Share

5. Kemarahan Adrian

     Aleeya mendorong tubuh Dave. Kali ini Dave menuruti Aleeya, ia tidak lagi menahan Aleeya berada dalam dekapan.

     "Paman …." Aleeya memutar tubuh yang masih terkejut. "Pulang!" tegas Adrian.

      Adrian menjadi saksi perseteruan antara Aleeya dan Dave. Susah payah ia menahan emosi untuk tidak menghajar Dave saat ini juga. Padahal ia bisa saja melakukan tindakan di luar batas pada Dave, jika saja tidak ada Aleeya. Tidak sia-sia ia mencari keberadaan Aleeya untuk mengantarkan barang milik Aleeya yang tertinggal.

     "Kemari!" pinta Adrian yang masih berdiri tegap di ambang pintu dengan kedua tangan ia masukan dalam saku celana.

     Aleeya menunduk, perlahan ia berjalan menuju Adrian. Sadar tidak memiliki alasan untuk tetap berada di sini dan Adrian satu-satunya tempat ia kembali untuk melanjutkan hidup.

     "Aleeya …," lirih Dave. Panggilan itu menghentikan langkah berat Aleeya.  "Kau harus tau Aleeya, perasaanku tidak termasuk dalam rencana," gumam Dave.

"Ayo cepat, Aleeya!" desak Adrian yang merasa semakin gerah. Berlama-lama malah membuat Adrian ingin segera mengeksekusi bajingan Dave. Agar tidak ada lagi korban seperti Aleeya.

     Dave dengan cepat memeluk tubuh Aleeya dari belakang. Dave juga meletakan kepalanya dalam ceruk leher Aleeya, hingga tubuh Dave membungkuk. Air mata Dave yang menyentuh kulit Aleeya membuat gadis itu luluh. Dave merupakan cinta pertama Aleeya, yang selalu memperlakukan Aleeya dengan istimewa. Namun, semua terasa seperti mimpi buruk ketika kebohongan Dave tanpa sengaja terbongkar. Hubungan mereka hanyalah sebuah rencana Dave dan Bagas untuk kepuasan sepihak.

     Bugh! Gerakan Adrian yang begitu cepat berhasil membuat tubuh Dave tersungkur ke lantai. Bugh! Bugh! Adrian secara brutal terus memukul Dave tanpa jeda. Namun, Dave sama sekali tidak melakukan perlawanan melainkan fokus pada Aleeya yang terlihat syok dan histeris.

     "Paman stop!" pekik Aleeya, "Cukup Paman!" Aleeya berteriak sekuat tenaga. Ingin ia melerai, tetapi tubuh Aleeya terlalu mungil untuk memisahkan dua pria bertubuh proporsional.

      "Gue peringatin elo, jangan pernah ganggu Aleeya lagi atau lo berhadapan dengan gue!!" ancam Adrian.

     Brak! Tubuh Adrian terlempar membentur meja akibat tendangan dari Dave. Melihat Aleeya ketakutan dan Adrian sama sekali tidak memperdulikan hal itu, membuat Dave tersulut emosi. Dave yang berdiri sempoyongan dengan wajah babak belur berusaha untuk kuat. Dave juga melakukan ancang-ancang jika nanti Adrian menyerang balik.

     "Gue enggak pernah takut dengan ancaman elo!!" sanggah Dave.

     Nasib meja yang menjadi pendaratan empuk Adrian berakhir mengenaskan. Namun, tidak pada Adrian yang sudah berdiri tegap tanpa terlihat adanya cedera. Adrian melakukan gerakan yang membuat tulang pada tangan dan lehernya berbunyi. Sorot mata Adrian yang tajam mengarah pada Dave seolah-olah pria itu sebuah mangsa.

     "Kebetulan, sudah cukup lama gue belum ngehajar orang." Adrian berjalan angkuh mendekati Dave yang hanya berjarak beberapa meter.

     "Tolong hentikan, Paman!" pinta Aleeya, "Aleeya takut! Hiks … hiks …." Secara tiba-tiba Aleeya memeluk tubuh Adrian dari depan. Pelukan Aleeya sangat erat. Melihat kemarahan Adrian membuat Aleeya sangat ketakutan.

     Adrian tersentak, ia sudah melupakan kehadiran Aleeya di sekitar mereka. Adrian dapat merasakan tubuh Aleeya yang bergetar dan mengeluarkan keringat dingin.

     "Maaf Aleeya …," lirih Adrian sembari memeluk Aleeya dan mengusap punggung gadis itu. Adrian memiliki alasan untuk emosinya yang tidak dapat di kontrol.

