Share

3. Notifikasi Mengejutkan

Lyla masih termenung saat Jake menghentikan mobilnya di pinggir jalanan tepat di depan apartemen kecil tempatnya tinggal.

"Lyla, kau tak turun?" Jake membuyarkan lamunan Lyla. Sepanjang perjalanan tadi gadis itu memang tampak termenung dan melamun.

"Ah, ya ... aku akan turun." Lyla melepas sabuk pengamannya. "Jake, berapa gajimu?" tanya Lyla tiba-tiba.

Jake sedikit terkejut dengan pertanyaan Lyla, "Kenapa kau menanyakan itu? Apa kau benar-benar ingin tahu gaji yang kudapatkan?" balas Jake dengan heran.

"Ah, maksudku, Jake apa kau tahu Damian menawarkan sepuluh kali lipat dari pendapatanku sebelumnya?" Lyla mengatakan hal tersebut dengan wajah seolah ngeri.

Jake tergelak memperhatikan ekspresi gadis itu. "Jadi itu yang dari tadi mengganggumu? Bukankah kau seharusnya merasa senang?" balasnya. "Damian bisa memberikan berapa pun gaji yang ia inginkan pada siapapun yang ia kehendaki. Jika ia memberimu sejumlah uang yang bagus, artinya kau pantas mendapatkan itu Lyla."

"Ta ... tapi aku bahkan belum pernah benar-benar mendapat uang sebanyak itu seumur hidupku! Bisa kau bayangkan, itu hanya gajiku setiap bulannya saja," gumam Lyla seolah masih tak percaya.

"Jake, benarkah aku akan mendapat gaji seperti yang Damian janjikan?" tanyanya lagi seolah tak yakin.

"Kau sudah menandatangani kontraknya bukan?" tanya Jake lagi. Lyla serta merta mengangguk mantap. "Maka kau akan mendapatkan apapun yang sudah kau tandatangani di dalamnya, Lyla," jelas Jake.

"Lalu, menurutmu pekerjaan seperti apa yang akan kulakukan?" tanyanya.

"Hm, aku tidak bisa menjawab itu. Damian pasti tahu apa yang ia butuhkan darimu. Ia tak akan membayarmu tanpa alasan yang jelas. Sudah pasti ia jelas membutuhkan jasamu atau kemampuan apapun yang mungkin kau miliki."

Lyla mengangguk dan kemudian tersenyum simpul. "Baiklah, mulai besok aku hanya harus berangkat dan bekerja untuknya, bukan?"

"Ya, lakukan saja apa yang Damian minta. Ia pasti akan memberitahumu apa yang harus kau lakukan. Dan ingatlah, jangan terlalu takut padanya. Damian juga manusia biasa, ia tak akan melakukan hal yang aneh padamu."

"Yah, harus aku akui, aku terlalu ketakutan saat bertemu dengannya. Apa ia perlu dikelilingi oleh begitu banyak pengawal walau di rumahnya sendiri seperti tadi?" tanya Lyla.

"Sangat perlu. Percayalah, Damian tahu apa yang ia lakukan. Walau ia sekarang memiliki keterbatasan, tetapi insting dan pola pikirnya tetap tajam. Ia hanya sedang menyesuaikan diri dengan kehilangan dan keadaan dirinya yang baru. Bersabarlah dengannya Lyla. Aku harap kau dapat membantunya."

"Kau begitu peduli dengannya. Apa kau begitu dekat dengan Damian?"

Jake tersenyum simpul, "Cukup dekat hingga sepupuku yang merupakan tunangannya harus meninggal dengan cara yang tragis akibat kecelakaan yang mereka alami setahun yang lalu."

"Oh!" Lyla menutup mulutnya karena terkejut. "Maafkan aku, aku tak tahu."

"Tak masalah, Damian adalah teman baikku. Aku dengan tulus mengharapkanmu agar dapat membantunya untuk melewati masa-masa terpuruknya."

