Rasa khawatir di matamu, membuktikan bahwa, kamu masih begitu mencintaiku.
Bisakah aku menyimpulkan begitu?~Arka~
Di sisi lain, Diana kini tengah sibuk mengambil kotak P3K yang berada di lemari atas.
Seseorang datang dari belakang dan mengambil kotak P3K yang sejak tadi berusaha di raih Diana.
Diana sedikit terkejut, ia berbalik melihat orang yang sudah mengambil benda tersebut.
"Rian, kok kamu ada di sini?" tanya Diana heran, padahal sebelumnya ia yakin Rian tadi duduk di ruang tamu.
"Ya mau bagaimana lagi, masak aku di tinggal sendirian." tutur Rian seadanya.
Sebenarnya, Diana tidak bermaksud meninggalkan Rian sendirian di ruang tamu. Namun, luka di tangannya tiba-tiba berdenyut nyeri yang membuat Diana memutuskan untuk mengobati lukanya terlebih dahulu.<
Untuk membuat orang yang kucintai bahagia, aku tidak harus ikut bahagia bukan? ~Diana~ Diana segera ke rumah sakit begitu mengetahui bahwa Lia dan Arka di serang preman. Diana langsung berlari memeluk Lia yang ketakutan di ruang tunggu. "Lia tenanglah, Arka akan baik-baik saja." "Diana aku takut, aku takut kejadian itu terulang lagi," tutur Lia sambil terus terisak, tubuhnya masih bergetar ketakutan. "Aku ini pembawa sial Diana, aku ini pembunuh!" Diana melepas pelukan mereka kasar. "Cukup Lia! Berhenti menyalahkan dirimu sendiri, kejadian itu bukan karena ulahmu, semua hanya takdir dan kamu tidak bisa menghindar." Diana memegang erat kedua tangan Lia. Ia mencoba untuk terus meyakinkan Lia bahwa apa yang terjadi memang telah di takdir kan tuhan. "Mulai hari in
Jika cinta datang hanya untuk menyakiti, tak bisakah ia pergi tanpa mengiris hati.***Diana duduk sendirian di bangku taman, ia melimpah segala rasa sedih yang di tahannya di dalam hati. Ia menangis hingga terisak pilu, tidak perduli, orang-orang yang melewati dengan tatapan bingung.Suara ponsel mengalihkan perhatian Diana, ia menghapus segera air matanya dan mengatur suaranya agar tidak terdengar serak."Iya halo," sahut Diana dengan nada riang yang dibuat-buat."Maaf Mbak, naskah novel yang anda ajukan satu bulan lalu, tidak bisa kami terima karena tidak sesuai dengan keinginan penerbit," terang suara seberang.Diana berusaha tegar, ia tidak berusaha untuk berdebat tentang naskahnya dan mengakhiri percakapan tersebut seadanya. "Tidak masalah, saya mengerti."Setelah mematikan ponselnya, Diana kini kem
Saat kamu pergi, tidak ada lagi kata 'baik-baik saja' di dalam hidupku.***FlashbackSore itu Lia tersenyum senang manatap layar ponselnya dengan tatapan berbinar, ia tampak sesekali melompat kegirangan."Aku akan segera menemui." ujar Lia penuh semangat. Senyum di wajahnya tampak begitu indah. Seindah langit senja kala itu.Lia sudah berjanji untuk bertemu Arka di sebuah jembatan dekat kampus, tak berapa lama, orang yang ia tunggu akhirnya datang. Lia langsung menyambut Arka dengan senyum terbaiknya."Hai sayang," sapa Lia, ia langsung mengandeng tangan Arka. Arka hanya diam, ia menatap dalam manik mata Lia. "Ada apa?" tanyanya ketus. Kemudian menepis tangan Lia begitu saja.Lia yang menyadari perubahan raut wajah Arka, merasa aneh sekal
Bagi orang lain, sifat setia adalah anugerah.Namun, bagiku itu sebuah kutukan!Adelia Arabella"Kita putus!" Kalimat itu terus tergiang dikepala cantiknya.Lia kembali meringkuk di atas kasur sambil mengomel hal yang tidak jelas.Sudah dua tahun ia putus dengan kekasihnya, yang bernama Arka namun, tetap saja ia tidak bisa melupakan lelaki tersebut.Perasaan yang masih tetap sama, cintanya masih saja setia. Seolah ruang hati Lia hanya dipenuhi oleh Arka.Ya.Hanya Arka yang tetap setia disana."Sudah berhenti merengek!" risih Diana dengan mata yang tetap fokus ke layar monitor, sementara jarinya sibuk menekan keyboard.Malam ini ia harus menyelesaikan naskahnya jika
