Share

Gotcha

Author: Pebyuna
last update Huling Na-update: 2025-09-28 11:33:12

Perbincanganku dengan pak James masih berlanjut. Tapi kini kami sudah berpindah duduk di sofa. Di depan kami, televisi besar pak James menyala, menampilkan salah satu tayangan berita yang begitu membosankan menurutku.

"Em, kalau boleh tau, nona Claire pergi ke mana, Pak? Kenapa Bapak tidak ikut saja? Ini kan weekend." Aku menoleh ke arah Pak James yang tampak fokus menonton berita. Pak James sepertinya sangat tertarik dengan dunia politik, juga berita kriminal.

"Swiss. Dia sedang liburan. Menikmati waktu sendirinya. Kamu tau, perempuan terkadang butuh me time."

Aku mengangguk saja. Tapi, batinku seakan tidak setuju. Sebagai seorang perempuan yang masih lajang, aku justru memiliki harapan untuk bisa pergi liburan dengan kekasihku. Untuk me time, akan lebih baik jika hanya untuk kegiatan murah, seperti tidur, baca buku, ngopi santai. Tapi liburan di Swiss, sayang sekali jika tidak bersama pasangan.

"Bapak membiarkannya pergi sendiri? Maksud saya, ini di Swiss, bukan di Indonesia."

Pak James tertawa. "Dia sudah terbiasa pergi sendiri, Diana. Jangan khawatir. Lagipula, dia tidak benar-benar pergi sendiri. Dia bersama teman-temannya."

Aku mengangguk paham. "Oh, begitu rupanya."

Aku lalu diam, mencoba ikut fokus menonton tayangan yang membosankan itu. Sebenarnya, aku ingin pergi menjenguk ibu. Tapi, Riana menyuruhku ke sana agak siang saja. Kupikir, akan lebih baik jika aku menunggu di sini saja daripada pulang dulu. Pak James juga memintaku untuk istirahat sebentar. Namun, situasi canggung ini rasanya membuatku tak nyaman.

"Apa rencanamu untuk liburan kali ini, Diana?"

Aku menautkan kedua alisku. "Ke rumah sakit? Apakah itu termasuk liburan?"

Pak James tersenyum kecil. "Bagaimana kabar ibumu?"

Aku mengulum bibirku. "Baik. Kondisinya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Dan, Selasa depan, beliau akan dioperasi."

Pak James mengangguk. "Semoga lancar operasi ibumu. Dan semoga bisa lekas membaik. Kamu terlihat seperti orang banyak pikiran akhir-akhir ini."

Aku hanya mengangguk sekilas. Suasana hening kembali menyelimuti kami. Aku dan pak James sama-sama diam. Bedanya, pak James menikmati berita kriminal yang sedang tayang, sementara aku sibuk meng-scroll layar ponselku asal.

"Kapan targetmu menikah, Diana?" tanya Pak James tiba-tiba. Aku yang ditanya begitu tentu saja terkejut.

"Harusnya tahun depan, tapi entahlah. Sepertinya akan mundur lagi," ucapku lesu.

Pak James menatapku iba. "Maaf, Diana. Saya lupa kalau kamu habis putus beberapa waktu lalu." Dia diam sejenak. Lalu menoleh ke arahku. Kali ini badannya juga ikut menyerong ke arahku. "Bagaimana tipe laki-laki idamanmu, Diana?"

Aku mengerutkan dahi, menatap lurus ke depan. Mencoba memikirkan bagaimana tipe laki-laki idamanku. Selama ini, tak ada yang spesial. Standarku cukup general. Laki-laki yang setia, baik hati, dan perhatian. Itu saja. Tapi, yang kuucapkan kepada pak James justru lain.

"Ganteng, kaya, perhatian, tinggi, berwibawa, royal, baik hati," kataku yakin. Aku melirik pak James yang membeo, lalu tertawa pelan.

"Itu saya?" tebaknya.

