Share

Rindu

Hampir satu bulan Cassian menghindari untuk bertatap muka dengan Aveline akibat peristiwa malam itu..

~~~

Engghh…

Aku terbangun dengan perasaan yang tidak nyaman. Kepalaku pusing dan perutku terasa mual. Aku duduk dan terdiam saat rasa mual itu semakin menjadi-jadi. Aku memegang perutku dan berusaha untuk mencapai kamar mandi. Napasku terengah-engah saat mengeluarkan isi perutku yang semuanya hanyalah cairan.

Setelah merasa lega dan membersihkan diri, aku keluar dari kamar mandi menghampiri ponselku yang tergeletak di sofa kamar. Aku mulai mengecek satu per satu notifikasi dimana aku berharap kalau salah satunya dari Cassian. Namun nihil.

Aku menghembuskan napas lelah. Sejak kejadian malam itu, Cassian menghindariku. Dia memilih tidak sarapan dan pulang larut malam demi tidak berinteraksi denganku. Dan sudah hampir dua minggu ini dia tidak pulang. Awalnya dia hanya mengatakan kalau akan keluar kota dan tidak mengatakan alasan serta waktu kepulangannya. Membuatku frustasi karena merindukannya.

Trttt…

Sofia is Calling…

Sofia, manajer Dreamweaver Interiors, sebuah tim jasa yang dibentuk oleh Aveline dan teman-temannya untuk para client yang membutuhkan jasa interior design.

“Iya, Sof. Kenapa?”

“Inget proyek Pawsome, gak?”

Aku mengangguk, “Yang distributor pet supplies, yang lagi dikerjain sama Fredi, kan?”

“Yup,”

“Kenapa? Bukannya desainnya udah acc, yah?”

“Gak semuanya. Desain buat ruangan CEO udah dua kali ditolak. Kalau sampe desain ketiga ini gak sesuai sama selera mereka, mereka ngancem bakal batalin kerja sama. Padahal semua supplies udah dipesan, Ave. gimana dong!!”

Aku berpikir sejenak. “Tenang, Sof. Biar gue ketemu dulu sama CEO nya Pawsome buat bicarain desain yang dia suka.”

“Okedeh, Ave. Kita ketemu langsung aja disana. Nanti gue yang bawain bahannya.”

“Oke see u, Sof.”

Tuuttt…

Setelah Sofia menutup telfonnya, sekali lagi aku mengecek notifikasi yang aku harap berasal dari Cassian. Namun, lagi-lagi aku mendesah pelan saat tidak mendapati apa pun.

Aku kemudian bergegas bersiap untuk menuju lokasi Pawsome dan melewatkan sarapanku karena aku hampir terlambat.

Sesampainya di Gedung perkantoran yang umumnya disewakan para startup pemula, aku turun dari taksi online yang kupesan karena kondisi tubuhku yang sangat mudah sekali Lelah akhir-akhir ini. Aku menemukan Sofia yang menungguku di Lobby Gedung.

“Hey, Sof. Udah lama nunggu?”

Sofia menggeleng, “Gue baru aja datang. Naik yuk!”

Aku mengangguk dan berjalan beriringan dengan Sofia untuk memasuk lift. Sesampainya di lantai lima, dimana kantor sementara Pawsome berada, kami menghampiri front desk dan menyatakan maksud kedatangan kami.

"Mbak, kami dari Dreamweaver Interiors mau ketemu dengan Bu Sarah," ujar Sofia dengan ramah pada pegawai yang berjaga di front desk.

Pegawai tersebut tersenyum dan mengangguk, "Baik, Bu. Mari saya antar."

Aku dan Sofia mengikuti pegawai tersebut melewati lorong-lorong yang luas hingga tiba di ruang tunggu. Kami disuruh menunggu hingga tak lama kemudian bu Sarah menghampiri kami.

