Malam ku dipenuhi dengan berbagai tanda tanya dan kecemasan. Aku cemas dengan keamanan ku disini. Jika aku mati disini aku juga tidak tau selanjutnya aku akan kembali berenkarnasi atau malah hidup menjadi Kim Taevin lagi. Sepanjang malam aku terjaga karena sibuk dalam pikiran ku sendiri.
Esoknya aku dijemput oleh kepala pelayan untuk makan bersama keluarga ku di rumah utama. Kepala pelayan juga berpesan mereka akan mulai memindahkan barang-barang ku ke kamar ku semula di rumah utama. Mau tidak mau aku menurut pada kepala pelayan, aku juga tidak mau berbicara lama dengannya karena kepala ku terasa sakit efek terjaga semalaman.
Ketika sampai di ruang makan, seperti biasa aku akan disambut dengan sejuta pertanyaan dari ibu, terlebih mata ku yang terlihat bengkak ini pasti memberikannya celah untuk mengajukan banyak pertanyaan. Dulu aku merasa sedikit senang dengan sikap ibu yang terlihat mirip dengan tante Nam, yang selalu khawatir
Setelah Nyonya Serevia pergi dari kediaman Ophelium, ibu kembali mencoba mendekati ku. Dia bertanya apa Nyonya Serevia mengatakan sesuatu dan apakah Nyonya Serevia menyiksa ku seperti saat aku masi kecil. Aku lalu menjawab bahwa kami hanya belajar biasa saja. Aku juga balik bertanya apa Nyonya Serevia pernah menyiksa ku saat aku kecil pada ibu. Ibu lalu menundukkan kepalanya. Dia bercerita saat kecil aku sangat takut pada Nyonya Serevia yang selalu menyudutkan ku. Ibu juga bilang Nyonya Serevia sering mengejek mata biru ku. Ibu bercerita dengan muka yang sangat meyakinkan, tapi aku tidak bisa percaya padanya. Fakta bahwa aku bukan anaknya yang ditutupinya hingga saat ini membuat ku muak. Dia lalu bercerita ia sengaja meminta Nyonya Serevia untuk tidak mengajar ku lagi ketika aku berumur tujuh tahun karena memergoki ku tengah menangis akibat dimarahi oleh Nyonya Serevia. Aku menangis saya umur tujuh tahun?
Keseharian ku disni mulai berubah sajak saat itu. Aku lebih berfokus untuk mencari tau kebenaran-kebenaran. Aku juga sering bermimpi tentang masa kecil ku disini, dari mimpi itu tidak banyak hal yang menarik perhatian ku. Salah satu hal menarik hanya ketika aku, ibu ku dan ayah ku beserta Nyonya Sereviera dan suaminya sedang meminum teh bersama dikediaman Frattan. Wajah kami terlihat sangat bahagia saat itu. Selain itu pendidikan untuk calon penerus yang seharusnya sudah lama aku terima namun ditangguhkan karena permintaan ibu akhirnya dipercepat atas keputusan tuan Duke. Diwaktu senggang aku akan pergi ke ruang baca untuk mencaritau sejarah keluarga ku dan juga kerajaan secara lebih mendetail. Tapi aku tidak menemukan banyak hal yang bisa menjawab kecurigaan ku. Aku mulai berfikir untuk mencari tau tentang kuil suci Charlemagnel serta kutukan dari pendeta Charlemagnel XI, ntah bagaimana aku merasa alasan ku ada ditempat ini ada hubungannya den
Perkataan tabib tadi jelas mengusik pikiran ku. Budak, budak katanya! di kerajaan ini ada budak dan sistem perbudakan? padahal aku jelas membaca peraturan kerajaan yang menentang perbudakan! kenapa Sammy dan Emily dikatakan anak budak? apa mereka berasal dari kerajaan lain sehingga dicap budak disini? aku tau orang yang hidup disini bersikap terlalu berlebihan dengan sistem kasta mereka, tapi aku heran kenapa kasta budak bisa ada? Sibuk bermonolog dalam pikiran ku, aku tidak sadar kalau kami sudah sampai di rumah mereka. Dari pada menyebutnya rumah, menurut ku tempat ini lebih terlihat seperti sepetak kamar! Aku syok melihat tempat yang mereka bilang rumah sekecil ini. Ukuran rumah mereka sepertinya seukuran dengan kamar pelayan dengan pangkat terendah. Tidak hanya itu, ventilasinya juga tidak ada. Satu-satunya tempat keluar masuk udara hanya pintu masuk dan sebuah jendela kecil. Sebelum kami masuk ke dalam rumah mereka, ada seora
Dalam perjalanan menuju kediaman Nyonya Serevia, aku terus merasa gugup dan tidak tenang. Apakah itu benar? apakah raja memnag tau kalau rakyatnya terancam dijual menjadi budak ke kerajaan lain tapi tidak melakukan apa pun? Di gerbang kediaman Nyonya Serevia kereta kuda ku ditahan karena kami datang tiba-tiba tanpa membuat janji. Bagaimana pun Nyonya Serevia adalah mantan seorang duchess, tentu saja penjagaan di kediamannya ketat, bagaimana aku bisa lupa? Aku lalu meminta penjaga tersebut untuk bertanya pada Nyonya Serevia apakah Huxley Ophelium dapat bertemu dengannya. Penjaga itu melotot mendengar nama ku. Ia lalu melihat ku dengan tatapan curiga. Seorang pemuda dengan pakaian rakyat biasa ditambah kereta kuda sederhana tanpa pengawal mengaku sebagai putra seorang duke, jelas saja pengawal itu sulit percaya. Aku lalu menunjukkan lambang keluarga Duke Ophelium yang sengaja ku bawa. Di tempat ini Lambang keluarga berfungsi layaknya tanda pengenal. Se