Lyla membasahi bibirnya dengan gugup, "Baiklah, walau aku tak yakin apa yang bisa aku lakukan untuknya, tapi aku akan berusaha sebisaku."

"Terima kasih Lyla. Kau adalah orang pertama yang dipilihnya setelah aku menyodorkan beberapa orang yang ia minta sebelumnya."

"Bukan hanya gadis saja? Berapa banyak yang sudah kau carikan untuknya?"

"Beberapa, termasuk seorang pria paruh baya dan beberapa pemuda yang mengaku menguasai hal-hal di luar nalar kita. Tapi tampaknya semua tidak mengesankan Damian."

"Lalu bagaimana denganku? Apa yang ia lihat dariku? Aku hanya menangis ketakutan saat menghadap dirinya!" jelas Lyla.

Jake kembali tergelak. "Ya, aku bisa tahu itu. Ia bahkan tak memberimu tes-tes aneh seperti yang ia lakukan sebelum-sebelumnya."

"Oke, terima kasih karena tak memberiku peringatan sebelumnya tentang Damian. Aku hampir pingsan saat ia bertanya tentang Kathy dan Clarissa!" Lyla membelalak. "Kathy yang sudah dikubur, dan Clarissa yang sedang dirawat di rumah sakit dengan beberapa patah tulang. Apa kau tahu apa yang kupikirkan saat itu?! Aku bahkan tak berani bernapas setelah ia dengan tenang bertanya tentang kedua gadis malang itu."

Lyla menghembuskan napasnya perlahan. "Aku baru bisa sedikit tenang ketika Damian hanya menertawakanku saat aku bertanya tentang mereka. Aku pikir itu bukanlah sesuatu yang mengerikan seperti yang sudah aku bayangkan. Tapi aku tetap penasaran. Apa kau tahu siapa mereka Jake?" tanyanya kemudian.

Jake mengerjap sesaat sebelum akhirnya kembali tergelak, "Kathy dan Clarissa?" jelasnya. "Maksudmu kucing-kucing Damian?! Mereka bukanlah seorang gadis, mereka adalah kucing! Kenapa? Apa ia sudah menakutimu dengan mengatakan sesuatu tentang mereka?!"

"A ... apa?! Kucing kau bilang?!" Lyla membelalak tak percaya. "Jadi aku ketakutan karena kucing? A ... aku pikir mereka... Oh, ya Tuhan!" Lyla menghembuskan napasnya dengan lega.

"Ya, mereka adalah kucing-kucing Damian. Walau begitu, beberapa hari yang lalu mereka mengalami hal yang tragis," ucap Jake dengan serius. "Kathy ditemukan mati karena keracunan. Dan Clarissa terluka dengan beberapa tulang yang patah, seperti habis tertabrak sesuatu. Lebih tepatnya, mereka adalah kucing-kucing milik Olivia, sepupuku."

"Oh, benarkah? Malang sekali."

"Ya, menurutmu mengapa Damian memerlukan pengawal walau ia berada di rumahnya sendiri? Itu karena, bisa jadi mungkin bukan hanya kucing saja yang dapat terluka, tetapi juga dirinya sendiri. Maka dari itu, ia butuh pengawal untuk berjaga-jaga." Jake menatap Lyla dengan tatapan serius.

"Maksudmu?! A ... ada yang sengaja ingin mencelakainya?" Lyla tercekat menyimpulkan ucapan Jake.

"Apa menurutmu aneh jika salah satu seorang pengusaha besar di Vancouver yang memiliki beberapa perusahaan yang menghasilkan banyak keuntungan, merasa hidupnya terancam semenjak ia mengalami beberapa musibah beruntun dan akhirnya membawanya dalam keadaan seperti sekarang ini?" Jake menatap Lyla dengan serius.

