Share

Sekertaris atau Pembantu

Semenjak Lia resmi menjadi pembantu, ralat maksudnya sekertaris sekaligus pembantu lebih tepatnya. Kehidupan Lia berubah 360°, tidak di kantor ataupun di apartemen, Arka selalu saja memerintah dirinya. Lihatlah keadaannya sekarang, sangat berantakan, rambutnya bahkan tampak sedikit acak-acakan.

Ia menghampiri meja kasir untuk membayar pesanan Arka. Dengan langkah tergesa Lia segera kembali ke kantor. Jika tidak, gajinya pasti akan terancam.

"Dasar manusia sadis, gak punya moral, gak pake perasaan, dedemit, alien, makhluk jadi-jadian." Ya meski ia terus berjalan menuju ruangan Arka, ia tetap tidak berhenti melantunkan sumpah serapah meskipun hanya bisa ia ucapkan di dalam hati.

Tanpa sengaja, Lia menabrak seseorang yang membuatnya tersungkur jatuh, namun untunglah ia masih bisa menyelamatkan bungkus plastik di tangan, agar isinya tidak tumpah.

"Punya mata gak sih!" Teriaknya ke arah Lia. Padahal jelas-jelas gadis tersebut yang muncul dadakan seperti hantu di depannya.

"Maaf Mbak, saya gak sengaja." Lia bangun sambil merapikan pakaian miliknya.

Gadis tersebut tersenyum sinis ke arah Lia. "Dasar gadis miskin." Setelah mengatakan hal tersebut, gadis itu berlalu pergi dari hadapannya dengan wajah sombong, yang membuat Lia ingin sekali menjambak rambut gadis tersebut. Untunglah sekarang Lia sedang dalam mode mengontrol emosi dan masih memikirkan tata krama.

Lia kembali melangkah. Namun, tiba-tiba kakinya terasa sangat sakit dan benar saja kakinya jadi keseleo saat menabrak gadis itu tadi, bukan hanya itu bagian belakang kakinya ikut terluka, akibat terlalu sering mengenakan high heels, tentu saja ia menggunakan sepatu tersebut karena tuntutan pekerjaan, jika tidak ia pasti sudah menghempaskan benda tersebut.

Tidak perduli rasa sakit di kakinya, Lia tetap berusaha berjalan sebaik mungkin.

"Ini pesanannya," ucap Lia meletakan kantung plastik tersebut di atas meja Arka.

Sementara Arka malah sibuk berkutat ke arah laptop dan tidak menyahut ucapan Lia satu kata pun.

Lia yang merasa kesal, pergi begitu saja menuju mejanya.

"Tunggu," ucap Arka yang membuat Lia dengan sangat malas membalikkan tubuhnya ke arah Arka.

Arka kemudian bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Lia. Seketika asmorfir di sekitar membuat Lia menjadi gugup, jantung kini berdetak tidak karuan.

"Duduk," perintah Arka. Lia langsung duduk di sofa yang berada di samping. Sementara Arka langsung jongkok di hadapannya.

Arka memegang kaki kanan Lia.

"Aww, sakit." Lia meringis spontan.

Arka menatap ke arah Lia, tatapan kedua kini saling bertemu. Yap, tatapan yang selalu berhasil membuat Lia terperangkap di sana. Lagi dan lagi.

Selang beberapa detik, Arka kembali memfokuskan penglihatannya pada kaki Lia. "Bodoh."

Lia yang mendengar kata bodoh yang keluar dari mulut Arka merasa kesal. Siapa lagi yang di katai bodoh kalau bukan dirinya, secara hanya dia dan Arka yang berada dalam ruangan ini.

"Apa maksudmu mengataiku bodoh?" tanya Lia tidak terima.

Lia bisa mendengar helaan napas panjang, sebelum Arka menjawab pertanyaannya. "Kalau kaki sakit di obati jangan di diemin."

Arka bangkit mengambil kotak P3K di dalam lemari, ia melepaskan high heels yang di pakai Lia secara perlahan, setelah itu mengobati luka lecet di kaki Lia.

