Share

Arti

Moreno terbangun karena suara isak tangis perempuan. Dia mengerjapkan matanya dan melihat Arsyila sedang duduk memeluk lutut di sampingnya dengan memperlihatkan punggung telanjangnya.

Moreno mengelus punggung Arsyila lembut.

"Kamu kenapa?" Moreno bertanya panik. Dia ikut terduduk dan mengelus rambut Arsyila. "Sakit?"

Arsyila diam tak menjawab dan terus menangis. 

Moreno menyandarkan kepalanya ke bahu telanjang Arsyila dan menciuminya lembut. Tapi Arsyila kemudian bergerak menjauhi Moreno.

"Hey... Kenapa? Bilang dong..." Ucap Moreno lembut. "Kamu... Nyesel?"

Isakkan Arsyila makin kencang. Moreno menghela napas lalu menarik tubuh Arsyila ke dada telanjangnya dan merebahkan diri. Moreno mengelus lembut kepala Arsyila dan menempelkan pipinya di kepala Arsyila.

"Nikah, yuk, Syil," ucapan Moreno yang tiba-tiba dan datar membuat isak Arsyila terhenti. Perempuan itu melepaskan diri dan memukul dada Moreno. "Ah! Sakit..."

"Kamu tuh punya otak nggak pernah dipake mikir, ya??? Hibahin aja ke rumah makan padang sana! Biar bermanfaat dikit dijadiin lauk makan!" Omelan Arsyila membuat Moreno terbahak.

"Jangan ketawa!" Arsyila memukul dada Moreno lagi.

"Lagian kenapa, sih, habis bercinta malah nangis terus marah-marah? Mau lagi?" Goda Moreno.

"Mau lagi gundulmu!" 

"Aku nggak gundul..." Moreno merajuk.

Arsyila mendecakkan lidah lalu menarik selimut menutupi badannya dan tidur membelakangi Moreno.

Moreno merengkuh Arsyila dan belakang dan menempelkan burungnya ke bokong Arsyila. Arsyila berusaha melepaskan diri dari Moreno nanun tidak berhasil.

"Pulang sana ke kamar lo sendiri!" Usir Arsyila.

"Nggak mau. Nyaman disini sama kamu," sahut Moreno sambil memejamkan mata.

Arsyila mengatupkan rahang. Sedaritadi ada yang ingin dia tanyakan namun ragu. Arsyila mengumpulkan keberanian dan akhirnya pertanyaannya terucap juga.

"What am I to you?" Tanya Arsyila.

Moreno membuka mata dan memikirkan pertanyaan Arsyila. Apa arti Syila untuk gue? Apa? Objek seks? Nggak kayak gitu. Lover? Kayaknya masih belum tahap sana. Lalu apa?

"Gue nyaman sama lo," sahut Moreno.

Arsyila mendengus. "Gue juga nyaman sama guling!"

Arsyila melepaskan diri dari Moreno sekuat tenaga sampai lelaki itu membiarkannya lepas. Arsyila memungut bajunya di lantai dan mengenakannya lalu kelur dari kamar.

Moreno menatap pintu yang tertutup kencang. Kini kamar menjadi sepi dan kosong tanpa Arsyila. 

"Apa arti Arsyila buat gue?" Moreno terus mengulang pertanyaan itu sampai akhirnya terdengar suara kembang api yang menjadi puncak acara anniversary resort.

Moreno bangkit, memakai kembali pakaiannya dan keluar dari kamar.

Dia melihat Arsyila sedang duduk di pinggir kolam sambil memandang kembang api yang meletus di langit. Moreno memandang Arsyila lekat-lekat lalu berbalik pergi menuju kamarnya sendiri sembari menggerutu.

"She's complicated. Not my type."

❤️

Pagi-pagi sekali Moreno sudah berangkat menuju bandara diantar oleh supirnya. Semalam tiba-tiba dia dipanggil kakeknya untuk ikut rapat Dewan Komisaris di Jakarta.

Moreno menunggu di lounge setelah check in. Dia mengecek ponselnya untuk mengabari Arsyila namun baru ingat mereka tidak pernah bertukar nomor sekalipun.

Moreno menghela napas dan menyimpan ponselnya di saku, kemudian dia beranjak untuk masuk ke pesawat.

❤️

Arsyila terbangun karena alarm yang dia set setiap pagi menyala. Dia mengerang seraya mematikan alarmnya dan kembali memejamkan mata. Namun, meskipun matanya mengantuk dia tidak bisa tidur lagi. Arsyila bangkit dari tempat tidur dan memutuskan untuk bersepeda saja.

