Share

6. Judi

last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-02 20:16:10

      Mencari tahu tentang musuh yang sudah waspada sejak awal, bukanlah hal mudah. Kiana tidak bisa menggabungkan setiap rencananya atau apa yang ia pikirkan untuk mengetahui pergerakan musuh  bersama rekannya. Oleh karena itu, Kiana mencuri-curi waktu ditengah malam untuk pergi.

“Semua barang sudah aku masukkan ke tas. Apalagi yang kurang?” gumam Kiana. Ia melihat kembali persiapan yang ia bawa.

      Keluar dari mansion tidaklah mudah. Kiana harus melompat dari lantai atas yang merupakan kamarnya. Kiana juga harus melewati taman labirin di halaman mansion untuk menghindari para penjaga.

“Ayo, Kiana! Sudah lama tidak berpetualangan,” ucap Kiana pada diri sendiri.

Set!

“Kau mau ke mana?” Renza tiba-tiba mencegah Kiana yang sudah bersiap melepaskan tubuhnya terjun bebas.

“Ah, sial! Aku tidak bisa menjelaskan. Kau lebih baik ikut saja,” kata Kiana.

        Tanpa basa basi, Kiana membungkam mulut Renza dan melompat dengan membawanya. Meski tubuh Kiana kecil, tapi dia tinggi. Bisa mengimbangi Renza yang tubuhnya lebih besar darinya.

Tap...

Wush!

      Suara angin seakan menabrak telinga. Pendaratan darurat berhasil. Kaki jenjang Kiana berhasil menginjak tanah tanpa terluka.

“Astaga! Apa kau sudah gila?” pekik Renza.

“Hst!” Kiana kembali menarik Renza bersembunyi disalah satu pohon bunga.

Deg... Deg...

Tap... Tap... Tap...

       Suara detak jantung terdengar jelas bersahutan bersama langkah kaki penjaga yang kebetulan sedang melintasi ditempat persembunyian Kiana.

“Huf!” Kiana bernafas legas. Ia kemudian mencubit sangat keras dibagian lengan Renza.

“Akh! Apa kau gila?” pekik Renza.

“Sudah tahu kita kabur. Kau masih saja berteriak,” omel Kiana.

“Kau mau ke mana?” tanya Renza.

“Aku akan mulai menyelediki. Sedikit sulit karena aku tidak boleh mengacau,” keluh Kiana.

“Kau berniat melewati labirin?” Renza menatap Kiana sembari menaikkan sebelah alisnya.

“Tidak ada cara lain.”

“Ada!” Renza menyeringai. “Kau tunggu di sini,” imbuhnya.

       Kiana hanya diam seribu  bahasa. Ia benar-benar menunggu Renza. Lebih tepatnya menunggu rencana Renza. Renza anak Delice yang paling brutal. Karena itu, Kiana sedikit waspada.

Tin!

      Kiana menoleh. “Naik motor? Apa kau bodoh?” kata Kiana.

“Kau naik di depan. Meringkuk sampai kita melewati gerbang. Cepat!” Renza melemparkan jaket miliknya. “Lelet! Cepat!” pinta Renza lagi.

      Kiana bergumam sedikit kesal tapi benar juga rencana Renza. Renza bebas berkeliaran, oleh karena itu dia bisa menaiki motor secara terang-terangan. Kiana naik ke motor dibagian depan. Ia menghadap Renza dan menekuk kakinya. Renza menutupi Kiana menggunakan jaket yang ia sempat ia berikan ke Kiana.

“Kau sudah siap?” tanya Renza.

“Kalau begini bersama kekasih, pasti romantis. Karena denganmu, cih! Aku tidak suka,” gerutu Kiana.

“Seharusnya aku membawa lakban untuk membungkam mulutmu.”

Brummm... Brummm... Brummm...

      Renza mulai memutar gas motornya. Ia melewati jalan normal bahkan penjaga yang melihatnya pergi tidak bertanya apapun. Motor melaju dan berhenti tidak jauh dari gerbang mansion.