Lia yang awalnya ingin menggerutu, hanya bisa diam seribu bahasa, memperhatikan Arka yang sibuk memijit kaki kanannya secara perlahan. Ayolah, bagaimana Lia bisa move on. Jika, Arka bersikap semanis ini padanya.

"Gimana? Masih sakit." Pernyataan Arka membuat Lia tersadar.

Lia langsung menarik kakinya. "Udah agak baikan."

Arka bangkit, meninggalkan Lia sendirian di dalam ruangan. Padahal baru saja ia ingin berterima kasih. Namun, sikap menyebalkan Arka membuat Lia mengurungkan niatnya.

Lia mengerakkan kakinya pelan, rasa sakitnya juga berkurang. Arka benar-benar pandai mengobati kakinya.

Lia ingat dulu, ketika dia tidak sengaja terjatuh, maka Arka akan berlari ke arahnya dengan eskpresi khawatir tapi, lihatlah sekarang. Hanya si wajah datar di sana.

Lucu sekali, bahkan saat semua kenangan itu telah lama berakhir, Lia masih tetap mengharapkan Arka, ia masih ingin Arka menghawatirkannya seperti dulu.

Tak berapa lama pintu ruangan terbuka, di sana Arka membawa masuk sebuah kotak yang di dalamnya berisi sepatu tanpa hak.

"Pakai." Arka menyerahkan sepatu tersebut kepada Lia.

"Gak perlu, sepatuku masih cukup bagus," jelas Lia.

Arka tersenyum miring. "Kamu pikir aku melakukannya karena khawatir padamu, dengar baik-baik, aku tidak mau kamu malas bekerja karena kakimu sakit." Ia kemudian memakaikan sepatu tersebut pada kaki Lia.

Penjelasan Arka membuat Lia hanya bisa tersenyum hambar. Seharusnya ia tidak mengharap lebih dari orang yang sudah tidak mencintainya lagi.

"Maaf, aku sudah merepotkanmu, tapi tenang saja aku akan bekerja dengan rajin dan tidak akan membuatmu merugi," Lia bangun, ia berjalan sedikit tertatih menuju meja kerjanya.

Sementara Arka hanya bisa mengumpat pada dirinya sendiri, dengan bodohnya ia mengatakan hal yang membuat Lia merasa tersinggung.

Ia kemudian mengambil satu kotak nasi, dari bungkus plastik yang ada di atas mejanya lalu, menyerahkannya pada Lia.

"Terima kasih, aku akan langsung memakannya dengan cepat lalu, kembali bekerja."

Arka tidak menjawab, ia kembali ke mejanya. Diam-diam ia memperhatikan Lia yang makan dengan terburu-buru dan langsung kembali bekerja.

🍀 🍀 🍀

"Lia kamu kenapa?" tanya Elsa saat melihat Lia berjalan dengan tertatih.

Lia tersenyum singkat. "Tadi aku tidak sengaja terjatuh, makanya kakiku keseleo. Sekarang udah mendingan kok."

"Aku antar pulang ya," tawar Elsa, yang segera di tolak Lia, ia tidak mau merepotkan Elsa. Apalagi arah rumah Elsa berlawanan dengan apartemennya.

"Kalau begitu, pulang saja bersamaku," tawar Rian yang tiba-tiba muncul.

Elsa mengangguk setuju. "Tolong antarkan temanku yang cantik ini dengan selamat."

"Tapi..." Belum selesai Lia melanjutkan kalimatnya, Elsa malah mendorong Lia untuk segera pulang bersama Rian.

"Pulang bareng Rian atau aku yang akan mengantarmu," ujar Elsa memberi pilihan.

Akhirnya Lia menuruti Elsa dan pulang bersama Rian.

Sementara di lain tempat, Arka hanya bisa diam menyaksikan pemandangan tersebut.

"Aku tidak akan melepaskanmu lagi kali ini. Apapun yang terjadi," yakin Arka.

🍀 🍀 🍀

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status