Home / Rumah Tangga / Misi Menggoda Hati / Kontrak Pernikahan Kedua

Share

Kontrak Pernikahan Kedua

Author: Fin Nabh
last update Last Updated: 2023-07-18 19:58:51

Aveline akhirnya hamil dan waktunya untuk menjalankan rencana berikutnya..

~~~

Cassian duduk di sofa tunggal masih di ruangan yang sama tempat Aveline tiba-tiba pingsan. Tubuhnya tegang dan rahangnya mengeras. Matanya kosong, menatap Aveline yang terbaring di sofa panjang, wanita yang secara teknis masih istrinya.

"Saya nggak bisa pastiin, Pak. Sebaiknya cek langsung ke dokter kandungan," ujar dokter perempuan bernama Riana dengan nada hati-hati. Cassian hanya mengangguk singkat, matanya tetap terfokus pada Aveline yang mulai sadar.

Aveline perlahan membuka matanya, kebingungan, lalu memberi senyum tipis kepada dokter.

"Bagaimana perasaan Ibu sekarang?" tanya dokter Riana lembut.

Aveline menjawab dengan suara pelan, "Hanya pusing aja."

"Terima kasih, Riana. Bisa kalian tinggalkan saya dan istri saya?" Suara Cassian terdengar datar, seperti biasa.

Begitu ruangan sepi, Cassian berjalan mendekat dan duduk di tepi ranjang. Matanya menghindari wajah Aveline, seakan melihatnya terlalu lama bisa membuatnya goyah dan itu adalah hal yang paling dibencinya.

"Sepertinya kamu hamil," ucapnya cepat dan tanpa ekspresi. Sekedar hanya menginformasikan tanpa maksud apa pun.

Aveline terdiam sejenak, kemudian menggumam, "Hamil?"

Ia menyentuh perutnya, dan senyum itu… senyum yang dulu mampu meluluhkan hati Cassian kembali muncul. Tapi bagi Cassian, senyum itu sekarang hanya mengingatkannya akan masa lalu yang rumit dan penuh luka.

Cassian menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan rasa muak yang tiba-tiba datang. Bukan pada anak yang sedang dikandung, tetapi pada keadaan, pada Aveline, dan pada dirinya sendiri yang terlalu lemah untuk menolak sejak awal.

"Kayaknya cuma aku yang bahagia saat ini," ujar Aveline, suaranya terdengar lebih perih daripada marah.

Cassian diam, tetap mematung.

"Aku paham kalau kamu nggak menginginkan ini. Tapi tenang aja, aku nggak akan nyusahin kamu," lanjut Aveline sambil mulai bangkit. Cassian hanya memperhatikannya dengan pandangan kosong.

"Mau ke mana?" tanyanya singkat.

"Ke klinik. Mau cek kondisi anakku."

Anakku. Bukan anak kita.

Kata itu menghantam Cassian, seolah palu godam yang tak terelakkan. Entah kenapa, dia merasa bahwa dia pantas mendapatkannya.

Cassian mengerjap, dan tangan kanannya mengepal tanpa sadar, tapi dia tetap diam.

"Oh iya, sebaiknya Kak Ian pulang nanti. Kontrak pernikahan kita perlu diperbarui," tambah Aveline sebelum akhirnya meninggalkan ruangan.

Pintu tertutup dengan lembut, meninggalkan Cassian yang masih duduk di tempatnya, menatap kosong ke lantai. Entah apa yang sedang dipikirkannya, yang jelas, dia merasa seperti berada di persimpangan jalan yang tak pernah ia pilih.

~~~

Aveline duduk gelisah di ruang keluarga, matanya tak lepas dari jam dinding yang berdetak pelan, tapi terasa lebih menyiksa dari biasanya. Malam sudah makin larut, dan kekhawatiran mulai menguasai pikirannya.

Kalau Kak Ian gak pulang lagi, gimana?