Aku terbatuk seketika. Tak menyangka pak James akan menebak dirinya sendiri. Meskipun, yah. Pak James memang salah satu laki-laki idamanku.

"Anda terlalu percaya diri."

"Tapi memang itu saya, kan, Diana? Ciri-ciri yang kamu sebutkan sangat sesuai dengan saya."

Aku memutar bola mata malas. "Terserah Bapak, deh."

Pak James kembali tertawa dengan sedikit lebih keras. "Jangan-jangan, kamu menyukai saya, Diana?"

Aku mendengus kesal. Kenapa jadi aku yang digoda pak James. Bukankah harusnya aku yang menggodanya? Tentu saja, aku harus mengcounternya. "Ya, saya menyukai bapak. Kalau saja bapak belum beristri," ucapku menantang.

Pak James lagi-lagi kembali tertawa. "Kalau saya tidak beristri, kamu mau jadi istri saya?"

Lagi-lagi, ucapan pak James membuatku terkejut. Sampai-sampai, aku terbatuk-batuk. Aku menatap pak James dengan kesal. "Ya, sama mau jadi istri bapak."

Kali ini, pak James tidak tertawa. Melainkan senyum tipis yang entah apa artinya. Ia menatapku, dengan tatapan yang sulit diartikan. "Saya sepertinya juga menyukaimu, Diana. Tapi seperti katamu, andai saya belum punya istri."

Aku menghembuskan napas panjang setelah pak James mengatakan itu. Pak James berlalu menuju dapur, mungkin mengambil air. Sementara aku mencoba menetralkan degup jantungku. Sial, Pak James benar-benar pria yang tidak bisa ditebak.

Tapi, apa artinya perkataan pak James tadi? Dia tertarik padaku?

Menunggu cukup lama, pak James tak kunjung kembali. Aku memilih untuk menyusulnya. Rupanya, dia sedang berdiri sambil memegang gelas berisi air dingin, tampak melamun. Aku mendekatinya, pak James sedikit terkejut karena kehadiranku.

"Bapak nggak apa-apa?"

Bukannya menjawab, pak James malah menawariku minum. "Ada jus jambu juga di kulkas," katanya.

Aku mengangguk dan memilih mengambil air putih dingin saja. Aku membuka kulkas. Kulkas pak James hanya berisi makanan dan minuman instan. Mungkin karena memang pak James hanya menempati tempat ini sendirian dan jarang-jarang.

Baru saja aku berniat berdiri dan mundur untuk menutup kulkas, Pak James tiba-tiba sudah di belakangku. Cukup dekat, hingga aku bisa merasakan hembusan napasnya di leherku yang terbuka.

"Rambutmu wangi, Diana. Aroma stroberi," katanya, tanpa menggeser tubuhnya sedikitpun. Bulu kudukku tiba-tiba berdiri.

"Ah, ini shampo supermarket, Pak. Untuk perempuan. Tapi kalau bapak mau, saya bisa belikan," kataku dengan nada sedikit gemetar.

"Tidak. Sampo ini hanya untuk perempuan. Saya tidak berniat memakainya. Saya hanya ingin mencium aromanya. Bolehkan, Diana?" tanyanya.

Jantungku berdegup kencang. Lidahku terasa kelu. Badanku seakan membatu. Pak James menghirup dalam aroma rambutku yang kuikat ke atas. Hembusan napasnya mengenai leherku, hingga membuat badanku sedikit gemetar.

"Diana, bukankah sudah kubilang jika kamu lebih cantik saat rambutmu tergerai?" tanyanya. Pak James membalik badanku cepat, hingga kini aku bisa menatap wajahnya dari jarak yang cukup dekat. Pak James, terlihat berantakan. Deru napas tak beraturannya terdengar.

"Ya. Tapi, hari ini cukup panas, Pak. Jadi saya ikat ke atas."

Sepertinya pak James tidak mendegar apa yang aku katakan. Matanya menatap ke arah leherku. Kulihat, jakunnya naik turun.

