Share

6. Teror

     Orang-orang berlari dengan histeris, saat menyadari diri mereka dalam bahaya.

     "Paman," bisik Aleeya sambil mendongak menatap Adrian yang sedang mendekapnya.

     Adrian memutar tubuh mereka, sehingga tubuh Aleeya berada tepat di pintu bagasi mobil yang memiliki desain cukup besar untuk berlindung. Adrian tahu, serangan itu berasal dari gedung rumah sakit yang berada tepat di belakang mereka, namun tidak tahu pasti di mana posisi penyerang itu.

     "Aleeya, apa kau takut?" tanya Adrian sambil membawa tubuh mereka untuk merunduk. 

     Dor !

     Dor !

     Adrian menggerakan tangannya pada beberapa orang yang juga berada di balik mobil, berdekatan dengan dirinya. Adrian memberi isyarat agar mereka yang terjebak di halaman parkir untuk terus menunduk dan tetap tenang.

     "Aleeya," panggil Adrian lembut saat melihat Aleeya yang jongkok dengan mata tertutup dan kedua tangan berada di telinga.

     "Kamu akan baik-baik saja," lanjut Adrian sambil mengusap bahu Aleeya.

     "Kirim bantuan sekarang!" perintah Adrian sambil menyentuh earphone yang menempel di telinga. Tatapannya yang mengarah ke atas gedung, tidak sengaja melihat seseorang di atas sana meskipun samar-samar, akibat silau matahari.

     Adrian mengamati sekitar mereka dengan awas. Beberapa menit berlalu, tidak ada lagi tembakan yang di luncurkan pelaku. Suasana terasa semakin kondusif, tetapi Adrian tidak dapat meninggalkan Aleeya untuk menindak lanjuti kejadian saat ini.

     Kurang dari sepuluh menit, beberapa mobil polisi memasuki halaman parkir. Beberapa personel keluar dari mobil dengan pakaian lengkap dan bersenjata, berpencar dan mengepung gedung. 

      "Apa dia terluka?" 

     Adrian berdiri menyambut Kenzo, setelah menenangkan Aleeya. "Tidak, tetapi dia mengalami shock," jawab Adrian.

     "Sandra, saya titip Aleeya. Tolong jaga dia dan secepatnya kabari saya jika terjadi apa-apa?" pinta Adrian pada wanita berseragam khusus seperti personel lainnya.

     "Siap! Bapak tenang saja, Aleeya akan aman sama saya," jawab Sandra dengan tegas dan ramah. Tidak lupa gerakan hormat ia tunjukan pada Adrian.

     Adrian mengangguk, ia juga merasa yakin untuk menitipkan Aleeya pada Sandra. Gadis manis yang kuat dan tangguh. Adrian sudah cukup lama mengenal Sandra, hingga tau persis seperti apa gadis itu. Adrian kembali berjongkok dan berbicara pelan dengan Aleeya, hingga gadis itu mengangguk lemah. Adrian merangkul Aleeya untuk berdiri dari posisinya. Terlihat Aleeya yang tampak murung dan sedikit pucat.

     "Aleeya, ini Sandra teman aku. Dia yang akan menjagamu di sini." Adrian mengusap bahu Aleeya.

      Aleeya mengangkat wajahnya sejenak untuk melihat gadis yang bernama Sandra. Namun, ia juga melihat kehadiran Kenzo, sehingga Aleeya memberikan sedikit senyuman.

     "Ya udah Aleeya, aku pergi dulu," ucap Adrian sambil memberi kode pada Kenzo. Adrian merasa lega meninggalkan Aleeya bersama orang yang tepat.

     "Lebih baik kita pergi dari sini," ajak Sandra. Ia ingin membawa Aleeya ketempat yang lebih aman, tetapi masih berada dalam lingkungan yang sama.

**

     "Apa kau mendapati sesuatu yang mencurigakan?" tanya Kenzo saat mengitari gedung yang tampak sepi.

  Sejak petugas datang, orang-orang yang tidak berkepentingan di arahkan untuk pulang, setelah dinyatakan lolos dari pemeriksaan. Sedangkan pasien bersama keluarga yang mendampingi diminta untuk tetap berada di dalam kamar dan mengunci pintu dari dalam, setelah kamar mereka dinyatakan aman.

     "Tidak ada yang mencurigakan," jawab Adrian dengan mata yang awas.

     "Apa kau merasa ini aneh? Karena tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Apalagi pelaku hanya menggunakan peluru karet dan menembakkannya sebanyak lima belas kali," ujar Kenzo panjang lebar sesuai laporan yang mereka dapat.

     Adrian menghentikan langkahnya, bahkan ia tidak memiliki pemikiran seperti Kenzo. Dari kebanyakan kasus yang ia tangani, selalu ada korban jiwa berjatuhan dalam hal seperti ini.

     "Apa ini hanya ulah orang iseng?" tanya Adrian sambil menyipitkan sebelah mata.

      Kenzo menggeleng sambil mengangkat bahu. "Maybe, ini teror," jawab Kenzo dengan serius.

      Adrian semakin mengerutkan kening, tatapannya lekat pada Kenzo. Teror, apa benar begitu? Jika benar, siapa yang melakukan dan apa tujuannya?

      "Gue gak serius," sahut Kenzo sambil memukul keras lengan Adrian, hingga pria itu meringis.

      Adrian mengayunkan kaki ke depan dengan sasaran kaki Kenzo, tetapi dengan cepat Kenzo dapat menghindari. Adrian yang merasa terkalahkan kembali oleh Kenzo, hanya bersungut dan menatap kesal pria itu.

     "Akui saja lo bukan tandingan gue," ucap Kenzo bangga. Memang, sejak dulu Kenzo lebih unggul dari Adrian.

      Adrian berdecak dan menatap rendah Kenzo. Ia memilih pergi dan melanjutkan misinya. Ketika sampai di tangga darurat, Adrian mengingat seseorang yang ia lihat di atas gedung. Bergegas Adrian menaiki tangga untuk memastikan dan mencari sesuatu yang bisa ia dapatkan.

**

     "Aleeya, kamu mau minum?" tanya Sandra sambil menyodorkan sebotol air mineral.

     Aleeya melirik sekilas, lalu menerima botol dari Sandra. "Thank's," lirih Aleeya yang sedang beristirahat di mobil polisi. 

     Sandra memperhatikan Aleeya dengan detail. Namun, ia tidak ingin banyak bertanya kepada gadis itu, karena takut mengusik Aleeya. Lebih baik ia diam dan menjalani amanah dari Adrian.

     "Sudah berapa lama kamu bekerja?"

     Sandra tersentak dari lamunan. Ia tidak menyangka Aleeya lebih dulu bertanya mengenai dirinya. Padahal, Adrian pernah mengatakan jika Aleeya, gadis yang cuek, judes, angkuh, dan tidak suka basa-basi.

     "Eh, emm ... tiga tahunan," jawab Sandra gelagapan.

     "Apa kamu sering menjalankan misi seperti paman?" tanya Aleeya dengan santai. 

  Menurut pengelihatan Aleeya, Sandra gadis yang manis dan imut. Bahkan dari penampilan Sandra bisa di lihat ia seperti gadis manja dan tidak seharusnya berada dalam kekerasan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status