Tangan Aveline terulur, menyentuh perutnya dengan lembut, mencoba menenangkan diri sendiri. Sepulang dari kantor Rinaldi Corp., Aveline menyempatkan diri ke klinik. Hasilnya? Ia hamil, dan sudah memasuki minggu keempat. Kabar bahagia, tapi belum sempat ia bagikan ke siapapun.

Deru mesin mobil di luar rumah memecah lamunannya. Dengan cepat, ia bangkit dan berjalan cepat ke pintu. Cassian akhirnya pulang. Seperti biasa, Aveline menyambutnya dengan senyum dan uluran tangan. Hatinya hangat saat jemari mereka bersentuhan. Ia merindukan momen-momen seperti ini. Ketika mata mereka bertemu, seolah waktu berhenti sejenak. Wajah Cassian terlihat lelah, namun ada kelembutan samar di balik matanya.

Atau gue lagi halu?

Cassian menarik tangannya dan memalingkan pandangannya. “Aku mau mandi dulu. Setelah itu kita bicara di ruang kerjaku,” katanya datar, sebelum berlalu begitu saja.

Aveline menghela napas pelan, matanya menatap dua benda yang ada di tangannya—surat keterangan hamil dan kontrak pernikahan baru yang sudah ia siapkan setelah dari klinik. Kini ia duduk di ruang kerja Cassian, menunggu dengan jantung berdebar-debar.

Sambil menunggu, ia membuka ponsel, mencoba mengirimkan foto USG ke keluarga mereka. Sayangnya, tidak ada balasan. Mungkin keluarganya dan keluarga Cassian sedang beristirahat, mengingat sekarang waktunya beristirahat.

Cklek

Cassian masuk ke dalam ruangan. Suami Aveline itu mengenakan kaos rumahan dengan aroma sabun yang masih melekat di tubuhnya. Dengan raut wajah andalannya ketika bersama Aveline, ia langsung menuju meja kerjanya, duduk, dan menatap Aveline yang kini berdiri mendekatinya.

“Aku rasa kita nggak perlu memperbarui kontrak,” ucapnya, nada suaranya tetap dingin.

Aveline terperangah. “Hah?” tanyanya, hampir tidak percaya.

“Pernikahan kita cuma untuk setahun. Dan itu bakal berakhir dalam tiga bulan lagi,” jelas Cassian dengan suara yang tetap datar.

“Dan anak aku jadi nggak jelas statusnya?” sahut Aveline, suaranya meninggi, kesal.

“Kamu belum tentu hamil, Ave,” sahut Cassian tanpa ekspresi.

Dengan cepat dan emosi yang memuncak, Aveline menyodorkan surat keterangan hamil dari klinik, lengkap dengan foto USG. “Aku hamil. Dan ini buktinya,” tegasnya.

Cassian terdiam, hanya menatap kertas-kertas itu tanpa ekspresi jelas. “Kejadian ini karena ulah kamu sendiri,” ucapnya datar.

Amarah Aveline benar-benar memuncak. “No. Ini solusi yang kamu minta. Anak ini yang bakal jadi penerus Rinaldi Corp. Dia yang bakal buat kamu bebas.”

Wajah Cassian tetap tenang, meskipun terlihat lelah. “Oke. Maumu apa sekarang?”

Aveline meletakkan kontrak baru di hadapannya. “Aku ajukan kontrak kedua, sebelum kita bercerai.”

Isi kontrak itu nggak main-main. Aveline sengaja membuatnya rumit. Ia bilang nggak mau nyusahin, tapi ia tahu kalau kenangan harus dibangun, dan intensitas kebersamaan harus dipaksa jika tidak datang secara alami.

Ada tiga syarat:

Pernikahan ini nggak akan berakhir sebelum aku melahirkan.

Kita harus tidur di ranjang yang sama.

Kamu harus ngajak aku berkencan dan menghabiskan waktu berdua setiap akhir pekan.

Cassian membaca sekilas dan langsung menjauhkan kontrak itu. “Syarat macam apa ini? Aku nggak mau.”