"Diana, kamu ingat apa yang saya katakan Tempo hari setelah pertemuan dengan pak Ricard?" tanyanya.

Aku segera menggeleng. Bukan lupa, tapi untuk mengingat-ingat saja rasanya aku tidak mampu sekarang.

Pak James menghela napas panjang. Lalu mundur beberapa langkah, membuatku bernapas lega. "Saya pria normal, Diana. Bisa saja saya seperti Pak Ricard. Tidakkah kamu takut?"

Tanpa menunggu responsku, Pak James berjalan pergi meninggalkanku. Aku mengulum senyum. Satu hal yang kusadari hari ini. Pak James tidak benar-benar menyukai rambutku yang terurai, tapi dengan rambut terurai, dia bisa sedikit menahan diri untuk tidak menatap leherku secara langsung.

Gotcha. Sekarang aku tau. Pak James, menyukai leher jenjangku.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Sadar

    Hari ini aku tak masuk kerja. Seperti yang sudah kukatakan pada pak James beberapa waktu lalu. Hari ini jadwal ibu operasi, jadi aku ingin menemaninya. Aku duduk merenung setelah 2 jam berlalu sejak ibu masuk ruangan operasi. Tidak, aku tidak memikirkan atau khawatir soal keadaan ibu. Dokter Danu paling ahli di bidang ini. Jadi, aku sangat percaya padanya bisa melakukan yang terbaik untuk ibu. Kondisi ibu juga berangsur membaik, jauh lebih baik dari sebelumnya sebelum masuk kamar operasi. Jadi, harusnya ibu akan baik-baik saja. Pikiranku justru berkelana pada kondisi pak James. Setelah hari di mana pak James mengatakan bahwa ia mandul, aku sedikit khawatir. Pak James mungkin berpikir jika ia sangat bertanggung jawab atas kejadian malam bersama nona Claire. Lalu, saat tau dirinya tidak bisa menghamili nona Claire, pak James merasa semakin bersalah. Mungkin itu sebabnya pak James begitu putus asa. Nona Claire yang berseli

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Kebenaran yang Mengejutkan

    "Diana, menurutmu, perempuan lebih suka laki-laki yang membebaskannya untuk melakukan sesuatu yang dia inginkan, atau mengekangnya dengan segala aturan?" Pak James tiba-tiba berhenti mengunyah. Ia manatapku, menunggu jawaban. Saat ini, kami sedang berada di warung nasi padang yang sama seperti yang kami kunjungi beberapa waktu lalu. Ini kedua kalinya pak James mengajakku kemarin. Tadinya, kupikir pak James akan mengurung diri di ruangannya setelah masalah yang ia hadapi dengan nona Claire. Tapi, ternyata tidak. Ia malah mengajakku ke sini. "Tentu saja pilih laki-laki yang membebaskan saya untuk melakukan segala hal yang saya mau. Tapi, bukan dalam artian sebebas-bebasnya. Perempuan itu suka diperhatikan, Pak. Jadi, dibebaskan dalam artian didukung, asalkan itu baik. Memangnya kenapa, Pak? Tumben Bapak tanya hal seperti ini?" Pak James hanya menggeleng pelan, lalu kembali menyantap makanannya. Membuatku bertanya-tanya. Apakah ini ada hubungannya dengan nona Claire. "Em, saya

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Kabur?

    "Selamat pagi, Pak," sapaku pada Pak James yang sedang sibuk menatap layar tablet miliknya. Kacamata yang ia pakai menambah kesan wibawa. Pak James menatapku, lalu melepaskan kacamatanya dan meletakkannya di meja. "Selamat pagi, Diana," jawabnya dengan senyum samar. Ia memandangku aneh, sedikit menaikkan alisnya. "Kamu sedang tak enak badan?" tanyanya. Aku sedikit bingung awalnya. Namun, pak James melirik syal yang kukenakan, membuatku paham maksud pertanyaannya. Aku segera menggeleng pelan, lalu akhirnya mengangguk karena kupikir akan lebih baik jika aku berbohong. "Iya, sedikit tidak enak badan pak James. Tapi saya masih kuat bekerja," kataku. Pak James menatapku seakan tak percaya. Tapi, pada akhirnya ia mengangguk saja. Lagipula, tidak mungkin juga jika aku mengatakan yang sejujurnya. Pak James mungkin tidak akan mengingatnya dan malah menuduhku yang tidak-tidak. Karena semalam dia mabuk. Bahkan setelah pelepasannya, dia langsung a