“Kau sudah bisa turun.”

“Aduh! Pinggangku!” keluh Kiana.

“Cepat naik lagi. Kita sedang memburu waktu.”

***

      

       Kiana dan Renza sudah sampai di SMA HG. Kiana melompati gerbang. Ia memakai kain untuk menutupi setengah dari wajahnya.

“Kenapa kita tidak mencari tahu langsung ke HG CAE GRUP?” tanya Renza.

“Percuma.”

“Kenapa?” tanya Renza.

“Karena penompang perusahaan itu adalah anak-anak jenius yang sekolah di sini.”

        Gedung sekolah sangat gelap. Ada penjaga yang berkeliling dan mereka berdua harus menghindar jika ada security yang sedang memeriksa.

“Hst!” Kiana mengisyaratkan Renza untuk diam. “Apa kau dengar sesuatu?” tanya Kiana.

“Iya. Dari arah gedung sana,” jawab Renza.

        Hanya ada satu gedung yang terlihat berpenghuni. Gedung itu bukanlah pos security melainkan gedung yang tersembunyi dibelakang gedung resmi.

Brak!

“Siapa di sana?”

‘Astaga! Sangat ceroboh,’ batin Kiana sembari melirik Renza yang menjatuhkan pot bunga.

      Kiana dan Renza memutar otak supaya mendapatkan tempat bersembunyi. Sayangnya, tidak ada tempat apapun yang bisa mereka berdua pakai.

“Kau mundur. Biar aku yang maju,” kata Renza.

“Bilang saja kalau kau ingin bertarung,” sindir Kiana.

“Kau masuk ke dalam kelas. Sebisa mungkin, kau harus pergi setelah perhatian merek teralihkan,” ucap Renza.

       Akhirnya, Renza menampakkan diri tapi orang yang berteriak padanya tadi tidak terlihat dimatanya. Meski begitu, Renza tetap tenang. Ia melirik tajam. Seseorang sudah mengintainya dari belakang.

“Kalau mau memukul, kau tidak boleh ragu,” kata Renza sembari memutar tubuhnya.

Sret!

Buak!

     Entah siapa namanya, dia mendapatkan pukulan langsung dari Renza. Keributan yang terjadi membuat seisi gedung gaduh.

      Kiana mengerutkan keningnya. ‘Dia bukannya pria yang aku tabrak?’ batin Kiana.

Drap... Drap... Drap...

“Tuan, pria itu menyusup dan memukulku tiba-tiba,” ujar orang yang Renza pukul.

“Bukankah kita sekelas?” tanya Teo. “Apa yang kau lakukan di sini?” imbuhnya. Tatapan matanya menunjukkan kebencian.

“Aku sedang jalan-jalan. Kalian sendiri, apa yang kalian lakukan?” ucap Renza sembari berjalan ke arah Teo.

“Kerja kelompok,” jawab Teo.

       Renza bisa melihat dari celah pintu yang sedikit terbuka. Penglihatan Renza sangat tajam. Ada beberapa meja dan kursi yang ada di sana. Ada juga beberapa chip, tumpukan uang tunai dan juga kartu.

‘Dia sedang berjudi?’ batin Renza.

      Teo melihat Renza yang memperhatikan ke dalam ruangan. “Kau ingin tahu apa yang ada di dalam? Apa kau berniat bermain?” ejek Teo.

“Aku tidak pernah bermain dengan taruhan kecil,” kata Renza.

“Kau menantangku?”

       Kiana sudah berada di dalam kelas. Ia bersembunyi karena rencananya kacau gara-gara Renza. Namun, Kiana menemukan satu hal penting. Dia menemukan salah satu orang yang berpengaruh dalam perjalanan tugasnya.

       Renza menarik kerah Teo. Dia mendekatkan bibirnya ke telinga Teo. “Apa kau sanggup dengan taruhannya?” bisik Renza sembari menyeringai.

