Share

5.

Mila berdecak bingung dan cemas, setelah selesai membersihkan seluruh isi penjuru rumah ini. Sekarang Mila menjadi bingung, apa yang akan ia masak untuk dijadikan hidangan makan malam untuk Leon si tuan menyebalkan itu.

Saat Mila membuka lemari pendingin, yang ada hanya telur, beberapa biji tomat dan buah-buah lainnya. Dan yang paling membuat Mila penasaran adalah beberapa macam botol minuman bermerek yang sepertinya mahal.

Mila membuka salah satu minuman botol itu dan mencium aromanya. Wangi dan sepertinya enak, Mila menelan salivanya kuat saat dorongan keinginan itu kuat menyuruhnya untuk meminum isinya.

"Tidak, ini milik pria menyebalkan itu." sanggahnya menolak keinginan batinnya yang terus berontak.

"Tapi aku penasaran akan isinya," cengirnya mulai bimbang akan pertahanan dirinya. "Aku rasa tidak akan jadi masalah jika aku meminumnya sedikit. Ya, hanya sedikit saja. Lagian ini minuman sehat sepertinya, bagus untuk kesehatan." celotehnya panjang lebar dan....

Glek.

Pada akhirnya pertahanan diri Mila luntur, ia minum sedikit minuman itu. Ya, hanya sedikit sebab ia takut akan ketahuan oleh Leon karena sudah meminumnya.

"Ah, enak dan segar sekali minuman ini." gumam Mila kembali melihat dan membaca merek minuman itu.

Hmm, sepertinya lain kali saat ia sudah punya uang ingin membeli minuman ini. Yang tentunya pastilah sangat mahal harga minuman ini.

Mila meletakkan kembali botol minuman itu, ia susun serapih mungkin untuk menghilangkan jejak agar tidak ketahuan jika ia sudah meminumnya.

Mila mengambil beberapa butir telur dari dalam kulkas, rencana ia ingin membuat telur orek untuk makan malam Leon. Telur orek yang akan ia buat ini tidak pedas, pas sesuai selera Leon yang di poin nomor tujuh pria itu mengatakan jika ia tidak suka pedas. Leon cenderung menyukai makanan manis dan gurih sesuai porsinya, maksudnya sesuai cita rasa yang lebih kuat dari makanannya itu sendiri.

Eh, tunggu. Bukan mengatakan sih, tapi menuliskan poin nomor tujuh. Astaga!

Sambil memasak Mila tak hentinya berdoa semoga saja Leon suka dan mau memakannya. Bukannya pria itu bilang kalau dia suka apa saja.

Hmm, Mila jadi berpikir untuk menu masakan selanjutnya. Haruskah ia membuat oseng-oseng belalang, dan katak tumis ijo. Atau sate ular, atau juga kare buaya?

Seketika Mila bergidik ngerih dan mau mual. Perutnya terasa di aduk saat membayangkan binatang-binatang tersebut. Kalau belalang mungkin bisa, tapi untuk yang lain, oh tidak!

Hanya butuh waktu sekitar sepuluhan menit lebih bagi Mila untuk membuat telur orek. Setelah selesai ia menaruhnya ke piring dan kemudian menatanya secantik mungkin ke meja makan lalu kemudian menutupnya dengan tudung saji.

****

Leon pulang dengan penat yang luar biasa, penampilan yang sudah jauh berbeda saat akan berangkat pergi bekerja. Muka kusut, rambut acak-acak berantakan dan juga dasi yang sudah dilonggarkan karena terasa seakan ingin mencekik lehernya.

Ia masuk ke dalam rumah dan tercenung sesaat saat melihat keadaan rumahnya yang tampak bersih dan rapih dari sebelumnya. Leon melangkah perlahan sembari memperhatikan secara detail setiap sudut rumahnya. Jari telunjuknya menyentuh benda-benda yang mungkin saja masih terdapat debu yang menempel.

Leon tersenyum saat jarinya tak ada sedikitpun debu yang menempel. Itu artinya pembantu baru pilihan mamanya cukup terbaik.

Cukup?

Ya, karena Leon tak ingin begitu cepat mengakui kinerja pembantu baru itu sangat terbaik. Sesempurnanya orang pun masih memiliki sedikit celah dan kesalahan, dan untuk itu Leon akan mencarinya serta menjadikannya sebagai alasan untuk memecat si pembantu baru.

