Share

Bab 7 : Sebuah Kenyataan

Aruna terkekeh ketika ia berhasil mencipratkan air ke wajah Namika dan membuatnya langsung menutup wajahnya. “Kamu enggak bakal pernah menang dari aku kalau untuk masalah ini, Mika.”

“Bodo amat!” teriak Namika sambil berusaha menarik kaki Aruna agar ia tenggelam. Aruna memang tenggelam, tapi dia tidak terlihat seperti orang yang ditenggelamkan secara paksa.

Namika yang melihat itu hanya bisa cemberut. Ia melipat tangannya dan melihat awan-awan yang bergerak dengan cepat. Aruna pun ikut melihat apa yang sedang dilihat oleh Namika.

“Bentuk awan yang itu kayak permen ya,” celetuk Aruna sambil merangkul Namika dari belakang.

Badan Namika menegang sejenak dan ia sontak menggeleng. “Itu lebih mirip kayak ipadku. Kamu kok bisa mikir itu permen sih?”

“Malah aku yang seharusnya nanya gitu. Mau dilihat sampai badanmu diputar-putar juga enggak bakal kelihatan kalau itu tuh ipad,” sahut Aruna.

Namika langsung menoleh dan melihat Aruna yang juga sedang melihatnya. Posisi mereka memang lumayan canggung bagi Namika tapi sepertinya Aruna tidak merasa seperti itu.

“Kamu pasti sering gini sama cewek lain ya?” tanya Namika. Tiba-tiba saja mulutnya mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak ia katakan. Namika tidak bisa membayangkan jika Aruna benar-benar melakukan itu dengan perempuan lain.

“Kalau sama anak-anak panti asuhan, ya pernah lah. Tapi kamu juga tahu kalau anak-anak panti asuhan itu umurnya di bawah dua belas tahun semua,” jawabnya.

Namika mengangguk. Setelah di atas usia dua belas tahun, anak-anak panti asuhan itu tinggal di sebuah asrama. Namika kemudian merasakan hembusan napas di telinga Aruna.

Padahal Namika hanya perlu mengatakan kata-kata keramat itu. Tapi tentu saja itu adalah hal yang sangat sulit dilakukan. Namika menundukkan kepalanya dan memegang kedua tangan yang merangkulnya.

Aruna pun mencium kepala Namika dan melepas rangkulannya. “Mending sekarang kita mandi dulu. Udah sore nih.”

Namika mengangguk pelan. “Kamu mandi di kamar mandi bawah ya. Kamu udah bawa baju kan?”

Laki-laki itu mengangguk. Namika segera berjalan ke atas dan tanpa sadar membanting pintu kamar mandi dengan keras. Wajahnya memerah dan ia langsung duduk di lantai.

“Aruna gila. Dia sadar gak sih kalau dia tuh bikin aku makin suka sama dia?” ucap Namika sambil menyalakan shower.

Ia memejamkan matanya dan mencoba untuk merasakan kembali sensasi yang ia rasakan tadi. Wajah Aruna berada di bahunya dan Namika dapat merasakan dada Aruna di punggungnya.

Gadis itu sontak membuka matanya ketika ia malah memikirkan hal yang lain. Namika kemudian mengambil handuk dan segera mengeringkan rambutnya. Tanpa ia sadari, sudah tiga puluh menit berlalu.

Namika berlari ke bawah dan menemukan Aruna yang sedang memainkan ponselnya. “Aku baru tahu kalau kamu punya hp,” celetuk Namika sambil duduk di sebelahnya.

“Punya sih, tapi sering ganti-ganti juga,” sahut Aruna. 

“Wih orang kaya. Uangnya pasti gak habis-habis ya makanya selalu beli hp keluaran terbaru,” ejek Namika.

Aruna terkekeh. “Gausah berlagak kayak gitu. Aku tahu kok kalau hpmu itu sama hpku. Yang beda cuma warnanya aja.”

Mereka langsung tertawa dengan kencang. Beberapa saat kemudian, terdengar suara orang yang menekan bel. Aruna langsung berdiri dan datang dengan membawa beberapa makanan.

“Kok jadinya kamu yang beliin sih? Kan aku tuan rumahnya,” omel Namika namun tangannya tetap menerima makanan itu.

“Soalnya aku udah bikin kamu sakit kemarin,” jawab Aruna santai.

Namika berdecak pelan. “Gausah segininya juga kali. Aku memang sering sakit tapi sembuhnya cepet kok.”

Aruna mengacak rambut Namika. “Masa gitu? Mending kita makan dulu sebelum makanannya dingin.”

Mereka berdua segera menghabiskan makanan itu. Tatapan Namika terus mengarah pada Aruna. Ia memutuskan untuk mengatakan rahasianya pada Aruna malam ini.

Namika menarik Aruna ke sofa dan memilih sebuah series secara acak. Aruna tampak sangat menikmati film tersebut dan mengomentari beberapa hal. Tanpa mereka sadari, jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Namika mengusap matanya dan mengangkat kepalanya. Aruna menarik bahu Namika dan merangkulnya dengan erat.