“Kau bisa memintaku mempertaruhkan apapun padamu  tapi aku hanya meminta satu keuntungan darimu.”

“Katakan!” tantang Renza.

“Aku ingin kau tidak bisa bernafas lagi.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
S Rohmah
Wow renza,kiana keren..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Money And The Power   316. End

    Generasi pertama naik ke atas panggung. Mereka jalan gontai tanpa membawa kesadaran seolah-olah mata mereka terpaksa terbuka dan seluruh tubuh mereka dipaksa untuk bergerak.Mereka mendekati Kiana dengan senjata yang mereka genggam. Tubuh mereka tercabik-cabik, hancur dan darah segar masih mengucur dari luka yang mereka dapatkan.'Bajingan itu menyiksa mereka sampai seperti ini?' batin Kiana.Kiana memenangkan pertandingan pertama. Para VVIP lemah lunglai tergeletak penuh luka di atas panggung.Kiana menggigit bibirnya sendiri. Ia merasa terlambat dan sangat berdosa. Seharusnya, dalam permainan gila tersebut tidak seharusnya melibatkan banyak orang. Jika HG Group menginginkannya, Kiana tidak akan menolaknya.Melihat generasi pertama yang kokoh dan kuat menjadi ternoda, hati Kiana sangat terluka. Tubuhnya yang sudah lelah, juga luka lama yang terbuka kembali, membuatnya semakin memanas.Pertarungan tersebut membuatnya gila dan semakin bergairah. Kiana yang menghadapi VVIP tidak serius,

  • Money And The Power   315. Kebenaran 2

    Kiana mengerutkan keningnya. Bau amis darah segar dari celine membuatnya sedikit mual. Kiana memperhatikan tangan Celine yang membekas darah kering."Mora, acara sebentar lagi di mulai. Seharusnya kau sudah bersiap. Kenapa kau belum mengenakan seragammu?" tanya Celine sembari menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang berada di dalam ruang ganti khusus untuk Kiana."Saya hanya sedikit bingung," jawab Kiana."Apa yang kau bingung kan?" tanya Celine. Ia membersihkan pisau lipat tersebut. "Apa kau ingin membuatku marah?" lanjutnya sembari memberikan tatapan tajam yang tak terkontrol."Maafkan saya, Nona Celine."Di depan mata Kiana, ada beberapa kalung berlian, anting, gelang dan jumlahnya cukup banyak. Perhiasan untuk pria dan wanita yang jika di pakai akan menutupi tubuh Kiana.'Apa yang harus aku lakukan dengan ini?' batin Kiana."Kau kenakan berlian itu tanpa terkecuali. Tidak ada yang boleh tertinggal," ujar Celine. "Aku tidak menyewa model untuk memperagakannya karena acara malam ini

  • Money And The Power   314. Kebenaran

    Sam tidak mungkin menentang elitisan Gracia. Ia tidak mungkin membiarkan Gracia melewati pedihnya jalan hidup yang akan membakar telapak kakinya setiap ia melangkah maju."Lakukan apa yang kau inginkan. Aku akan berada di belakangmu sebagai pendukung," ucap Sam.Gracia beranjak dari tempatnya. Ia menghampiri Tuan Don yang terkekang oleh rantai yang melilit pada tangan dan kakinya. Mereka bertiga berada di ruangan yang sama sehingga mudah untuk mencari celah kabur."Hei, Pak tua!" teriak Gracia. "Kalau kau membohongiku, aku pastikan kepalamu langsung terlepas dari lehermu!" ancam Gracia."Hahaha ..." Tuan Don terkekeh geli. Ia menertawakan dirinya yang sudah dibodohi oleh Naura, juga dua orang yang menjaga kepercayaan tapi menjadi tertuduh. Bukankah itu konyol? Pikir Tuan Don."Aku akan menempatkan kalian berdua di posisi tertinggi perusahaanku. Kalian bisa melakukan apa saja untuk dendam atau membuktikan kualitas kalian," ucap Tuan Don."Kali ini, aku percaya padamu. Kalau kau membuatk

