datang dari arah pintu depan. Dia tidak melihatku, atau janjian denganku. Aku ingin memanggilnya, tapi urung saat melihat perempuan yang berlari ke arahnya dan memeluknya. "Siapa dia?" gumamku. Seingatku itu bukan adik Elzard. Mereka duduk di bangku paling ujung. Tampak mesra. Aku mengamatinya. Damn! mataku melotot seketika. Elzard mencium punggung tangan perempuan itu. Tak tahan lagi, aku langsung berdiri dan menghampiri mereka. "El! Siapa dia?" tanyaku langsung dengan suara sedikit keras. Elzard terlihat gelagapan dan sedikit panik. "Diana? Kenapa kamu di sini?" "Kenapa? Nggak boleh?" tanyaku sewot. Pandanganku beralih menatap perempuan yang datang bersama Elzard tadi. Dia terlihat bingung. "Kamu siapanya, Elzard?" tanyaku. "Aku, tunangannya," jawabnya. Aku tersenyum menipiskan bibir dan menyipitkan mata menatap Elzard yang bungkam. "Oh, udah punya tunangan ternyata. Terus kenapa masih nyari pacar? Dasar kadal!" Satu tamparan yang sangat keras membuat beberapa pengunjung menatap kami. Tapi aku tidak peduli. Dengan langkah kesal, aku menghampiri waitress dan menunjuk ke arah Elzard. "Makanan saya dibayar sama dia," ucapku dan langsung pergi. Sialan, Elzard!Malam harinya, aku menjenguk ibu. Riana dan Dino ku suruh pulang sebentar untuk membersihkan diri dan makan malam. Kami gantian berjaga. Aku tau, meskipun aku lelah bekerja, Riana dan Dino pasti juga merasa lelah karena menunggu orang yang sakit di rumah sakit. Ibu sudah sadar pagi tadi. Saat ini ia tengah tertidur pulas setelah perawat membantu membersihkan tubuhnya. Kondisinya berangsur membaik, meskipun sekarang masih dalam masa pemulihan dan pembersihan dalam lambungnya. Cairan berwarna hitam masih setia mengalir dari selang makan miliknya, tapi warnanya tak sepekat sebelumnya. Aku menatap ibu. Menggenggam tangannya dengan lembut. Ibu bergerak pelan, lalu kembali tertidur pulas. Tadi, aku sudah menemui dokter Danu. kembali berkonsultasi soal kondisi ibuku dan rencana operasi pemasangan ring jantung. Dokter Danu menyarankan segera. Dan aku akhirnya menyetujui setelah berbincang juga dengan kedua adikku. Ibu belum tau terkait rencana opera
Perutku keroncongan satu jam sebelum jam pulang. Mungkin karena tadi pagi aku tidak sarapan dan malah minum kopi. Lalu siangnya, aku hanya memesan pasta yang porsinya hanya sedikit menurutku. Aku mendesah panjang. Menumpukan kepalaku di meja kerjaku. Kenapa jam pulang terasa lama sekali. Pekerjaanku sebenarnya hanya tinggal sedikit. Tapi saat lapar, otakku tak bisa berpikir jernih. Pak James tiba-tiba keluar dari ruangannya. Aku segera menegakkan tubuhku, lalu pura-pura memencet cepat keyboard komputerku. "Ada apa, pak James? Butuh sesuatu?" tanyaku. Pak James tampak melihat ke sekeliling meja kerjaku. Lalu menatapku dengan alis yang naik sebelah. Naasnya, tiba-tiba perutku bersuara nyaring, membuatnya tertawa keras. Kenapa pas sekali. Aku malu. Tanpa sepatah katapun, pak James langsung pergi meninggalkanku, kembali masuk ke dalam ruangannya. Aku mengehela napas panjang. Lalu menepuk-nepuk kedua sisi pipiku yang memerah. Ah aku benar-benar malu. Baru saja aku mene
Aku memandang setengah gugup ke arah pintu ruangan pak James. Biasanya tidak seperti ini. Hampir 5 tahun bekerja dengan pak James, membuatku cukup terbiasa dengannya. Tapi hari ini, aku merasa sangat gugup. Mungkin karena aku memiliki niat lain selain menjadi sekretaris pak James kali ini. "Selamat pagi, Pak James. Bagaimana pagi Anda hari ini?" tanyaku ramah, seperti biasanya. Pak James memandangku dengan senyum ramahnya, seperti biasanya. Namun, kali ini ia menampilkan raut heran. Menatap tubuhku dari atas ke bawah. "Baik. Kamu gimana, Diana? Sepertinya harimu sangat baik hari ini?" tanyanya. Aku tersenyum kikuk. Lalu menggeleng pelan. "Ya, seperti biasanya pak James," kataku sedikit tertawa. Aku lalu menyampaikan agenda beliau hari ini dari pagi hingga sore, berikut juga dengan agenda meeting dan pembahasannya, juga jadwal pertemuan di luar meeting dengan salah satu investor perusahaan ini.