“Kita nggak lagi negosiasi, KAK IAN,” jawab Aveline tenang, tapi tegas.

“Kamu salah. Harusnya kita diskusi dulu sebelum kamu nulis semua ini.”

“Aku berniat diskusi. Tapi kamu yang selama satu bulan ini menghindar,” sela Aveline. “Cih, bahkan gak pernah pulang ke rumah. Entah nginep dimana selama dua minggu ini.” lanjutnya dengan gumaman yang terdengar jelas di telinga Cassian.

Cassian terdiam, beberapa detik kemudian ia menyeret kembali kontrak itu ke arahnya, tapi tetap bersikukuh, “Aku nggak mau tidur seranjang.”

“Kalau satu kamar?” Aveline menawarkan, tetap tenang.

Cassian menggeleng. Aveline tidak memaksa. Dia sudah menyiapkan rencana lain.

“Okelah. Tapi kita ganti dengan syarat, kita harus nunjukin kemesraan di depan orang tua. Gimana?” tawarnya.

Cassian berpikir sejenak, lalu mengangguk.

Aveline hampir bersorak. Ia mengambil kontrak itu, mengoreksi isi poinnya, dan menandatanganinya dengan senyum puas. Kontrak itu kemudian ia sodorkan kembali pada Cassian.

“Makasih, Kak Ian. Aku janji nggak bakal nyusahin kamu selama pernikahan kita. Kecuali untuk hal-hal yang udah kita sepakatin,” ucapnya tulus.

Ia mencium pipi Cassian, membuat pria itu membeku dalam diam. Aveline tidak peduli Cassian akan marah, ia terlalu senang malam ini.

Keluar dari ruang kerja Cassian, ia menutup pintu perlahan dan segera menghubungi seseorang. Rencana berikutnya harus disusun dengan sempurna.

Misi pertama hamil anak Cassian, BERHASIL.

Misi kedua Tidur sekamar dengan Cassian.

Dan permainan baru saja dimulai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Misi Menggoda Hati   Meremehkan Seorang Cassian

    Cassian : "Kayaknya kamu selalu anggap aku remeh.."~~~"Mana cucuku?"Papa Vincent berseru antusias begitu memasuki rumah, matanya berbinar.Mama Natalia yang menyaksikan kelakuan Papa Vincent hanya bisa menggelengkan kepala. Sepertinya sudah terlalu sering melihatnya bertingkah seperti ini, dan sudah terlalu paham dengan sifatnya.Aveline hanya terkekeh melihat pemandangan itu. Ia dan Cassian sedang berdiri di depan pintu untuk menyambut kedua orang tuanya.Setelah perdebatan semalam dengan Cassian, orang tua mereka mulai menelepon dengan penuh antusias. Berjanji akan datang dan mengunjungi mereka, tanpa menunggu lama.And here they were…Pagi-pagi sekali, kedua orang tua Aveline telah tiba. Sementara ibu mertuanya, Ibu Diana, juga tak kalah antusias. Ibu Diana sedang dalam perjalanan, dijemput oleh salah satu orang suruhan Cassian. Wanita itu tinggal di kota berbeda, menemani Adelia, adik Cassian, yang tengah menempuh pendidikan.“Masih bentuk kecebong kali, Pa.” celetuk Aurora, adi

    Last Updated : 2023-08-07
  • Misi Menggoda Hati   Dia Suamiku

    Aveline ke Rafael : "Cassian itu suami gue.."~~~“Kayaknya kamu selalu anggap aku remeh…” Suara itu datang dari belakang.Aveline menatap pantulan Cassian di cermin tanpa langsung berbalik. Tatapannya tetap tenang, tapi ada ketegangan tipis yang muncul di rahang dan bahunya.“Maksudnya?” tanyanya pelan, pura-pura tidak mengerti.Cassian tertawa singkat—sinis. “Dasar manipulatif. Jangan pura-pura naif. Aku tahu rencana kamu itu.”Pelan-pelan, Aveline berbalik dan menatapnya langsung. “Aku gak ada rencana apa pun.”Cassian terkekeh sinis, lengkap dengan tatapannya yang menajam. “Kamu selalu tau cara buat kendalikan situasi sesuai mau kamu. Sekarang pun, pasti kamu lagi mikirin cara supaya aku tetap tinggal dalam pernikahan ini, kan?”Ucapan itu menghantamnya. Dingin dan tajam seperti pisau.Aveline mengepalkan tangan di samping tubuh, berusaha meredam emosi yang mulai naik ke permukaan. “Kamu salah paham.”Cassian melangkah mendekat, begitu dekat hingga suaranya nyaris berbisik di telin

