Share

Chapter 07

Seseorang pria dengan sambut panjang dan berpakaian kimono jaman dahulu berdiri di samping Gorfen. Wajahnya tenang, namun dibalik itu, sorot matanya sangat mengintimidasi.

“Jangan galak-galak Silver, nanti kau cepat tua.” ujar pria itu.

“Berhenti mengucapkan kata yang menjijikkan! Siapa yang mengundangmu ke sini … Liftor?!” tanya Gorfen menatap tajam.

Terlihat jiwa Soul Cleaver itu sangat membenci keberadaan seorang yang dia panggil Liftor tersebut.

“Siapa yang mengundangku ke sini?” Liftor balik dengan wajah lugu, memegang dagunya.

Kemudian dia menjawab pertanyaannya sendiri sambil tersenyum, “Tidak ada,”

“Aku bebas masuk sesuka hatiku bahkan tanpa persetujuanmu sekali pun,” lanjutnya, senyum di wajah itu seketika menghilang.

Rahang Gorfen mengeras, tangannya mengepal kuat. Dia tidak suka jawaban itu, meski memang itulah kebenarannya.

“Kenapa malah kau yang marah? Seharusnya aku yang marah, kau tidak sopan padaku Silver,” ujar Liftor kembali.

"Kenapa kau tidak mau membantu pemilikmu sendiri? Bukankah dia tuanmu ya?” tanya Liftor lagi.

“Memangnya apa urusanmu? Itu tidak ada hubungannya denganmu!” jawab Gorfen ketus.

“Urusanku? Hee, tentu saja itu ada hubungannya denganku Silver,” jawab Liftor dengan tenang, dia tersenyum, matanya pun menyipit membentuk eye smile.

Kemudian mata itu melebar, menyiratkan intimidasi pada Gorfen. “Kau itu Soul Cleaver ‘kan?”

Perlahan Liftor berjalan mendekati Gorfen, “Pisau berjiwa yang tersohor … tidak bisa dimiliki sembarangan makhluk … karena mereka memilih sendiri pemilik mereka …”

“Kenapa kau terus menjauh?” tanya Liftor karena ketika dia melangkah maju, Gorfen juga melangkah mundur. Namun Gorfen sama sekali tidak menjawabnya.

Sang Liftor tahu. Dirinya tidak disukai oleh ke-dua belas Soul Cleaver. Bukan hanya senjata suci itu, bahkan makhluk diatas lantai ini.

‘Yah itu sudah insting mereka sih,’ batin Liftor menatap Gorfen. Gerakan itu sebuah reflek dari rasa takut. Mereka takut padanya.

Disisi lain, Gorfen menelan ludah. Dia merasakan aura ungu kehitaman yang dipancarkan dari pria di hadapannya ini.

Dia tahu betul, sosok di depannya ini hanyalah sebagian kecil dari bentuk Liftor. Karena bentuk Liftor yang asli tidak pernah diketahui.

“Aku tanya sekali lagi, kenapa kau tidak mau membantu tuanmu sendiri?” tanya Liftor kembali dengan senyum ramah di wajahnya.

“Apa Liftor secerewet ini?” Gorfen bertanya balik.

"Wah, aku kira hanya rumor belaka jika Soul Cleaver ketujuh, Silver Gorffennaf adalah senjata paling kurang ajar dan menyebalkan dari Soul Cleaver lain. Ternyata rumor itu benar ya,” sahut Liftor, masih dengan wajah tersenyum.

“Dan aku juga baru tahu, Liftor itu ternyata banyak bicara,” timpal Gorfen. Dia tidak peduli dengan omongan Liftor mengenai rumor mengenai dirinya.

Sang Liftor pum mengehela napas. Stok kesabarannya masih banyak untuk menghadapi jiwa Soul Cleaver yang satu ini.

Gorfen kemudian mengalihkan kedua iris mata peraknya ke arah depan. Liftor pun melihat ke arah yang dilihat oleh Gorfen.

Seorang gadis bersurai hitam panjang yang tengah berlari itu sangat asing. Dirinya belum pernah melihat dia sebelumnya, begitu juga dengan pemuda yang tidak sadarkan diri itu.

Namun aura mereka sangat mirip dengan orang yang pernah Liftor lihat sebelumnya.

‘Siapa ya….’ pikir Liftor mengingat-ingat.

"Kau tadi bertanya kenapa aku tak mau membantu Viole bukan?” tanya Gorfen tiba-tiba membuka pembicaraan.

Liftor yang sedang berpikir pun menoleh ke kanan. Terlihat Gorfen perlahan menoleh ke arahnya.

“Karena aku malas,” ujar Gorfen dengan wajah tanpa dosa.

‘Jawaban macam apa itu?’ batin Liftor mendengar jawaban Gorfen yang tidak berbobot.

“Berhentilah berbohong,” sahut Liftor mengibas-ibaskan tangannya.

“Kau cemburu bukan? Melihat tuanmu dengan pria lain?” tanya Liftor lagi, meledek Gorfen.

Silver Jule menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya dengan kasar, “Tidak. Aku hanya malas membantu pria. Aku tidak suka mereka, aku hanya suka pada wanita."