Mantan itu ibaratnya sampah plastik. susah didaur ulang. Apalagi, dihilangkan dari pikiran.Deskripsi Mantan"Sampah." Jelas Diana enteng."Kedengarannya cocok, aku suka." Lia menulisnya di kertas tersebut, setelah itu, kembali menyimak cara selanjutnya."Kedua, hapus semua kontak sosmed atau apapun yang berhubungan dengan sampah(mantan), termasuk foto dan video saat kalian bersama dulu." Diana meraih ponsel Lia yang tergeletak di atas meja.Ia mulai mengotak Atik benda tersebut. Sementara Lia ia hanya bisa mendengus pasrah, seluruh hal tentang Arka, maksudnya 'sampah' akan dihapus dari ponselnya.Diana melirik ke arah Lia dengan tatapan tak percaya. Lia yang mendapat tatapan intimidasi dari Diana, hanya bisa meneguk salivanya berat."Lia, bagaimana kamu bisa melupakan Arka," Diana menghentikan ucapannya sesaat. "Maksudku 'si sampah', k
Pagi yang cerah tetapi, tidak secerah hatiku.Adelia ArabellaPaginya, Lia sudah siap dengan setelan kantornya, ia keluar apartemen sambil bersenandung kecil, matanya sibuk memperhatikan sekitar."Lia!" Panggil seseorang yang membuatnya menoleh."Rian," kata Lia, ia segera menghampiri pria tersebut.Rian tersenyum melihat ekspresi terkejut Lia, wajahnya terlihat lucu dan menggemaskan."Kenapa kamu disini?" tanya Lia sambil tersenyum ramah."Aku tinggal di gedung apartemen ini sekarang," jelas Rian singkat sementara Lia, ia hanya manggut-manggut mengerti. "Tadinya aku ingin tinggal di lantai tiga tapi, mereka bilang sudah penuh, hanya ada di lantai satu, ya sudah aku terima saja.""Kenapa memang di lantai tiga?" tanya sedikit bingung, me
"Diana, sejak kapan kamu disini?" tanya Lia yang melihat Diana sudah berada di depan pintu apartemen miliknya.Diana berlari menghampiri Lia sambil tersenyum cengengesan. "Sekitar lima menit yang lalu."Lia hanya manggut-manggut mengerti."Dia siapa?" tanya Diana saat melihat pemuda tampan yang berdiri di samping Lia.Lia menepuk pelan dahinya, hampir saja ia lupa dengan keberadaan Rian."Kenalin, ini Rian. Dia adalah rekan di tempatku berkerja," Lia memberi jeda sesaat. "Rian, ini Diana sahabatku.""Hai Diana," sapa Rian begitupun sebaliknya. Ia mengulurkan tangannya yang langsung disambut riang oleh Diana.Mata Diana seperti tidak mau lepas dari Rian, pemuda tampan tersebut seolah menghipnotisnya dengan pesona yang tampak menyilaukan.Rian yang merasa sedikit risih dengan tatapan Diana memilih pamit pergi. "Aku balik dulu ya."Li
*Susah itu. Ketika kamu masih ingat mantan tetapi, mantan bodoh amat kamu hidup atau gak ~jlep*Setelah mencuci piring Lia berniat merebahkan tubuhnya di atas kasur namun, belum sempat bokongnya menyentuh permukaan kasur, ia sudah di tarik Diana untuk duduk."Duh, ngapain lagi sih, mau bobo cantik ini," protes Lia masam."Jangan tidur habis makan, gak baik untuk kesehatan," jelas Diana.Lia menatap Diana lama, kemudian ia memilih kembali merebahkan tubuhnya dan langsung saja di cegah Diana kembali."Iya deh, aku gak tidur dulu," ujar Lia pasrah, padahal sejak tadi ia merasa kasur tersebut telah memanggil dirinya, untuk merebahkan tubuh dengan nyaman."Oh, kasurku yang tercinta," teriak Lia dramatis. "Aku akan menunjukkan sesuatu yang membuat rasa kantukmu hilang," jelas Diana percaya diri.