  • Money And The Power   313. Pengkhianat

    Rael keluar dari perusahaan miliknya. Ia mendapatkan sebuah kesan pribadi tanpa nama. Sejenak, kisah-kisah kelam kembali terlihat Dan terkenang dalam benaknya."Apa yang akan akan Anda lakukan, Tuan?" tanya Tuan Aaron. Meski ia menilai semuanya rumit, tapi Tuan Aaron sama sekali tidak memiliki pikiran untuk pindah kepercayaan atau Tuan."Alu harus menyelesaikan tugasku dengan baik sampai akhir," jawab Rael."Anda akan bergabung lagi dengan tujuh jenius yang Anda besarkan?" tanya Tuan Vidor. "Bukankah mereka sudah sudah mengkhianati Anda? Bagaimana mungkin Anda masih masih percaya pada mereka?" imbuhnya."Aku tidak berpikir kalau mereka berkhianat. Mereka hanya melakukan apapun yang membuat hati mereka senang. Lagi pula, berTuankan aku yang cacat seperti ini, tidak akan mendapatkan keunggulan dan juga nama baik." Santai, tapi terdengar ada kekecewaan di dalam kalimat Rael. Di tambah lagi dengan dengan ekspresi wajah Rael yang tersakiti."Saya mengerti. Saya akan mengikuti Anda sampai a

  • Money And The Power   312. Psychopath

    Ugh ... Ugh ... Ugh ...Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ...Generasi pertama yang dijebak oleh Jordan karena menolak, mereka dijadikan tawanan yang akan memeriahkan puncak acara yang akan menghina harga diri mereka.Mereka semua terbatuk-batuk. Tubuhnya lebam-lebam bahkan ada punggung mereka hampir dibuat meleleh karena disulut oleh besi panas.Argh! Argh! Argh!Teriakan kesakitan itu menjadi nilai plus bagi Jordan. Ia puas karena mereka yang tidak menurut pada akhirnya bisa menjadi mainannya yang berharga."Bajingan kau, Jordan!" teriak Gerald yang tertangkap.Jordan hanya melepaskan Serchan meski Serchan menolak. Ia tidak ingin mengambil resiko karena yang Jordan tawarkan adalah kerjasama dengan bangsawan Inggris, bukan pengamdian dari Serchan. Dua hal tersebut sudah berbeda. Jika Jordan menangkap bangsawan Serchan, tentu saja ia akan dimusuhi oleh Inggris dan itu adalah sesuatu yang bisa dikatakan sebagai mimpi buruk."Bedebah sialan! Meski kau menjadikan kami meleleh bersama api, kami tida

  • Money And The Power   311. Penyelamatan Nyonya Dum

    Naura mendapatkan pesan singkat dari Delice. Ia harus memecahkan kode supaya bisa membaca pesan dari Delice.Naura menyipitkan matanya. "Dum? Siapa?" gumam Naura.Naura mendengarkan pesan suara yang terkirim melalui pesan pribadi yang akan otomatis terhapus beberapa detik setelah selesai di dengarkan.Naura tidak bisa melakukannya sendiri. Demi Rael, Delice menelusuri seluk beluk keberadaan Tuan Don. Untuk meruntuhkan sebuah menara, Delice harus menghancurkan pondasinya.Naura mendengarkan dengan saksama. Semua hal yang Delice sampaikan. Delice tidak akan membuat pesan pribadi hapus otomatis jika apa yang ia sampaikan tidaklah penting."Sayang, aku akan menjelaskan intinya secara singkat. Aku harap kau bisa mengerti. Aku tidak memiliki waktu untuk menjelaskannya secara langsung padamu. Yakinlah! Kalau kau melakukan sesuai yang aku rencanakan, kau akan berhasil hingga akhir tanpa terluka."Delice menjelaskan dengan rinci apa yang terjadi. Bagaimana awal mulanya sampai ia bertekad selam