    Last Updated : 2023-08-08
  • Misi Menggoda Hati   Kesiangan

    Aveline berhasil tidur sekamar dengan Cassian. Tapi ...~~~Rafael menatap Aveline dengan mulut terbuka, ekspresi keterkejutan jelas terlihat di wajahnya. “Pak Cassian suami lo?” Suaranya terdengar hampir tak percaya.Aveline hanya mengangguk pelan, matanya memandangi teman lamanya itu, merasa sedikit bingung dengan reaksi yang begitu besar. “Iya… kenapa?”Rafael tampaknya semakin tercengang. “Jadi lo putri pemilik Rinaldi Corp.?” Matanya membelalak, seolah tak percaya dengan informasi yang baru saja didapat.Aveline mengangguk sekali lagi, ragu-ragu. “Ya, tapi kenapa? Emangnya masalah?”“Astaga, Ave. Lo anak sultan ternyata. Padahal pas kuliah dulu kayak miskin banget. Alat gambar aja kadang minjem ke gue.” Rafael tertawa, seakan tak bisa menahan gelaknya, mengenang masa lalu yang penuh kenangan.Aveline hanya bisa tertawa mendengar itu. Dulu, hidupnya memang cukup hemat. Papa Vincent tidak pernah memberi banyak uang untuk keperluannya sendiri, dan Aveline tahu betul bahwa dia harus b

    Last Updated : 2023-08-14
  • Misi Menggoda Hati   Istri yang Tidak Memiliki Pengaruh

    Aveline mengerti profesionalitas itu seperti apa. Tapi membiarkannya menunggu dan tidak diberi kepastian, bukannya keterlaluan?~~~Aveline meringis kecil, berusaha menutupi rasa canggung yang sempat menyeruak di dada saat menyapa ibu mertuanya yang berdiri di dapur. “Pagi, Bu…” sapanya pelan.Ibu Diana berbalik, menyambutnya dengan senyum hangat yang tak pernah gagal membuat hati terasa lebih ringan. “Pagi, Ave. Sini, sarapan dulu, sayang.” Ia menyerahkan segelas jus segar yang baru saja dibuat.Aveline menerimanya dengan dua tangan, disertai ucapan terima kasih yang tulus. “Makasih, Bu. Ehm… maaf aku bangunnya kesiangan.”Ibu Diana hanya mengangguk lembut, tanpa sedikit pun menunjukkan ekspresi kesal. “Tidak apa-apa, sayang. Kamu lagi hamil. Jadi harus banyak istirahat.”Senyuman kecil muncul di wajah Aveline, menandakan rasa lega sekaligus syukur atas pengertian ibu mertuanya. “Kak Ian udah berangkat?” tanyanya sambil melirik ke arah meja makan.Ibu Diana meletakkan sepiring nasi a