Kami bertemu tepat pukul 2 siang di tempat yang sudah dipilih nona Claire. Tadinya aku bilang izin kepada Pak James untuk mengunjungi ibuku di rumah sakit sebentar. Untung saja pekerjaanku hari ini sudah luang, jadi pak James mengizinkan. Nona Claire sudah menungguku. Saat mata kami bertemu, aku bisa melihat antusias darinya. Mungkin dia sudah tau apa jawabanku nanti. "Duduk, Diana." Nona Claire menyuruhku duduk di depannya, lalu ia menyodorkan minuman dingin yang sudah ia pesan padaku. "Minum dulu. Kamu terlihat banyak pikiran." Aku mengangguk pelan dan mengucapkan Terima kasih. Segera kuteguk minuman dingin dari nona Claire, cukup untuk membasahi tenggorokanku dan menyegarkan pikiranku. Mataku beralih menatap nona Claire yang tampak menungguku. "Bagaimana Diana? Aku tau kamu sedang banyak masalah keuangan. Maka dari itu, aku menawarkan pekerjaan ini kepadamu. Karena aku ingin membantumu. Kuharap kamu tidak mengecewakanku," ucapnya. Aku menarik napas dalam. Mencoba untu
Aku menghentak-hentakkan kakiku di lantai kamar setelah mengunci rapat pintunya. Setelah sampai, aku sama sekali tak berkata apapun pada kedua adikku yang menatapku bingung. Kekesalan dan sakit hati membuatku ingin berteriak sekencang-kencangnya. Tak sadar, air mataku menetes. Aku segera mengusapnya. Kenapa aku harus menangisi laki-laki kadal macam Elzard. Kenapa Elzard tega mengkhianatiku? Kenapa Elzard tega menyelingkuhiku? Tapi jangan-jangan, justru akulah selingkuhannya. Ah, membayangkan itu membuat diriku semakin kesal. Bayangan pernikahan tahun depan buyar sudah. Laki-laki yang kuyakin akan menjadi suamiku nyatanya tega menduakanku. Aku memilih untuk segera membersihkan diri. Sepertinya aku butuh air dingin sekarang juga. Tak butuh waktu terlalu lama, aku sudah segar dengan rambut basah yang kugulung dengan handuk. Kakiku langsung menaiki ranjang, cukup dingin. Tanganku bergerak membuka pons
"Aku ingin kamu menggoda suamiku."Ucapan nona Claire sontak membuatku terkejut. Sangat terkejut. Apa dia sudah gila? Menyuruh perempuan lain untuk menggoda suaminya sendiri? Oke, mungkin jika suaminya jelek, gendut, miskin, mata keranjang, akan sedikit masuk akal. Tapi suaminya adalah Pak James, orang yang masuk daftar 10 orang terkaya di kota ini. Jangan lupakan fisiknya yang— ah, melihatnya saja pasti sudah membuat perempuan kejang-kejang. Di usia yang terbilang masih muda—sekitar 40 tahunan mungkin—dia terlihat sangat tampan dan maskulin, ditambah tubuhnya yang cukup kekar dan berotot. Lalu, Pak James dikenal sebagai sosok yang cinta keluarga. Tidak pernah sedikit pun rumor yang beredar mengatakan Pak James mendua. Ia bahkan digadang-gadang menjadi pria paling setia di kota ini. Dengan kekayaan dan ketampanan yang ia punya, Pak James bisa saja memiliki banyak wanita simpanan. Tapi, setahuku, 10 tahun pernikahan nona Claire dan pak James, tak pernah s