Share

Bab 17 : Perspektif

Beberapa pakaian yang ku masukkan seolah masih terasa kosong dalam ransel. Sedari tadi pikiran ku masih hampa tanpa ada isi. Fahri baru saja siuman setelah pingsan selama kurang lebih satu jam lebih. Jika saja Fahri tidak bisa kuat apakah mungkin ku tinggalkan Andini?

Anisa juga tidak bisa menahan tangisnya di depan Andini. Apa yang harus ku pilih saat ini? Baru kali ini kepergian ku terasa berat. Kejadian diluar dugaan cukup mengguncang rumah ini. Kedamaian di dalam rumah sangat sulit ditemukan.

"Kak, makan lah. Setelah itu kakak bisa tidur,"ucap Andini membawakan sepiring nasi dengan kursi rodanya.

"Hah, aku akan memakan nanti,"ucapku menatapnya.

"Sudahi kebohonganmu itu, Kak. Apa Kakak juga berniat meninggalkan ku juga saat ini? Semalaman tidak berhenti wira-wiri mengurus semua hal tentang ku. Tanpa peduli diri sendiri. Makan dan istirahat lah. Kakak harus berangkat ke Surabaya,"ucap Andini membuatku menghela nafas panjang.

"Tapi ini cerita lain, Andini,"ucapku.

"Semua cerita kehi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status