  • Money And The Power   310. Kekuasaan Jordan

    Gedung tua yang ada di Rusia menjadi tempat pilihan yang cukup akurat untuk menjalankan semua rencana Jordan. Satu per satu tamu yang ia undang sudah mulai berdatangan.Tamu-tamu tersebut menatap heran ke arah gedung yang setengah rusak karena akibat kebakaran hebat beberapa bulan yang lalu.Mereka terdiri dari generasi awal yang membentuk organisasi damai. Jordan mengusik kedamaian yang sudah mereka perjuangkan."Mereka sudah datang tanpa terkecuali. Hah! Tingkat keyakinan yang aku miliki mencapai batasannya," ujar Jordan.Rion menjadi pengikut Jordan, begitu juga dengan Brandon. Mereka memiliki perhitungannya sendiri karena tali kekang HG Group sepenuhnya berada di tangan Jordan."Aku tidak tahu siapa yang menolak dan siapa yang menerima," ucap Jordan."Ah!" pekik Brandon tiba-tiba.Jordan mengundang mereka hanya mengandalkan persiapan insting dadakan. Tidak ada rencana bahkan persentase yang dibayangkan saja tidak ada. Bukankah Jordan terlalu berani untuk mempertaruhkan nyawanya se

  • Money And The Power   309. Pilihan

    Brak!"Kiana!" teriak Leon.Kiana melirik tajam. Ia sangat menunjukkan rasa tidak sukanya pada Leon yang masuk ke dalam kamar pribadinya saat Kiana baru saja merebahkan tubuhnya."Apa kau tidak memiliki sopan santun?" Kiana membalas bentakan Leon dengan kalimat pertanyaan yang tidak kalah sadis."Aku dengar kalau membunuh Zaila dan Rai, bahkan kau memberikan kelingking Rai sebagai bukti. Kiana, apa kau sudah gila?" bentak Rai.Kiana menyibakkan selimut yang baru saja menutupi tubuhnya. Kiana ingin istirahat sejenak untuk memulihkan diri dari beberapa darah yang keluar dari luka barunya."Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau kesulitan berdiri?" tanya Leon. Ia langsung mendekati Kiana untuk mengecek kondisinya.Kiana menepis tangan Leon. "Singkirkan tanganmu itu!" ujar Kiana."Aku memang tidak bisa memaksamu untuk bercerita, tapi aku yakin kalau kau bertarung hebat dengan Rai sebelum berhasil membunuh Zaila dan Rai. Kenapa kau membunuhnya?" tanya Leon lirih.Leon duduk di atas ranjang Ki

  • Money And The Power   308. Perasaan Yang Sama

    Tubuh Delice seperti menggigil kedinginan. Aura yang terpancar dari orang bertopi yang menyerangnya seperti tidak asing. Orang tersebut bahkan hanya diam dan tidak menyerang Delice lagi setelah Celine meninggalkannya."Kenapa tidak menyerang lagi? Kenapa hanya mematung, hah?" tantang Delice."Kenapa aku harus menyerang saat aku tidak ingin?" balas Kiana.Suara Kiana memang tidak asing bagi Delice. Sejenak, ingatan Kiana mulai merasukinya. Namun, Kiana menahan rasa sakit yang saat ini menyerangnya.Sret!Delice membuka paksa topi yang menutupi wajah Kiana. Rambut Kiana yang tertutup oleh topi juga menjadi tergerai karena penyangga hilang.Delice seperti diberikan kejutan yang tidak bisa ia bayangkan. Kiana, putri tercinta yang sedang ia cari ternyata berada di depan matanya."Kiana!" pekik Delice.Delice tidak ingat kalau beberapa menit yang lalu Kiana melukainya dengan luka yang cukup dalam. Meski luka tersebut bukan apa-apa bagi Delice, tapi tentu saja lukanya terasa berbeda karena p

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status