“Mbak Sofia, desainnya sudah jadi?” Tanya bu Sarah terlihat heran. Mungkin dia mengira kalau kami bisa menyelesaikan revisi desain secepat itu.

Sofia menggeleng, “Maaf, bu, kalau kami mengganggu saat ini. Kami hanya ingin mendata ulang tentang desain yang diinginkan CEO Pawsome ini. Karena mungkin kami ada kesalahan pada desain yang lalu.”

Bu Sarah mengangguk paham, “Baiklah kalau begitu. Kalau boleh tau desainer yang kemarin tidak hadir?”

“Desainer yang kemarin sedang ada urusan yang tidak bisa ditinggal. Perkenalkan saya Aveline, desainer yang membantu proyek ini.” Ujar Aveline sambil mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.

Bu Sarah menjabat tangan Aveline sambil tersenyum ramah, “Baiklah. Kalian butuh apa?”

Aku mengambil Tablet yang dipegang oleh Sofia. “Karena data kami menunjukkan bahwa CEO menginginkan desain ruangannya yang mirip dengan konsep ruangan yang ada sekarang, kami ingin bertemu dengan CEO Pawsome sekaligus melihat ruangannya. Apakah itu bisa diatur?”

“Kalau ruangannya bisa. Tapi CEO Pawsome tidak di tempat sekarang.” Ujar Bu Sarah.

Aku tersenyum ramah, “Tidak masalah, Bu Sarah. Kami tetap bisa melihat ruangannya dan memulai peninjauan awal. Setelah itu, kami dapat mengatur pertemuan dengan CEO Pawsome untuk membahas lebih lanjut detail desainnya.”

“Baik, mari saya antar.”

Kami mengikuti Bu Sarah keluar dari ruang tunggu dan menuju ke ruangan CEO Pawsome. Saat pintu ruangan terbuka, aku dan Sofia memasuki ruangan yang luas dengan warna abu-abu yang mendominasi. Ruangan tersebut dihiasi dengan perabotan modern dan desain yang elegan. Modern Masculine adalah istilah yang tepat untuk konsep ruangan ini.

Aku menyelidiki setiap sudut ruangan, mengamati layout dan potensi desain yang bisa diaplikasikan. Sofia sibuk mencatat setiap detail yang penting. Ada yang aneh saat aku membandingkan ruangan ini dengan desain milik Fredi. Semuanya pas jika disesuaikan dengan ruangan CEO di Gedung baru.

“Kenapa, Ave?” Tanya Sofia saat melihatku yang bingung.

“Gue bingung, Sof. Konsep ruangan ini sudah pas banget dengan desain punyanya Fredi. Apalagi kalau disesuaian sama ruangan CEO Pawsome di Gedung baru.”

Sofia menatapku dengan heran, “Kayaknya lo memang perlu ketemu langsung deh sama CEO nya.”

Aku mengangguk membenarkan, “Maaf, bu Sarah. Tapi saya butuh untuk ketemu langsung dengan CEO Pawsome,”

Bu sarah berpikir sejenak, “Kalian bisa membuat janji dengan sekertarisnya,”

Aku mengangguk, “Baiklah, bu Sarah. Bisa tunjukkan dimana ruangan sekertarisnya?”

Bu Sarah menggeleng, “Bukan disini. Tapi sekertaris CEO Rinaldi Corp.”

“Hah?”

“Jadi Pawsome ini anak perusahaan Rinaldi Corp., bu?” Tanya Sofia mewakiliku.

Bu Sarah kembali menggeleng, “Pawsome ini berdiri sendiri, mbak Sofia. CEO kami hanya menjadi CEO sementara di Rinaldi Corp.”

“Siapa nama CEO Pawsome, bu?” Tanyaku. Aku tahu jawabannya. Pasti bu Sarah akan menjawab kalau CEO Pawsome adalah Cassian, suamiku. Karena siapa lagi CEO Rinaldi Corp. kalau bukan dia?