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Melanjutkan Kegiatan

    Rupanya dugaanku salah. Bukannya menghentikan kegiatannya, Pak James malah kembali menciumku secara brutal. Tangannya sudah menyusup ke punggungku, melepaskan kaitan bra yang kukenakan. Tanganku segera menutupi dua asetku yang tak lagi tertutup bra. Pak James kembali menegakkan badannya, lalu diam menatap bagian depanku dengan mata berkilat nafsu. "Jangan ditutup, Diana. Tidak baik menutupi sesuatu yang sangat indah ini," ucapnya parau, sambil mencoba menyingkirkan kedua tanganku. Aku masih mencoba menahan tangan pak James, tapi tenagaku tak cukup kuat. Dengan sekali sentak, pak James berhasil menyingkirkan kedua tanganku dari dua bongkahan milikku. Tanganku ditarik ke atas, membuat dadaku lebih condong ke arahnya. Dan tanpa aba-aba, pak James langsung menenggelamkan kepalanya ke sana. "Ah.... Bapak hentikanhh." Pak James menghirup dalam-dalam aroma tubuhku. Ia juga kembali memberikan tanda di san

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Affair

    Setelah kejadian di dapur apartemen pak James hari itu, aku memutuskan untuk pulang. Pak James tak lagi menghubungiku. Akupun juga tak berniat menghubunginya. Aku butuh waktu, khususnya untuk memikirkan rencanaku selanjutnya. Ada rasa takut ketika mendengar kenyataan bahwa pak James mungkin tertarik padaku, juga tubuhku. Meskipun nona Claire memintaku untuk menggunakan tubuh untuk menggoda pak James—dan sudah kulakukan, nyatanya ada perasaan takut jika hal-hal yang melewati batas akhirnya terjadi. Pak James laki-laki normal. Dia bilang sendiri padaku. Artinya, apakah aku sudah menemukan jawaban yang nona Claire minta? Apakah aku harus menghentikan pekerjaan ini sekarang dan memberi tau nona Claire bahwa pak James tidak setia padanya? Tapi, apa yang akan dilakukan nona Claire selanjutnya setelah mengetahui hal ini? Apakah mereka tetap melanjutkan pernikahan atau malah memutuskan bercerai? Jika bercerai, bukankah aku terlalu jahat pada pak J

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Gotcha

    Perbincanganku dengan pak James masih berlanjut. Tapi kini kami sudah berpindah duduk di sofa. Di depan kami, televisi besar pak James menyala, menampilkan salah satu tayangan berita yang begitu membosankan menurutku. "Em, kalau boleh tau, nona Claire pergi ke mana, Pak? Kenapa Bapak tidak ikut saja? Ini kan weekend." Aku menoleh ke arah Pak James yang tampak fokus menonton berita. Pak James sepertinya sangat tertarik dengan dunia politik, juga berita kriminal. "Swiss. Dia sedang liburan. Menikmati waktu sendirinya. Kamu tau, perempuan terkadang butuh me time." Aku mengangguk saja. Tapi, batinku seakan tidak setuju. Sebagai seorang perempuan yang masih lajang, aku justru memiliki harapan untuk bisa pergi liburan dengan kekasihku. Untuk me time, akan lebih baik jika hanya untuk kegiatan murah, seperti tidur, baca buku, ngopi santai. Tapi liburan di Swiss, sayang sekali jika tidak bersama pasangan. "Bapak membiarkannya per

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status