"Damian hanya merasa mungkin ada seseorang atau entah siapa yang menginginkannya celaka. Ia menyadari beberapa hal yang aneh semenjak kematian Olivia," jelas Jake.

"Ia menjadi sensitif dan selalu was-was pada hal apapun. Aku mengerti yang dirasakannya. Sekarang ia pasti merasa tak berdaya dengan keadaan dirinya, yang mana pastinya akan ada banyak orang yang bisa mengambil keuntungan dengan kebutaan dirinya itu." Jake menghela napas lagi. "Menurutmu mengapa aku ditempatkan sebagai seorang kepala akuntan di perusahaannya?"

Lyla menggeleng tak mengerti.

"Itu karena Damian ingin tetap mengawasi perusahaan walau dirinya tak dapat melakukan banyak campur tangan untuk saat ini karena kondisinya. Ia ingin aku mengawasi ayah dan saudara-saudaranya yang lain yang akan dengan senang hati mengambil alih perusahaan-perusahaannya saat ia tak ada nanti."

"Oh, benarkah?!" Lyla tercekat mendengar penjelasan Jake.

Jake tersenyum menenangkan dan menepuk bahu Lyla perlahan. "Jangan terlalu takut, ini hanya asumsi saja. Yang aku pentingkan sekarang adalah kondisi fisik maupun mental Damian."

"Sungguh, aku ingin ia bisa kembali menjalani hidupnya dengan normal dan sampai berbahagia nantinya. Seperti yang kau tahu, kecelakaan yang menimpanya telah meninggalkan pengalaman traumatis yang begitu mendalam bagi Damian. Jadi, sekali lagi aku mohon, tolong bantu dirinya, Lyla," ucap Jake.

"Baiklah, aku mengerti." Lyla mengangguk.

_____*****_____

Lyla merebahkan diri di kasur sederhana miliknya. Setelah membersihkan diri dan merasa segar, ia beristirahat sambil menatap langit-langit kamar kecilnya.

Lyla tinggal di sebuah apartemen kecil yang harga sewanya cukup murah untuknya. Ia harus banyak menghemat pendapatannya untuk keperluan hidupnya dan membantu biaya kuliah adik lelakinya, Allen.

Lyla menatap ponselnya sejenak, entah mengapa ia merasa malas untuk mengunjungi sosial medianya. Gambaran pendapatan yang Damian janjikan membuat perutnya melilit setiap kali ia memikirkannya.

Ia mungkin dapat melunasi biaya kuliah adiknya untuk beberapa semester kedepan dari uang yang Damian janjikan. Bahkan, ia sendiri bisa pindah ke apartemen yang lebih bagus dan bersih.

Saat Lyla mulai terserang rasa kantuk, tiba-tiba ponselnya berdering beberapa kali. Dengan malas ia meraih ponselnya dan seketika seolah ia merasa seperti tersengat listrik, saat ia mendapati ada sebuah pesan notifikasi di ponselnya yang melaporkan sejumlah dana telah ditransfer ke dalam rekeningnya.

"NO WAYY!!!"

Lyla melompat dari ranjangnya dan terpekik. Napasnya seolah berhenti saat ia melihat nominal angka yang berderet begitu banyak saat ia membuka pesan notifikasi tersebut.

Sebuah pesan suara kemudian masuk menyusul notifikasi dari pemberitahuan dana yang telah terkirim ke dalam rekeningnya.

Sebuah nomor tak dikenal mengiriminya sebuah pesan suara. "Kemasi barangmu, besok kau mulai menempati tempat tinggal barumu. Ben akan menjemputmu tepat pukul sebelas siang. Dan Lyla, aku sudah memberimu gaji di muka beserta bonus kepindahanmu."

Lyla menganga, walau baru tadi ia bertemu dengan Damian, ia sudah kenal betul dengan suara pria itu.

"B ... baik, Pak!" jawabnya dengan sedikit gagap. Lyla membalas pesan suara tersebut dengan cepat.

_____*****_____

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status