Malam itu aku merasa resah dan tidak bisa tidur. Kenapa tadi aku memprovokasi tuan duke seperti itu? Ah sial bagaimana kalau dia berencana membunuh ku? ayah dan ibu ku saja yang sangat berkuasa pada saat itu bisa berakhir di tangan nya! sedangkan aku hanya anak yang tidak punya apa pun tapi dengan berani menyulut api tepat di mukanya. Ah kepala ku benar-benar terasa akan meledak! Aku memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar keluar sembari mencari udara segar. Walau aku berencana berjalan menuju taman, kaki ku tetap saja melangkah ke danau yang dulu hampir merenggut nyawa ku. Dari kejauhan aku dapat melihat seseorang yang tengah menatap pantulan bulan di danau itu. Itu adalah tuan duke! Saat ini aku tidak dalam keadaan baik untuk memulai pembicaraan dengannya. Aku harus lari dari tempat ini. Perlahan-lahan aku berjalan menjauh dari danau itu. Tapi sialnya kaki ku tidak sengaja menginjak ranting dan menghasilkan bunti kecil, tapi ti
Aku bimbang apakah ibu memang bisa ku percayai saat ini atau tidak, tapi aku juga hanya akan menemui kebuntuuan jika mencari informasi hanya dari buku saja. Bisa saja isi buku ini sudah tidak sesuai dengan keadaan sekarang. Aku lalu memersilahkan ibu masuk karena tak tega juga membayangkannya berdiri di depan pintu, bisa-bisa pelayan yang melihatnya akan mengatai ibu. Tampa hal seperti itu pun, aku kerap mendengar mereka mengejek ibu dari belakang. Ibu masuk ke kamar ku dan menuju ke kursi samping beranda kamar, tempat ku duduk sambil membaca sejak tadi. Ibu memperhatikan keadaan ku dengan muka yang sedikit gusar sambil membawa bubur. Ibu lalu meminta ku untuk segera memakan bubur buatannya itu, bubur paling enak dimakan saaat masi panas katanya. Aku hanya bisa menurut saja dan mulai memakan bubur itu, ibu bertanya pada ku apa ada hal yang mengganggu ku belakangan ini hingga aku terlihat seperti menghindarinya belakangan ini. Aku baru sadar belakanga
Setelah selesai sarapan dan ibu keluar dari kamar ku, aku segera menuju ruang kerja tuan duke. Walau heran dengan kedatangan mendadak ku, tuan duke segera mempersilahkan aku duduk dan meminta semua pelayannya untuk keluar. Tujuan ku menemuinya adalah untuk segera mengembalikan posisi seorang "duke" yang tengah di tempatinya itu kembali ke pemilik sebenarnya. Tapi jika diminta dengan baik aku ragu ia akan segera menyerahkan posisi itu, jadi aku berencana akan mengancamnya."tampaknya anda tidak memberitahukan tentang semua pekerjaan kotor anda pada istri anda tuan duke", kata ku membuka pembicaraan. Tuan duke memandang ku dengan tatapan tak suka."itu karena saya adalah seorang yang profesional yang bisa membedakan antara pekerjaan dan urusan pribadi", jawab tuan duke dengan suara yang tenang seolah tidak peduli dengan sindiran ku tadi."Lalu apa yang anda katakan pada istri dan anak anda ketika mereka bertanya bagaimana bisa anda yang dipilih oleh r
"Lalu kenapa anda membunuhnya?", tanya ku tajam pada tuan duke. Tuan duke lalu melanjutkan ceritanya ia menjelaskan ini semua bermula dari generasi kakek ku, ketika raja terdahulu masi bergelar putra mahkota dan kakek ku telah mendapat gelar dukenya, ternyata raja terdahulu tetap tak mendapat dukungan yang banyak baik dari bangsawan mau pun rakyat biasa. Ratu yang mengetahui hal ini kerap melampiaskan kemarahannya dengan memberikan tekanan pada anaknya tersebut. Disaat ayahnya, raja Graftan jatuh sakit pendukung duke Ophelium mulai bergerak untuk mendesak agar duke Ophelium I ditunjuk untuk menjadi wali raja selama raja sakit dan tak bisa mengerjakan kewajibannya. Para pendukung duke Ophelium saat itu merupakan orang-orang yang memiliki kedudukan dan pengaruh yang besar dalam pemerintahan, hingga ratu pun tak dapat bergerak sembarang. Raja Graftan II yang masi bergelar putra mahkota saat itu dikatakan menemui salah seorang pria yang tengah dip