Itu juga yang ia lakukan pada Ratih, si pembantu yang tempo hari ia pecat. Leon sengaja mencari-cari kesalahan Ratih sebagai alasan untuk ia pecat.

Memastikan bahwa semua tempat tidak ada debu yang menempel. Leon pun memilih masuk ke dalam kamarnya dan langsung membersihkan diri.

Seluruh tubuhnya menjadi segar kembali begitu terkena guyuran air dari shower. Leon menempelkan kedua tangannya ke dinding tembok sembari menundukkan kepalanya. Merasapi air hangat yang menenangkan tubuh dan pikirannya.

Beberapa menit kemudian Leon memutuskan untuk menyudahi acara mandinya. Melilitkan handuk putih ke bagian tubuhnya dari pinggang sampai lutut. Setelahnya Leon keluar dan segera berpakaian.

Memakai pakaian santainya Leon keluar dari kamar dan menuju ke ruang makan. Matanya menangkap ke arah tudung saji di meja, yang sepertinya tengah menutupi sesuatu yang ada disana.

Leon penasaran dan langsung membuka tudung saji itu. Sepasang manik hitam legamnya menangkap menu masakan sederhana.

"Orek telur," gumamnya tersenyum tipis. Tak menyangka jika pembantu baru itu akan memasakkan makanan yang sangat simpel dan sesederhana ini.

Hmm, baiklah. Leon tetap akan mencoba memakan masakan buatan pembantu baru itu. Siapa tau saja enak, kan? Lagian Leon juga penasaran akan rasanya. Akankah enak dan membuat nagih atau malah justru sebaliknya, membuat Leon merasa ingin muntah?

Dari pada Leon penasaran dan bertanya-tanya terus pada diri sendiri. Lebih baik ia langsung mencobanya.

Leon menarik salah satu kursi dan mulai menyendok orek telur itu langsung, tanpa nasi dan tanpa perlu repot-repot memanaskannya. Perutnya sudah sangat terasa lapar dan meronta-ronta.

Leon terdiam saat satu suapan orek telur itu masuk ke dalam mulutnya. Bukan karena tidak enak, justru rasa dari orek telur ini sangatlah enak dan nikmat. Betul-betul pas sesuai seleranya, tidak pedas dan gurih.

Saat Leon menggeser sedikit piring orek telurnya, tak sengaja matanya menatap sebuah kertas kecil yang dilipat terselip di bawah piring itu. Leon membuka kertas itu dan membaca sebuah note disana.

Maaf, bukannya saya bermaksud kurang ajar karena hanya memasak makanan sederhana yaitu telur orek. Sungguh, saya tidak bermaksud begitu, Tuan Leon yang terhormat.

Di kulkas anda hanya ada telur. Saya bingung, tentu saja. Disaat kebingungan melanda sebuah ide pun tercetus dan mampir di kepala saya.

Semoga anda suka makanan yang sudah saya masak dengan tulus sepenuh jiwa raga saya. Dan, oh iya, Tuan Leon sepertinya besok anda harus berbelanja untuk stok bahan-bahan makanan.

Baiklah, saya sudahi ya. Soalnya tulisan saya jelek dan tangan saya juga sudah mulai pegal menulis panjang lebar.

Terima kasih dan semoga Tuan Leon puas dengan kinerja saya.

Salam hangat dari pembantu baru anda, Mila. :)

Leon tersenyum geli membaca isi note yang di tulis pembantu baru itu. Ah iya, Mila namanya.

"Menarik," gumam Leon melipat kertas tersebut dan kembali memakan orek telur itu pelan-pelan hingga tanpa terasa sudah habis tak tersisa.

Leon bersendawa kecil karena perutnya sudah merasa kenyang. Leon bangkit berdiri dan melangkah ke wastafel hanya untuk menaruh piring kotor tanpa perlu repot-repot mencucinya.

Tentu saja, karena tugas itu adalah tugas si pembantu baru besok. Itulah gunanya memiliki pembantu, untuk apa mereka di pekerjakan jika Leon harus repot-repot turun tangan melakukan itu. Iya 'kan?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status