“Aku bakal bilang sesuatu, tapi kamu jangan bereaksi yang terlalu heboh ya,” bisik Aruna.

Gadis itu mengangguk. Sepertinya dia akan mengatakan rahasianya setelah Aruna mengatakan itu. Namika menyandarkan kepalanya di bahu Aruna.

“Alasan aku bisa ada di dalem air dalam waktu yang selama itu ya karena aku siren,” ucap Aruna.

Namika langsung mengerutkan keningnya dan menatap Aruna dengan saksama. “Tunggu, jadi orang-orang waktu itu ngincer kamu juga dong?”

Kini Aruna yang terlihat bingung, namun dia tetap mengangguk. “Ada beberapa siren yang memiliki kekuatan untuk membuat sebuah obat yang dapat menyembuhkan semua penyakit. Tapi sebaiknya kita bahas itu nanti, oke?”

Namika mengangguk. Matanya beralih pada kaki Aruna. Dari film-film yang ia tonton, bukankah siren langsung memiliki sirip ketika terkena air? Tapi Aruna selalu baik-baik saja. Bahkan tidak terjadi apa pun ketika mereka berenang tadi.

“Kami, para siren, adalah manusia berdosa yang terlahir dari alam. Kami diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan kami. Namun jika kami tidak bisa memperbaiki kesalahan itu, maka kami akan mati di umur dua puluh tahun.”

Tubuh Namika langsung menegang. Ia teringat dengan pembicaraan mereka berdua beberapa hari yang lalu. Jadi inilah alasan kenapa Aruna bersikap seperti itu.

“Jadi gimana caranya untuk memperbaiki kesalahan itu?” tanya Namika. Dia tidak bisa membayangkan jika suatu hari Aruna akan meninggalkannya.

Aruna tersenyum samar. “Aku enggak tahu. Para siren yang berhasil berubah menjadi manusia tidak bisa mengatakan itu pada kami. Jika mereka membicarakannya pada kami, maka kami tidak dapat mendengarnya. Jika mereka menulisnya, maka kami tidak akan bisa membacanya.”

Aruna dapat merasakan tubuh Namika yang melemas. Dengan perlahan dia memeluknya dan mencium rambut Namika. Semua perasaan itu tercampur menjadi satu.

“Ada satu hal lagi yang harus aku bilang,” ucap Aruna.

Namika berusaha menahan air matanya dan menatap mata teduh Aruna. “Kamu akan melupakanku pada hari ke delapan kita bertemu. Jika dihitung, dalam waktu satu jam, kamu akan melupakanku.”

“Enggak mungkin. Mana bisa gitu? Kenapa ada banyak banget aturan yang mengikat siren sih?” pekik Namika.

“Itu karena kita adalah orang yang berdosa. Walaupun aku juga enggak tahu apa dosaku di masa lalu, tapi itu pasti enggak bisa dimaafkan dengan mudah,” jawab Aruna sambil menyandarkan punggungnya.

Namika menggigit bibir bawahnya. Kenyataan itu membuatnya mual. Dia kira dia bisa memiliki masa depan yang indah bersama Aruna. Lagi pula, bukankah mereka sangat cocok?

“Aruna,” panggil Namika. Gadis itu melingkarkan tangannya di perut Aruna dan menenggelamkan wajahnya di dada Aruna.

Aruna mengusap kepala Namika dengan sangat lembut. “Kamu pasti tahu kalau aku juga bukan manusia biasa kan? Aku adalah salah satu anggota Gifted, dan kekuatanku adalah membaca pikiran.”

Aruna terlihat sedikit terkejut namun sepertinya dia sudah menduga hal itu. “Jadi gimana kekuatanmu ini beraksi? Kamu perlu kontak dengan seseorang atau bisa langsung membaca pikiran mereka?”

“Saat ini, aku sudah bisa membaca semua pikiran orang-orang di sekitarku dalam radius enam meter. Aku menginap di sini agar aku bisa mengistirahatkan kekuatanku,” jawab Namika dan Aruna mengangguk.

“Tapi aku enggak bisa membaca pikiranmu. Itulah salah satu alasan kenapa aku selalu nyaman kalau sama aku. Aku enggak tahu dan enggak peduli apa yang kamu pikirkan tentang aku.”

Namika tahu jika dia benar-benar terlihat seperti orang bodoh di hadapan Aruna. Namika merasa tidak ada orang lagi yang bisa menemaninya selain Aruna. Laki-laki itu adalah penyelamatnya.

“Aku juga me-” Aruna langsung membungkam mulut Namika. Namika menatapnya dengan sedikit bingung.

I know, me too.”

Namika tersenyum dan tanpa sadar air matanya mengalir. “Can I kiss you?”

Aruna tidak menjawab dan langsung menarik leher Namika. Bibir mereka bersentuhan dan Namika merasa sangat bahagia. Mungkin, ini adalah jalan terbaik.

Namika melepaskan ciuman itu dan mengusap air mata Aruna. “Kalau aku lupa sama kamu, bikin aku ingat sama kamu, Runa. Walaupun aku yakin kalau aku pasti bakal tetep ingat sama kamu.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status