“Nana, hubungi Ben dan Direktur Orin!” ucap Neil sambil menatap A.I. Nana.
“Perintah dilaksanakan, Tuan,” jawab Nana.
Hatiku membatin, program A.I. Nana berbau kolonial. Meskipun ia adalah teknologi termutakhir, namun program itu memanggil setiap pria dengan sebutan tuan. Sangat feodal. Jangan-jangan perusahaan ini seperti perusahaan silicon valley, namun bertradisi keraton. Gawat. Sebuah sinyal bahaya mulai menyala di dalam diriku.
Sambil berupaya menahan rasa resah aku menyikut lengan Anita dan mengetikkan sebuah pertanyaan pada layar flash-C milikku. Anita mengikuti arah pandangan mataku.
(Anita, siapa Ben?)
Setelah melihat pesanku, tangan Anita tampak bergerak lincah di atas keyboard virtual dari flash-C miliknya.
(Benny Polim, pemimpin tertinggi Caist Law Firm, pengacara-pengacara firma hukum itu bekerja sama dengan perusahaan kita.)
Aku mengangguk ketika membaca pesan
“Selamat pagi, Neil, Gerald, Suryo,” sapaan pria bernama Ben langsung menyedot perhatianku. “Good morning all! Neil, we must meet as soon as possible!” (Selamat pagi semua! Neil, kita harus bertemu secepatnya!) ucap direktur berkepala plontos. “Pagi, Ben. Baiklah karena semua orang sudah berkumpul, kita mulai rapatnya. Akhir-akhir ini cukup banyak berita mengenai pencemaran lingkungan oleh perusahaan Orin. Bagaimanapun juga Orin merupakan salah satu anak perusahaan kita. Hal paling berbahaya yang bisa terjadi adalah jika anak panah tuduhan menyasar kepada Wollim. Wakil Direktur Gerald, bagaimana hasil penyelidikan dari tim investigasi kita?” Neil tampak memandang Gerald yang duduk tepat di sampingnya. Neil cukup berbeda dari pria yang kulihat semalam. Saat ini hanya satu kalimat untuk menggambarkan dirinya. Pria itu tampak sangat berkuasa. Bulu kudukku berdiri menyaksikan tatapan tajamnya. Seolah ia ingin menyingkirkan semua permasalahan Orin dengan
Aku menarik napas panjang di antara penjelasan Sahir. Keberuntungan berada di pihakku, ternyata rapat ini justru mengangkat kasus yang sedang digarap oleh firma hukum tempatku bekerja. Setidaknya aku dapat mengetahui sejauh apa pergerakan Wollim juga Orin, dan aku tidak perlu bersusah payah dalam mencari informasi. Tidak sia-sia rasanya menghabiskan waktu untuk penyamaran ini. “Nana, I send you some file. Open the investigation file number three!” (Nana, aku mengirim file. Buka file investigasi nomor tiga!) perintah Suryo. Lagi-lagi Nana menjawab perintah dengan menyebutkan kata tuan di akhir ucapannya. Saat file terbuka, peta empat dimensi muncul di layar hologram. “Ini adalah peta persebaran lokasi pemukiman kedua belas terduga korban, lalu tanda merah adalah titik-titik pengolahan limbah kimia Orin. Sedangkan warna biru adalah jalur air yang mengalir pada pemukiman warga. Kami sedang meneliti kemungkinan kebocoran pada setiap titik pengolahan limbah dan k
Otakku terus berputar memikirkan rencana tercepat untuk menyelamatkan diri dari tereksposenya identitasku. Penyamaran yang terbongkar di tengah rapat adalah pilihan terburuk. Aku tidak ingin tertangkap hidup-hidup di tengah para penyamun buas, terutama dengan adanya sosok Benny Polim, si pengacara bertangan besi dan berdarah dingin. Nama lengkap ayahku, Tora Benjamin, terpampang cukup besar pada layar hologram empat dimensi yang ditampilkan oleh A.I. Nana, tepat di samping lambang perusahaan kami Benjamin Law Firm. “Tora Benjamin adalah pimpinan dari firma hukum Benjamin. Tingkat kemenangan kasus yang ditangani oleh firma hukum ini mencapai tujuh puluh persen. Kebanyakan kasus yang ditanganinya merupakan kasus-kasus yang menarik perhatian publik. Contoh kasus class action serupa yang mereka menangkan dan paling menarik perhatian publik adalah kasus gugatan class action investor pada Ernor Corporation, serta kasus class action masyarak
Di sisi lain Suryo tidak kalah gusar melihat tindakan tidak sopanku. Di dalam ruang meeting, kondisi peserta rapatpun sama gemparnya. Mereka saling berbisik-bisik resah melihat ketidaksopananku. Di tengah situasi kacau ini, Neil seketika menggebrak meja. “Berhenti! Sudah cukup! Sebagai pemimpin rapat, aku meminta seluruh peserta rapat untuk tenang. Saya bisa pastikan kepada Pak Benny dan Pak Suryo bahwa tindakan tidak sopan staf kami ini akan mendapatkan ganjarannya nanti, tapi sekarang saya berikan kesempatan dulu kepada dia yang tidak sopan ini untuk menyampaikan pendapatnya,” Neil mengarahkan seluruh tatapannya kepadaku sebelum dia berbicara lagi dengan nada yang lebih tinggi, “Waktumu lima menit, Sophie! Sebaiknya, apa yang akan kau sampaikan benar-benar berguna!” Neil kemudian diam sembari memajukan tubuhnya dan mengatupkan kedua lengan di atas meja. Ia menatap tepat pada kedua bola mataku sebagai isyarat agar aku mulai bicara. Terdapat ribuan emosi di dalam cah