     Sayup-sayup terdengar bisikan orang-orang yang sudah mulai ramai di luar ruangan. Adrian menarik napas dalam sambil memejamkan mata lalu mendorong tubuh Aleeya. Ia memegang kuat bahu Aleeya sambil menatap tajam ke manik Aleeya. "Jangan berhubungan lagi dengannya!! Kamu istri saya Aleeya, sudah seharusnya kamu menghormati saya!!" bentak Adrian tepat di depan wajah Aleeya, "Mengerti!?" Adrian mengguncang tubuh Aleeya.

     Aleeya hanya mengangguk. Ia tidak mampu untuk mengeluarkan suara apalagi membantah Adrian. Apa yang di katakan Adrian benar. Perbuatan Aleeya sangat tidak layak jika ia masih berhubungan dengan pria lain apalagi yang sudah memiliki istri. Tidak peduli seberapa besar cinta mereka. Aleeya melihat sekilas Dave dengan penampilan sangat berantakan. Pria itu menatap Aleeya penuh harap.

     "Pulang sekarang dan jangan pernah kembali lagi!" Adrian menarik tangan Aleeya keluar ruangan sambil menerobos kerumunan.

**

     Di dalam lift menuju lobi, hanya ada Adrian dan Aleeya berdiri berdampingan. Tatapan Adrian lurus ke depan sambil bersedekap, sedangkan Aleeya masih menunduk dengan air mata yang enggan berhenti.

     Adrian berdecak lalu menyunggingkan senyum. "Masih saja menangisi pria itu," sindir Adrian sambil melirik Aleeya.

     "Ti-dak," balas Aleeya gugup.

     Mendengar jawaban Aleeya membuat Adrian tersenyum sinis. "Apa kamu sangat mencintai pria beristri itu?" tanya Adrian.

     Aleeya tidak ingin menjawab pertanyaan yang Adrian sendiri tahu jawabannya. Mengingat kembali status Dave, membuat Aleeya meremas sisi rok yang ia gunakan. Ia juga menggigit bibir bagian bawah untuk menahan isak.

     Ting! Pintu lift terbuka tepat di depan lobi. Aleeya menengadah melihat Adrian, tangan pria itu menggenggam tangan Aleeya dengan lembut. Seperti keajaiban, perasaan Aleeya yang kacau seketika terasa tenteram. 'Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Mengapa aku merasakan nyaman secepat ini?' tanya Aleeya dalam hati. Selama perjalanan menelusuri lobi, Adrian yang merasa di perhatikan membalas menatap Aleeya.

     "Belum puas memandangiku?" tanya Adrian dengan senyum simpul, membuat Aleeya tersadar hingga mengalihkan pandangan.

     Wajah Aleeya terasa memanas. Dalam hati Aleeya terus meracau akibat tingkah bodoh yang ia lakukan. Jika saja Adrian tidak menggandeng tangan Aleeya, sudah pasti ia lari duluan. Aleeya kembali menundukan kepala ketika berpas-pasan dengan beberapa perawat yang saling berbisik sambil memperhatikan mereka.

     "Jangan menghiraukan mereka," ucap Adrian yang sudah beralih melingkarkan tangan di pinggang Aleeya dan membawa Aleeya terus berjalan.

     Aleeya yang sempat terkejut dengan tindakan Adrian tidak ingin protes. Aleeya terus memikirkan pendapat orang-orang tentang dirinya. Aleeya yakin ia akan dianggap sebagai orang ketiga dalam rumah tangga Dave dan seorang wanita murahan. Ia tidak hanya membuat harga dirinya jatuh, tetapi juga ada mendiang ayah dan Adrian sang suami.

  Setibadi parkiran Aleeya berhenti, spontan Adrian ikut berhenti.

     "Ada apa Aleeya?" tanya Adrian dengan kening berkerut.

     "Maafkan aku," jawab Aleeya dengan mata berkaca-kaca menatap Adrian, "Maaf sudah membuat Paman kecewa. Secara tidak langsung mereka juga akan merendahkan Paman. Maafkan Aleeya untuk semua yang sudah Aleeya perbuat hingga menyakiti Paman. Hiks … hiks," ujar Aleeya sambil terisak.

     "Tidak apa-apa Aleeya. Tidak ada yang perlu di maafkan. Kita sama-sama tahu hubungan kita yang terikat secara mendadak tidak mudah untuk diterima. Persoalan dengan pria itu, saya tidak ingin membahasnya dan saya harap kamu juga bisa melupakan yang sudah terjadi. Saya percaya kamu tidak salah," balas Adrian sambil mengusap bahu Aleeya.

     Untuk kedua kalinya Aleeya memeluk Adrian dalam. situasi dan perasaan yang berbeda. "Terima kasih Paman." Kehadiran Adrian membuat Aleeya teringat dengan ayahnya. Aleeya merasa Adrian memiliki kemiripan dengan sang Ayah.

     Dor!!

     Dor!!

     "Aaakkhh … !!" teriakan orang-orang sekitar yang terkejut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status