    Last Updated : 2023-08-21
  • Misi Menggoda Hati   Ngidam

    Aveline mengalami ngidam di tengah malam dan ketahuan ibu mertuanya keluar rumah sendiri..~~~“Halo, Bu,” terdengar suara Ibu mertuanya di telepon, cukup mengejutkan Aveline yang tengah berkutat dengan desain ruangan di tangannya.Ibu hamil itu memilih melanjutkan pekerjaannya tanpa membicarakannya dengan Cassian, untuk menelan kekecewaannya. Masih di tempat yang sama, di sofa panjang di ruangan CEO Rinaldi Corp.“Jangan lupa makan siang, ya. Tadi sarapannya sedikit banget, kan? Karena muntah-muntah,” suara Ibu mertuanya penuh perhatian.Aveline merasa terharu mendengar kekhawatiran itu. “Iya, Bu,” jawabnya pelan, berusaha menahan emosi yang mulai menggenang.“Ibu sudah telepon Cassian juga tadi. Suruh dia ingetin kamu makan,” lanjut Ibu mertuanya.Sebuah senyum tipis muncul di wajah Aveline, meskipun hatinya sedikit terasa perih. “Iya, Bu. Ini lagi nungguin Kak Ian buat makan siang bareng,” jawabnya dengan nada yang sedikit terpaksa.“Yaudah, kalau gitu. Ibu cuma mau bilang itu aja,”

    Last Updated : 2023-08-28
  • Misi Menggoda Hati   Rasa bersalah?

    Cassian merasa aneh, apa dia merasa bersalah?~~~“Trus Ian? Kenapa gak bangunin dia kalau memang gak enak bangunin, ibu?”Aveline menggigit bibirnya, berusaha memikirkan jawaban yang bisa diterima oleh ibu mertuanya. Ia tahu betul, ia sudah berjanji untuk tidak merepotkan Cassian selama masa kehamilan ini, termasuk dalam hal-hal kecil seperti malam ini.“Kak Ian capek banget keliatannya, Bu. Aku nggak tega bangunin,” ujarnya akhirnya, pelan.Ibu Diana menarik kursi dan duduk tepat di hadapannya. Ekspresi wajahnya tidak marah, tapi sorot matanya menunjukkan bahwa ia tidak setuju.“Ave, Ian itu suami kamu. Kamu itu tanggung jawab dia. Dia juga punya kewajiban buat penuhi keinginan kamu, apalagi kamu lagi ngidam.”Aveline hanya bisa menunduk. Rasa tak enak mulai menyelinap ke dadanya. Ia memang terbiasa mengurus semuanya sendiri.“Nanti Ibu bilangin Ian. Masa istrinya dibiarkan keluar rumah tengah malam sendirian.”“Jangan, Bu.” Aveline refleks menjawab dengan nada lebih cepat dari sehar

    Last Updated : 2023-09-04
  • Misi Menggoda Hati   Aveline dan Perhatiannya

    Cassian tidak menyangka kalau Aveline sebegitu memperhatikannya.. ~~~ Cassian merasa sedikit kaget ketika dia terbangun dan menemukan wajah Aveline begitu dekat dengannya. Dia heran bagaimana bisa Aveline tidur dengan posisi duduk semalaman seperti itu. Tapi dia ingat kalau Wanita itu sudah tertidur di tempat tidurnya tepat saat dia masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Lalu mengapa dia justru berada di dekatnya? Cassian dengan cepat kembali memejamkan matanya saat merasakan Aveline akan bangun. Dia tidak tau harus merespon apa di saat posisi mereka seperti ini. Aveline perlahan membuka matanya dan tersenyum saat mendapati wajah Cassian begitu dekat dengannya. Dia terdiam sambil mengamati wajah tampan suaminya itu. Cup Aveline mengecup ringan kening Cassian dan mencoba untuk melepaskan tangannya yang masih terjepit dalam dekapan Cassian. Dia bergerak perlahan, berusaha agar tidak membuat Cassian terbangun. Aveline beranjak dari tempat duduknya. Namun, rasa pegal di punggungny

