Share

Bab 8 - Nice To See You Again

Siang itu, Cherie berada di kantin kampus bersama Maya, teman satu kampusnya, yang juga merupakan barista di Sapphire Bliss, kafe tempatnya bekerja. Setelah selesai kelas, mereka bertemu untuk makan siang sebelum berangkat ke kafe bersama.

Cherie sedang menertawakan guyonan Maya tentang manajer mereka saat seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya, “Permisi, kak,”

Cherie langsung menoleh pada sumber suara. Dibelakangnya, seorang laki-laki berparas tampan, yang Cherie kenal sebagai cowok paling populer di kampusnya itu sedang menatapnya. “Ya?” Tanya Cherie bingung.

“Hmm.. Boleh kenalan?” Tanya anak laki-laki itu. Sementara Maya, yang sedang menyedot es tehnya, langsung nyembur. Cherie dengan wajah bingung sekaligus terkesima pada sosok cowok di hadapannya itu langsung menyodorkan tangan. “Cherie,”

Cowok itu tersenyum manis lalu menjabat tangannya. “Aiden.” Tentu saja, Cherie sudah tahu namanya. Adik kelasnya itu bahkan masih jadi trending topic di kalangan cewek-cewek seangkatannya. Bahkan, gadis di sebelahnya, Maya, adalah salah satu fans garis kerasnya.

Cowok yang bernama Aiden itu pun menoleh ke belakang, pada meja dimana kumpulan cowok-cowok sedang menontoni aksinya sambil tertawa. Beberapa bahkan ada yang tengah merekam interaksi mereka. “Boleh minta nomor wasapp?” Tanya lelaki itu lagi.

Cherie ikut menoleh pada arah yang sama, lalu menatap cowok itu sangsi. “Kamu lagi taruhan, ya?”

Aiden, cowok yang bertampang super manis itu menggaruk kepalanya sambil meringis, “Hmm, begitulah.. Jadi, boleh minta wassapp? Please?”

Cherie automatis merasa keki. Menyebalkan sekali. Baru saja dia mau ke GR-an karena diajak kenalan sama dedek brondong yang super tampan. Alih-alih tulus mengajaknya berkenalan, ternyata dia cuma jadi objek kalah taruhan.

Cherie langsung balik badan saat itu juga, “Nggak,”

“Tapi, kak-”

“Nggak! Hus, sana pergi!” Usir Cherie layaknya mengusir anakan kucing.

**

Sore itu, Cherie dan Maya langsung disambut oleh pemandangan Sapphire Bliss yang super padat. Tampaknya hari ini, private room — ruangan yang biasa disewa untuk mengadakan event — terisi penuh. Cherie dan Maya pun langsung bersiap-siap di staff room.

Setelah siap dengan apron dan seragam, Cherie langsung berkutat dengan segala menu pesanan yang terpampang di hadapan. Sementara, Maya langsung menggantikan shift di bagian kasir.

Cherie baru selesai membuat 5 Macchiato Latte saat Maya berteriak, “Cher, tolong antarkan pesanan ini ke room 3!”

Cherie pun langsung bergerak mengambil pesanan, lalu menuju ke ruangan tiga, yang hari ini di pesan untuk mengadakan rapat.

Namun, alangkah terkejutnya dia saat pintu ruangan dibuka. Hal pertama yang dilihatnya adalah seorang pria dengan punggung tegak, yang menatapnya balik dengan tatapan tajam.

Dia.. Mr. X??!

Yup. Cherie tidak mungkin salah lihat. Benar, itu Ax. Cowok yang telah dimasukkannya ke dalam daftar hitam dengan kategori bajingan.

“Fuck!” Umpat Cherie dengan jantung yang berdebar. Seketika itu juga, Cherie langsung bergidik saat ingatan membawanya pada saat pria itu berada diatas tubuhnya dengan wajah yang begitu dekat.

Dengan cepat, Cherie berusaha mengendalikan diri. Dia tersenyum sopan, “Permisi, kopi pesanannya,” dia pun mengitar mengelilingi meja untuk memberikan pesanan.

Namun, suasana menjadi semakin canggung saat Cherie akhirnya berdiri di depan Ax. "Silahkan, kopinya,” Yang sebenarnya Cherie ingin lakukan adalah mengguyur pria itu dengan latte panas.