Arsyila meminjam sepeda dari hotel dan menyusuri jalan setapan pulau Gili Trawangan yang masih sepi. Udara terasa segar dan tenang diiringu deburan ombak dan kicauan burung yang terbang di atasnya.

Arsyila memutari pulau sendirian hingga matahari sudah tinggi dan udara terasa panas. Dia pun tiba kembali di hotel dan langsung menuju restoran untuk sarapan.

Tanpa sadar matanya mencari sosok lelaki yang sejak semalam menghilang.

"Ih... Ngapain gue cari dia, sih?" Arsyila menyadarkan dirinya. 

Arsyila menggelengkan kepala lalu mulai menikmati sarapannya sembari menonton drama Korea dari ponselnya. 

Hidupnya terasa menyenangkan. Tanpa hiruk pikuk kota, tanpa mengkhawatirkan jadwal bosnya, tanpa mengkhawatirkan komplain dari tamu... 

Seharusnya dia merasa lega namun kenapa dia masih merasa sesak?

Makanan Arsyila tiba diantar oleh pramusaji yang tempo hari melayaninya dan Moreno.

"Terima kasih," ucap Arsyila sembari tersenyum.

"Bu Arsyila, ya?" Tanya pramusaji tersebut.

"Eh, iya. Ada apa?"

"Ada titipan dari Pak Reno." Pramusaji tersebut menyerahkan secarik kertas yang dilipat dua. "Permisi," katanya kemudian seraya berlalu.

Arsyila memandangi kertas ditangannya kemudian dengan ragu membukanya. Ada tulisan tangan disana yang sepertinya tulisan si pramusaji.

"I gotta go to Jakarta. Here's my number. Call me ASAP. 08xx941870613 - MN -

Arsyila membaca pesan tersebut lalu melipatnya kembali dan memasukkannya ke dalam saku jaketnya asal. 

Masa bodoh!, pikirnya. Lalu dia melahap sarapannya dengan pikiran melayang-layang.

"Permisi Bu Arsyila..." Pramusaji pria tadi datang lagi. "Ada telepon untuk Ibu." Pria muda itu menyerahkan ponselnya pada Arsyila.

Arsyila mengerutkan kening. Dia bingung namun tetap menerima telepon tersebut.

"Halo."

"Kenapa belum ngehubungin gue?"

Arsyila melirik pramusaji tersebut yang pergi untuk memberinya privasi. "Belum ada lima menit gue terima pesan lo."

"Kan bisa langsung hubungin gue pas terima."

Arsyila mendengus. "Ada apa memangnya? Urgent banget, kah?"

Arsyila menajamkan pendengarannya untuk mencari tahu lokasi Moreno. Sepertinya lelaki itu sedang di bandara.

"Ck. Gue ini khawatir loh, lo nyariin gue yang tiba-tiba nggak ada."

Arsyila menggigit bibirnya untuk menahan senyum di bibirnya. Entah kenapa dia senang dan lega karena bisa berbicara dengan Moreno di telepon.

"GR banget lo," cibir Arsyila.

"Habis darimana?" Tanya Moreno.

"Kok kepo?" Arsyila balas tanya.

"Lo nggak muterin Pulau cari gue, kan?" Goda Moreno. Pria itu kini sudah berada dalam mobilnya yang dikendarai oleh supir yang diutus Perusahaan.

"You wish!" Desis Arsyila.

Moreno terkekeh. "Okay, then. Gue lagi on the way ke Kantor. Text me your number immediately! Okay?"

"Ck. Nggak, ah." Ujar Arsyila. "Ngapain?"

Arsyila bersyukur karena ia tidak langsung tatap muka dengan Moreno. Wajahnya kini pasti sedang tersipu bak gadis ABG sedang bermain 'hard to get'.

"Apa perlu gue tanya Darius dan bilang kalo lo ada di Resort gue?" Tanya Moreno ringan namun penuh ancaman.

Arsyila mendecakkan lidah. "Don't you dare!" Ancamnya.

Moreno terkekeh lagi. "Kalo dalam satu menit lo ngga chat gue, gue akan langsung telepon Darius."

Tut. Tut. Tut.

Sambungan telepon terputus.

Arsyila menatap ponsel milik pramusaji itu dengan sebal namun segera dia meraih ponselnya sendiri dan menyimpan nomor Moreno dan mengiriminya chat.

"Childish!" 

Message sent.

Tak lama balasan datang.

"I miss you too."

Arsyila terperangah membaca balasan dari Moreno namun dia memutuskan untuk tidak membalasnya. Biar saja pria itu penasaran dengan dirinya.

Arsyila memasukkan ponsel ke tas lalu menikmati sarapannya yang sudah dingin. Senyumnya mengembang tanpa disadarinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status