    Last Updated : 2023-09-11
  • Misi Menggoda Hati   Dia Nicholas

    Sungguh sial, Aveline harus bertemu kembali dengan orang gila yang terobsesi padanya..~~~“Bisa saya lihat?” ujar Cassian kemudian.Sofia dan Fredi mengangguk. Fredi segera menyerahkan tabletnya, memperlihatkan tampilan desain interior kantor Cassian. Dalam sekejap, ruangan itu terlihat berbeda, lebih luas, bersih, dan elegan tanpa kehilangan nuansa maskulin yang kuat.“Untuk konsepnya, kami tetap mengaplikasikan modern masculine, namun kami ingin meminimalkan jumlah furnitur agar ruangannya terasa lebih lega. Kami juga akan menambahkan cermin besar di sisi ini,” jelas Fredi sambil menunjuk area samping meja kerja Cassian. “Tujuannya agar saat orang masuk, ruangan terlihat lebih terbuka.”Cassian mengangguk pelan, matanya menyapu desain dengan seksama. Ada rasa familiar di sana. Seolah desain itu... mencerminkan dirinya. Mewakili semua hal tentang dirinya.“Kami juga ingin mengusulkan penggantian jendela ruangan bapak dengan panel jendela besar. Cahaya natural akan lebih optimal,” lan

    Last Updated : 2023-09-18

Latest chapter

  • Misi Menggoda Hati   Antisipasi Terkhianati

    Gue udah nyiapin semuanya… - Anonymous Pesan itu singkat, tapi cukup untuk membuat sudut bibir Nicholas terangkat membentuk seringai licik.Tangan kirinya memutar gelas anggur, tapi sorot matanya tak tertuju pada panggung atau kerumunan.Akhirnya..Lalu, seolah semesta memberinya lampu hijau, dari sudut matanya, Nicholas melihat Aveline mulai meninggalkan panggung.Cassian tetap di tempat, dikelilingi beberapa rekan bisnis dan keluarga yang mulai menghampirinya. Aveline tampak melangkah cepat, memegang perutnya sejenak, mungkin merasa tak nyaman. Mungkin hanya ingin mencari ruang bernapas. Atau mungkin, tanpa sadar, dia sedang menuju perangkapnya sendiri.Bagus.Nicholas bangkit dari duduknya dan menyimpan ponselnya ke dalam saku jasnya. Dasi hitamnya disesuaikan sedikit saat ia mulai mengikuti arah langkah Aveline. Dengan jarak aman, tentu saja. Tak terlalu dekat untuk mencurigakan, tapi cukup untuk menjaga pandangannya tak lepas darinya.Di depan koridor menuju area toilet dan kamar

  • Misi Menggoda Hati   Just Wait and See!!

    Musik klasik mengalun lembut, seperti aliran air tenang yang mengisi setiap sudut Ballroom Hotel yang luas dan mewah. Langit-langitnya tinggi, dihiasi lampu kristal menjuntai megah, memantulkan cahaya ke ribuan kepingan kaca dan permata yang tertanam di dekorasi pesta. Cahayanya menari di atas gaun-gaun mahal, setelan jas buatan tangan, dan wajah-wajah berkelas yang berbaur dalam percakapan sopan penuh basa-basi.Para tamu bercakap-cakap dan menikmati suasana malam yang mewah. Sedang sang pemilik acara dan keluarga dekatnya berkumpul di satu meja yang sama, kecuali Aveline dan Cassian yang sudah berada di atas panggung. Ah dan juga Aurora. Entah berada dimana istri Nicholas itu.Di atas panggung, Aveline berdiri berdampingan dengan Cassian. Gaun biru safirnya jatuh sempurna, mengikuti lekuk tubuhnya yang kini membulat manis karena kehamilan. Bukannya merusak penampilannya, perut buncit itu justru menambah aura anggun dan kelembutan dirinya malam itu.Tangannya yang halus berusaha tetap