“Bapak dan Ibu perhatikan ini, cekungan yang perlahan meluas pada setiap peta selama sepuluh tahun ke belakang, jika kita tidak memperhatikannya secara teliti mungkin tidak akan terlihat. Tapi lihat-“ potongku dengan telunjuk yang mengarah pada setiap perubahan cekungan di tiap peta. Kali ini semua orang mengikuti arah tanganku. “Fakta menunjukkan pada peta bahwa dua tahun terakhir telah terjadi pengikisan tanah yang cukup signifikan dan berdasarkan data BMKG, selama kurun waktu yang sama, curah hujan cukup tinggi. Sadarkah Bapak dan Ibu, selama periode itu pula terjadi fenomena gelombang atmosfer Rosby Ekuatorial dan gelombang Kelvin yang menyebabkan cuaca ekstrem, badai dan hujan es di sekitar kita,“ kucondongkan tubuh, kali ini kubiarkan seluruh tubuhku menghadap Neil. Lalu dengan satu tarikan napas, kulanjutkan analisisku. “Silahkan browsing di internet bahwa siklon tropis, badai El Nino dan La Nina juga mempengaruhi curah hujan yang tinggi. Hal-hal ini
Kembali aku mengambil jeda. Kubiarkan peserta rapat merenung mencerna informasi tadi. Bagaimanapun tidak semua hal kusampaikan terang-terangan. Ada detail kecil yang harus kusembunyikan. Sebab aku yakin, Benny si pengacara memiliki insting tajam yang dapat mengendusnya. Apabila tidak hati-hati, Ia akan menyadari bahwa aku seang menggiring agar kasus ini bisa berubah dari force majeure menjadi kasus kelalaian yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Jika terbukti bahwa Orin tidak mengawasi dan tidak melakukan pengecekan pada tanah dan batuan tepi sungai, terlebih tidak melakuan pengecekan pada rembesan limbah. Seperti yang dikatakan oleh Sun Tzu dalam seni berperangnya: bahwa untuk menguasai wilayah yang telah dikuasai dan di blokir oleh musuh, kita harus memaksa musuh untuk keluar dari wilayah persembunyiannya. Sebelum musuh menghancurkan kita, kita harus menyiapkan jebakan demi jebakan. Pancing dan jebak, berikan sedikit informasi untuk mendapatkan lebih ban
Ketika berpapasan dengan kursi Neil, pandangan mataku sempat terpaku kepadanya dan Neil bersikap acuh tak acuh. Ia bergeming pada kursi eksekutifnya dan mengoperasikan flash-C miliknya. Sekilas aku dapat melihat berbagai rumus dan kode algoritma sangat rumit pada layar Cyter dan A.I. Nana. Melihat pergerakan Neil, mendadak aku merasa harus mencari tahu apa yang sedang ia lakukan. Bisa saja aku mendapatkan informasi mengenai cara menerobos perlindungan program A.I. Nana jika mengamati Neil. Begitu sampai pada pintu keluar ruang meeting, Anita langsung mengapit dan bergelayut di lengan kiriku. “Gila, kau gila juga ya? Hahaha, hebat sekali kau bisa punya nyali sebesar itu untuk mengutarakan pendapat. Bukan cuma itu, kau bahkan memotong pembicaraan para pimpinan!” Kedua mata Anita tampak berbinar-binar, “Selama lima tahun aku bekerja di perusahaan ini, aku baru pertama kali lihat kejadian seperti tadi. Aku saja tidak berani melakukan itu. Kau tahu tidak
“Hei, Kau, tidak dengar? Apa yang sedang kau lakukan?” untuk kedua kalinya pemilik sepatu pantopel hitam itu berkata padaku. Aku mendongak dan nyaris terkena serangan jantung ketika melihat sosok di hadapanku. “Pak...Neil..” ucapanku tertelan, nyaris tidak dapat terdengar oleh telingaku sendiri. Apes betul aku ini, semua yang kulakukan tidak berjalan sesuai kehendak. Baru saja keluar dari pertempuran para bromocorah, sekarang harus menanggung kehancuran akibat tertangkap basah mengintip oleh orang yang kuintip. “Jawab, sedang apa, Kau?” tanyanya sekali lagi dengan alis terangkat dan mata menyipit. Apa? Aku harus menjawab apa? Tidak mungkin aku mengatakan sedang mengintipmu! Atau berusaha jujur kalau aku mau membobol Nana untuk menghilangkan foto dan identitasku! batinku terus-menerus menggema. Seakan batinku sedang berduel dengan otak dan mulai menyalahkan kelakuan si otak yang bergerak tanpa berpikir. “Mengintipmu!” Ini gawat, mulutk