“Pak Cassian. Cassian Ardentio Wijaya.”

Yah. Satu lagi fakta tentang suamiku…

“Apa ibu punya kontak sekertarisnya? Kami harus secepatnya bertemu supaya desainnya bisa segera dirampungkan.” Ujar Sofia.

“Maaf. Saya sama sekali tidak punya kontak sekertarisnya.” Ujar Bu Sarah penuh penyesalan.

“Kalau boleh tau, kapan pak Cassian kesini, bu?” Tanyaku.

“Setiap pagi hingga pukul sepuluh, pak Cassian akan berkunjung kesini.”

“Setiap pagi? Termasuk pagi ini?” Tanyaku yang mulai tidak nyaman.

Bu Sarah mengangguk, “Iya. Mungkin kalau mbak Aveline dan mbak Sofia lebih awal, bisa ketemu dengan pak Cassian tadi.”

Aku shock. Apa ini? Cassian memberitahuku kalau dia akan keluar kota. Tapi masih menyempatkan dirinya datang kesini tanpa pulang lebih dulu? Atau dia memang sengaja tidak ingin bertemu denganku?

Aku mengambil ponselku dan memesan taksi online. “Baiklah kalau begitu, bu Sarah. Saya akan ketemu langsung dengan pak Cassian di Rinaldi Corp.” Ujarku sambil bersalaman dengan bu Sarah. Sedangkan Sofia hanya mengikutiku dengan bingung.

“Lo mau ke Rinaldi Corp. sekarang?” Tanya Sofia saat kami keluar dari kantor Pawsome dan menuju lobby Gedung ini.

Aku mengangguk. Sesekali mengecek posisi taksi onlineku. “Biar gue sendiri yang kesana. Lo balik kantor aja.” Ujarku saat melihat taksi onlineku sudah tiba. “Tablet ini gue bawa, yah,” Sofia mengangguk.

Di dalam taksi online aku memikirkan Cassian. Cassian yang menghindariku. Dia yang beralasan keluar kota karena tidak ingin bertemu denganku. Cassian yang sudah merencanakan akan mundur dari jabatannya di Rinaldi Corp. karena bu Sarah yang mengatakan kalau Cassian mengakui dirinya sebagai CEO sementara.

Tapi.. aku tidak akan membiarkan itu. Karena kalau Cassian yang mundur dari CEO Rinaldi Corp., berarti dia juga akan menceraikanku.

Aku menghempaskan pintu taksi online yang kutumpangi saat sudah berada di lobby Gedung Rinaldi Corp. Dengan berapi-api, aku menaiki lift dan menekan akses untuk ke lantai paling atas Gedung ini. Tak banyak yang mengenalku disini karena aku yang sangat malas untuk berkunjung maupun mengikuti acara-acara yang diselenggarakan oleh Rinaldi Corp. Mungkin hanya pejabat perusahaan yang masih mengingatku yang sewaktu kecil sering dibawa Papa Vincent kesini.

Aku menyelusuri koridor lantai ini yang kosong dan menemukan pintu yang bertuliskan CEO. Tak banyak yang berubah dari kantor ini. Mungkin hanya cat yang selalu diperbarui agar selalu tampak baru.

Aku mengetuk pintu dihadapanku dan membukanya saat ada persetujuan dari dalam. Masih dengan kekesalan yang memuncak, aku masuk dan membanting pintu ruangan itu. Kelakuanku membuat orang-orang yang berada di sana terkejut. Cassian dan seorang pria yang aku yakini itu adalah asistennya.

Namun bagai disiram air dingin, kekesalanku luruh begitu saja saat melihatnya. Rasa rindu memenuhi hatiku. Jantungku berdegup kencang. Badanku gemetaran.

“Kak I…” Aku ingin mengucapkan sesuatu namun tubuhku lemas. Pandanganku menggelap. Dan...

Brukk…

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status