  • Misi Menggoda Hati   Biarkan Mengalir

    “Adelia.. dari tadi saya coba calling kenapa gak diangkat, hem?” suara Ryan terdengar dari belakang.Adelia dan ketiga teman perempuannya—minus Letta, sedang duduk bersantai di gazebo belakang fakultas sembari menunggu Staff TU menyelesaikan SK penetapan pembimbingnya. Tiba-tiba saja dia dikejutkan dengan kedatangan Ryan Davis menghampiri mereka.“Eh, handphone saya lagi silent mode, pak.” Adelia meringis pelan. Matanya melirik teman-temannya yang mulai saling berbisik. Jujur, dia tidak nyaman dengan keadaan saat ini.Ryan mengeluarkan ponselnya dari saku. "Saya udah nge-chat kamu dari tadi. Kalau kamu udah selesai, kabari saya.”Adelia mengangguk cepat, merasa wajahnya memanas. "Baik, Pak. Saya akan cek dan langsung kabari."Teman-temannya mulai berbisik-bisik lebih heboh, membuat Adelia semakin tidak nyaman. Ryan tampak menyadari kegelisahan Adelia dan berkata, “Oke, ka

  • Misi Menggoda Hati   Gak Gila

    Tangan Aurora yang memang sudah terangkat itu mengepal, merasa gemas sekali dengan kalimat pedas sang suami. Ingin rasanya meremukkan mulut yang sedari tadi membalasnya dengan sinis.“Isshhh.. gemes aku sama kamu.”Nicholas menipiskan bibirnya, mencoba menahan tawa yang hampir saja lolos. Aurora terlihat seperti kucing galak yang sedang mengais dengan kaki depannya.“Yaudah, sini. Gue ada handuk kecil buat bersihin tangan lo.”Aurora menatap Nicholas dengan senyum kecil. "Kamu bawa handuk? Kok perhatian banget sih?" godanya.Nicholas mendengus, menyerahkan handuk kecil yang diambilnya dari tas. “Udah jangan GR. Gue bawa ini buat bersihin muka sendiri, bukan buat lo.”Aurora menerima handuk itu dengan mata berbinar. "Makasih, Hubby." Dia membersihkan tangannya dengan hati-hati, merasakan kehangatan dari handuk yang diberikan oleh suaminya.Yang orang lain tau, Nicholas adalah pria gila dengan obsesi

  • Misi Menggoda Hati   Over Menyebalkan

    "Lo lagi ngelindur, ya?" decih Nicholas sambil menatap Aurora dengan mata menyipit.Aurora duduk di tepi tempat tidur dengan posisi menghadap ke arah Nicholas yang duduk bersandar di headboard. Mata wanita yang mengenakan gaun tidur berwarna biru muda itu menatap Nicholas dengan penuh harap. Matanya berkilauan dengan semangat, dan senyum manis terukir di wajahnya.Aurora mendekatkan wajahnya sedikit ke Nicholas, membuat jarak di antara mereka semakin kecil. “Ayo dong, Hubby. Kita cuma duduk-duduk di pantai. Aku yang bakal nyiapin perlengkapannya, kamu nggak perlu khawatir hal lain,” bujuknya dengan suara lembut.“Fix lo emang masih ngantuk.” Nicholas melengos, memutus pandangan matanya pada Aurora. “Mikir gak sih, gue kesananya gimana? Tau sendiri pasir pantai gak cocok buat pengguna crutches kek gue, kursi roda apalagi,” jawabnya sambil menatap ke arah tirai tipis berwarna krem yang sedikit bergoyang tertiup angin dari jendela yang terbuka.Tak habis pikir dengan Aurora. Hari masih p

  • Misi Menggoda Hati   Goodbye Freedom

    “Laporan macam apa ini, Ran?”Seorang wanita yang tengah duduk di belakang meja besar di ruang kantor mewah mengangkat kepalanya dari tumpukan berkas yang hampir menutupi seluruh permukaan meja. Wajahnya menunjukkan kelelahan bercampur frustrasi. Di hadapannya, duduk seorang pria yang tengah sibuk mengetik di MacBook-nya.Randy—sekretaris Cassian yang sekarang tengah sibuknya membantu Aveline mempelajari segala hal tentang Rinaldi Corp, menghentikan sejenak aktivitasnya dan menatap Aveline dengan ringisan. “Itu laporan terbaru tentang Rinaldi Corp, Bu. Semua detail keuangan, proyek, dan investasi terbaru ada di dalamnya.”Aveline menghela napas panjang dan menyandarkan punggungnya ke kursi, mencoba meredakan ketegangan yang menjalar di tubuhnya. "Kenapa saya juga harus tau ini? Kan udah ada jajaran Manajer yang bakal handle ini.”“Memang benar, ada tim manajer yang kompeten. Tapi sebagai pewaris utama, anda perlu memahami semua aspek bisnis, termasuk detail laporan ini. Ini penting un