Ax menoleh ke arahnya, matanya menyelidiki Cherie dengan seksama sebelum senyum penuh arti tercetak di bibirnya. "terima kasih," suaranya terdengar tenang. Sementara, Cherie membalas senyuman itu dengan senyum canggung sebelum meninggalkan ruangan.

Sesampainya di konter, Cherie mencoba mengatur napas dan menenangkan diri. Bertemu dengan cowok itu lagi adalah hal terakhir yang dia inginkan. Dari luasnya Ibukota, bagaimana bisa mereka bertemu lagi? Terlebih Sapphire Bliss, tempatnya bekerja sehari-hari.

“Cher, aku mau ke toilet. Bisa tolong ambil alih sebentar?” Tanya Maya sambil menunjuk meja kasirnya. Cherie mengangguk dan segera menggantikan Maya. Dia pun melayani pelanggan sambil mencoba mengalihkan perasaan tegang yang sejak tadi tidak kunjung reda.

Satu pelanggan, dua pelanggan, tiga pelanggan, lalu tiba-tiba,

“Selamat siang,” suara rendah yang terdengar familiar itu menyapanya.

“Selamat si..” SIAL! Lagi-lagi dia! Jantung Cherie seakan berhenti berdetak saat berhadapan dengan Ax. Yang lebih parahnya lagi, Ax sendirian. Tidak ada antrian lain dibelakangnya.

Matanya bertemu dengan sorot mata cokelat Ax yang menatapnya tajam. Meskipun terkejut, Cherie mencoba menyembunyikan ketegangannya di balik senyum profesional. “Selamat siang. Mau pesan apa?”

Ax menatapnya, lalu senyum miringnya terukir di bibir. "Jadi, namamu Cherie," ujarnya sambil melirik name tag yang terpasang di dada Cherie.

Perempuan itu menghela napas. Seketika ia menyesal memakai name tag. "Ya, nama saya Cherie,"

"Terdengar lebih masuk akal daripada Angelina, Cynthia atau Jasmine," kata Ax sambil menatap Cherie dengan nada mengejek.

Ah, cowok ini masih ingat dengan guyonannya ternyata! Namun, tetap saja Cherie merasa kesal. Cowok ini sebenarnya mau apa?!

"Apakah ada yang bisa saya bantu, tuan?" Tanyanya dengan penekanan pada kata “tuan”, mengingat saat pertama bertemu, Ax tidak suka dipanggil dengan sebutan itu.

"Apakah honormu sebagai sugarbaby itu kurang, sampai harus bekerja di tempat seperti ini?" Ah, lagi-lagi Ax memperlakukannya seperti tidak punya harga diri!

Cherie menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk tetap tenang meskipun ingin MURKA. Apapun yang terjadi, dia harus tetap profesional. Selama masih di lingkungan kerja, pembeli adalah raja, kan?

“Favorit disini ada hazelnut latte. Dan untuk non coffee ada red velvet dan chocolate blend,” jelas Cherie berusaha tetap tenang, meskipun dalam hati dia ingin menambahkan, "atau mungkin anda mau saya buatkan kopi sianida?!”

“Mana dari menu ini yang kau paling suka, Cherie?” Tanyanya sambil menyorot kata “Cherie” dengan nada penekanan yang mengejek.

“Hazelnut latte,” Jawab Cherie cepat, tanpa berpikir.

“Okay. Saya pesan satu untuk di take away.”

Cherie mencatat pesanan dengan cepat, mencoba mengesampingkan perasaan kesalnya kala Ax masih curi-curi pandang dengan apapun yang dia lakukan.

Setelah beberapa saat, kopi hazelnut latte pesanan Ax pun sudah siap. Cherie menyerahkan gelas kopi tersebut kepada Ax dengan senyum tipis yang dipaksakan.

“Terima kasih, Cherie,” ucap cowok itu dengan sumringah. Sementara Cherie semakin jengkel kala Ax terus-terusan menyebut namanya. NORAK! MENYEBALKAN!

“Anyway, it’s nice to see you again, Cherie,” Ucap cowok itu sebelum berlalu.

Setelah cowok itu menghilang dari pandangan, Cherie mengetuk-ngetukkan buku jarinya ke atas meja. “Amit-amit,” Semoga ini menjadi pertemuan terakhirnya dengan cowok psikopat itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status