‘Sama saja. Itu artinya kau cemburu!’ batin Liftor terkekeh.

Alasan Gorfen tidak mau membantu tuannya hanyalah alasan sepele semata, seperti anak kecil. Padahal situasinya sangat tidak tepat. Dia menolak disaat si tuan sangat membutuhkannya.

“Kenapa kau tertawa? Apa yang lucu?” tanya Gorfen. Dia bingung, memangnya apa yang lucu?

“Luculah. Aku pikir kau senang punya tuan setelah sekian lama disini, ternyata kau ingin sendirian lagi.” ujar Liftor masih terkekeh.

Gorfen tertegun. Ucapan Liftor mengingatkan jiwa Soul Cleaver itu akan ingatan buruk dalam kepalanya.

Terjebak dalam mulut monster selama hampir seratus tahun. Tempat yang bau, gelap, berlendir. Setiap hari dia harus bertubrukan dengan pohon dan daging busuk. Sungguh neraka yang menjijikkan bagi Gorfen.

Kemudian dia melihat seorang anak manusia. Secara tidak langsung, Gorfen berhasil keluar karena anak manusia itu mengikat kontrak dengannya.

‘Benar juga, aku bisa keluar dari sana berkat si bodoh itu,’ batin Gorfen berpikir ulang.

Tiba-tiba terdengar suara keras. Gorfen yang sebelumnya menunduk, segera melihat ke depan, arah suara itu berasal.

Dia melihat sesuatu yang kurang mengenakan dan membuat hatinya tergerak.

Gorfen tersenyum membanggakan diri, “Dia memang tidak bisa bertahan barang sedetik pun tanpaku,”

‘Tinggi sekali kepercayaan dirinya,’ batin Liftor mendengar ucapan Gorfen.

Sementara itu diluar dimensi Gorfen, Viole berusaha sekuat tenaga melawan monster hibrida itu yang terus berusaha menangkapnya.

Dia hampir saja menjadi manusia geprek jika tidak berhasil menghindari kaki panjang monster tersebut.

Saat dia berusaha untuk bersembunyi, dia mendengar suara Gorfen dalam kepalanya.

‘Hei anak manusia, ambillah aku. Aku akan membantumu,’

‘Aku punya nama!’ balas Viole kesal dalam hati.

Selain Senjata itu tidak memanggil Viole dengan nama, padahal dia itu tuannya, Silver Gorffennaf juga seenaknya sendiri dalam memutuskan sesuatu.

Sebelumnya dia dengan terang-terangan menolak membantunya, namun kini tiba-tiba kembali ingin membantu.

‘Dasar labil!’ batin Viole lagi.

‘Labil itu apa? dan … namamu itu siapa?’ tanya Gorfen dari telepati.

‘Nggak usah tahu labil itu apaan! dan namaku itu Viole! Viole Rosedegraf! Ingat itu!’ jawab Viole, jika bicara secara lisan dia pasti sudah berteriak.

‘Baiklah Viole, kau mau aku bantu atau tidak?’

‘Tumben pakai kau, sebelumnya kamu?’

‘Hei itu tak penting! Kau mau aku bantu atau tidak?!’ Gorfen mulai kesal.

Kesabaran Silver Gorffennaf memang sangat tipis. Setipis satu lembar tisu dibelah tujuh.

Tidak punya pilihan lain selain menerima bantuan senjata suci itu, Viole pun mengiyakan.

‘Iya iya! Bantu aku!’

‘Bagus. Ambil aku di dekat pohon besar yang patah itu, aku tak bisa berjalan sendiri ke arahmu,’

Viole pun mau tidak mau harus berlari kembali ke tempat yang cukup jauh itu.

Dia berlari sekuat tenaga sambil menghindari serangan dari si monster. Perjuangannya membuahkan hasil. Viole berhasil mencapai tempat itu dan segera menyisir semak-semak, mencari senjata miliknya itu.

Tanpa dia sadari, si monster sedang mendekatinya dengan perlahan.

"Dapat!" seru Viole, berhasil menemukan apa yang ia cari. Dia pun menarik ujung tongkat perak yang berhias ukiran berwarna merah itu.

Namun kegembiraannya tidak berlangsung lama. Tiba-tiba benda lengket melilit badannya, lalu menariknya dengan cepat.

"Viole! Potong lidah ini!" seru Silver Gorffennaf.

Tepat sebelum Viole mencapai mulut sang monster, dia mengayunkan tongkat peraknya ke arah benda lengket yang melilit tubuhnya itu.

Seketika semburan cairan merah mengenai wajah Viole, bersamaan dengan jatuhnya dia ke tanah.

Disusul suara raungan keras dari arah sang monster. “Waaargghh!!”

Tidak jauh dari tempat Viole terjatuh, tergeletak potongan lidah dari sang monster yang berhasil dipotong olehnya.

Dalam sekali ayun, Silver Gorffennaf mampu memotong lidah yang tebalnya setara dengan rentangan tangan orang dewasa.

“Gila ... tajam sekali,” monolognya kagum.

“Berhenti memujiku, lihat ke depan bodoh!" seru senjata suci itu menyadarkan Viole.

Segera Viole menoleh ke depan dan seketika itu juga kedua matanya membulat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status