  • Misi Menggoda Hati   Pasangan Manipulatif

    “Dari mana lo?”Aurora melirik orang yang tengah bersantai di ruang TV itu dengan sinis ketika dirinya hendak ke kamarnya untuk beristirahat. Tanpa menghentikan langkahnya, wanita yang memiliki nama lengkap Aurora Sophia Rinaldi mengacuhkan suaminya itu."Lo denger gak gue nanya tadi?" suara Nicholas terdengar lebih tegas dan sedikit marah.Aurora berhenti sejenak, menghela napas panjang sebelum berbalik menghadap Nicholas. "Aku capek. Aku mau istirahat."Tatapan Nicholas tajam, mencoba menahan amarahnya. "Gue cuma nanya, Aurora. Lo abis dari mana?"Aurora mengangkat alisnya, merasa tidak ada kewajiban untuk menjelaskan. "Kenapa? Apa kamu se-khawatir itu aku baru pulang?" tanyanya dengan ketus.“Cih.. gue cuma nanya.” Gantian Nicholas yang menatap dengan sinis ke arah Aurora.“Kepo banget.” Cibir Aurora, lalu melanjutkan langkahnya.Nicholas mendelik mendengar cibiran dari Aurora. Matanya men

  • Misi Menggoda Hati   Ternyata

    “Bisa jelaskan apa maksudnya ini, Hans?”Aurora memperlihatkan sebuah pesan yang masuk ke ponsel Nicholas kemarin yang sempat dipotretnya kepada Hans. Wanita yang mirip dengan istri Cassian itu berdiri di samping sebuah layar besar di ruangan kakak iparnya. Sedang sang empunya tengah duduk di kursi kebesarannya.Hans menelan ludah, jelas merasa tertekan oleh situasi ini. Semua pandangan mata tajam dan menuntut tertuju padanya, termasuk Samuel dan Max yang duduk dihadapannya.“S..saya udah bilang semuanya, Nya. Termasuk orang yang kerja sama Boss Nicho, kan?” suara Hans bergetar, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia telah jujur.“Iya kita tau..” Ujar Aurora. “Tapi ‘dia’ yang disebut dalam pesan ini ditujukan ke siapa sebenarnya?” tanyanya dengan nada menuntut.Hans menelan ludah sekali lagi, matanya berkedip cepat saat dia berusaha menemukan kata-kata yang tepat. Terlihat jelas kala

  • Misi Menggoda Hati   Anonymous Chat

    “Maksudnya, dek?” Kening Aveline berkerut saat mendengar ucapan Aurora yang penuh dengan penekanan.“Iya.. Gue mau buat perhitungan ama bang Ian karena udah bikin suami gue menderita.” Mata Aurora mulai berkaca-kaca. Itu adalah cerminan dari hatinya yang ikut tersiksa melihat Nicholas yang sedang berjuang sembuh. Dan semua itu karena Cassian. “Suami gue berjuang banget buat sembuh. Dia kadang kesakitan pas beraktivitas.” Aurora mulai terisak.Aveline memilih duduk di sebelah Aurora. Tangannya terangkat untuk menenangkan sang adik.Dia paham perasaan Aurora karena dia sendiri pun sudah merasakannya. Melihat orang yang dicintai menderita, juga membuat kita merasa sakit.Aurora menundukkan kepalanya, air mata mulai mengalir di pipinya. Aveline merangkulnya erat, mencoba memberikan dukungan sebisanya.“Abang turut prihatin dengan kamu, Ra. Tapi abang gak bakal minta maaf buat apa yang udah abang lakuin.”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status