Share

Bab 3

Penulis: Aurora
Kayden semalam tidak pulang. Pagi-pagi sekali, Pearly sudah melihat unggahan terbaru di akun Lilly.

[Di saat terpuruk, aku masih beruntung, ada seseorang yang tanpa pikir panjang mau menemaniku mendaki Gunung Yumei di malam hari.]

Meskipun foto itu berupa swafoto, Pearly langsung mengenali sosok pria tinggi di belakangnya, itu adalah Kayden.

Kolom komentar pun ramai oleh warganet yang bergosip.

[Gadis yang mencintai kebebasan memang memikat, para pengagum Kak Lilly mungkin sudah antre sampai ke Frasses...]

[Sudah kuduga Kak Lilly nggak akan terpuruk setelah dikhianati pria brengsek dan bercerai. Dia panutan kita semua!]

[Dari belakang saja sudah tampak tinggi sekali. Kapan nih kasih lihat wajahnya ke para penggemar?]

...

Pearly tersenyum miris. Jika para penggemar itu tahu bahwa pria yang dimaksud sebenarnya sudah menikah, entah bagaimana reaksi mereka.

Lilly bahkan ikut menulis komentar. [Para penggemarku tersayang, ada yang tahu legenda tentang Gunung Yumei?]

Konon, sepasang kekasih yang mendaki hingga puncak Gunung Yumei akan selalu terikat selamanya.

Tahun lalu, saat Gunung Yumei sempat viral di internet, Pearly ingin sekali Kayden menemaninya mendaki.

Pearly sudah membujuknya berkali-kali, tapi Kayden hanya menanggapi dengan wajah dingin. "Pearly, aku kira kamu bukan tipe orang yang suka ikut-ikutan tren murahan."

Saat itu, Pearly hanya terdiam dan tidak bisa membantah.

Hal yang sama, jika dirinya yang melakukannya akan dianggap tidak punya pendirian, tetapi kalau Lilly yang melakukannya, justru dinilai bebas dan penuh semangat.

Itulah perbedaan antara mencintai dan tidak mencintai.

Hanya saja, Pearly benar-benar tidak mengerti lelaki. Meskipun tidak mencintai, nafsunya tetap bisa bangkit. Untuk menghindari kejadian memuakkan semalam terulang, dia memutuskan membereskan barang-barangnya dan pergi. Hingga akta cerai selesai, Pearly tidak akan kembali lagi ke sini.

Sebenarnya, Pearly lebih sering tinggal di asrama, jadi barang-barangnya di sini tidak banyak. Pakaiannya cukup dimasukkan ke dalam satu koper.

Terakhir, dia membuka laci di samping tempat tidur dan mengeluarkan sebuah album tebal berisi foto-foto polaroid. Isinya semua adalah foto Kayden yang dia ambil diam-diam.

Setiap foto hanya menampilkan wajah Kayden dari samping, sebab dia tidak pernah mau berpose apalagi bekerja sama.

Berbeda dengan foto unggahan Lilly, meskipun hanya memperlihatkan punggung, jelas terlihat bahwa itu diambil dengan sudut yang sengaja diatur.

Saat pergi, Pearly membawa album itu turun, lalu melemparkannya ke dalam tempat sampah.

Cinta yang tidak dihargai, bahkan pemulung enggan memungutnya karena dianggap membawa sial.

Menjelang kelulusan, Pearly sibuk luar biasa, dua minggu penuh dia hampir tidak teringat lagi pada Kayden.

Usai rapat kelompok pada hari Jumat, Pearly melihat beberapa panggilan tidak terjawab dari Kayden di ponselnya, itu membuatnya sedikit tertegun.

Selama empat tahun, apa pun urusannya, selalu Pearly yang lebih dulu menghubungi Kayden, bahkan terkadang harus melalui janji dengan sekretarisnya.

"Telepon adalah cara komunikasi paling nggak efisien, hanya buang-buang waktu."

Mengingat ucapan Kayden dulu, dia pun menghapus notifikasi dan berniat mengabaikannya.

Tidak disangka, Kayden kembali menelpon berkali-kali, lalu mengirim pesan lewat Whatsapp.

[Ayah ingin kita bersama-sama menjenguknya.]

Sejak istri Profesor Jimmy meninggal dua tahun lalu, Profesor Jimmy seolah terpukul hebat, kesehatannya menurun drastis hanya dalam semalam. Dia melepaskan semua jabatannya dan tinggal di sanatorium dengan sukarela.

Dulu, setiap sepuluh hari sekali Pearly pasti mengajak Kayden untuk menjenguknya. Namun, sejak peristiwa bulan lalu, Pearly memang sudah lama tidak datang.

Seketika Pearly merasa sedikit bersalah.

Meskipun dia dan Kayden tidak bisa menjadi suami istri, Profesor Jimmy dan mendiang istrinya memang benar-benar menyayangi Pearly dengan tulus.

Selagi dia masih berada di Kota Bliyle, sudah sepantasnya Pearly menjenguk Profesor Jimmy lebih sering.

Kayden menjemputnya dengan mobil. Begitu bertemu, dia langsung bertanya, "Belakangan ini kenapa nggak pulang?"

"Kuliah sedang sibuk."

"Kalau begitu baguslah. Lilly sampai mengira kamu marah karena dia terlalu dekat denganku."

Tangan Kayden yang memegang setir mengetuk perlahan. "Aku sudah bilang padanya, kamu nggak segampang itu marah. Tapi dia nggak percaya, katanya demi menghindari salah paham dia akan pindah bulan depan."

"Katakan padanya nggak perlu. Aku nggak mempermasalahkannya."

Suara Pearly terdengar lesu, mirip saat dia bertugas menanyakan kondisi pasien.

Kayden mengernyit tipis. Jawaban itu sebenarnya sesuai dengan yang dia harapkan, tetapi entah kenapa, ketika mendengar Pearly mengatakannya dengan begitu santai, dirinya justru merasa ada yang janggal.

Saat menunggu lampu merah, Kayden berniat menoleh untuk melihat lebih jelas ekspresi Pearly. Namun, dia sudah tertidur di kursi penumpang.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 25

    Tiga tahun kemudian...Kayden kembali menjejakkan kaki di Benua Arreca.Kali ini, dia datang sebagai tamu undangan untuk menghadiri peresmian posko baru tim medis yang bertugas memberikan bantuan di Arreca.Selama tiga tahun terakhir, dia selalu rutin menyumbang atas nama perusahaannya. Saat ketua tim senior menjemputnya di bandara, dia berkata, "Pak Kayden, berkat bantuan Anda, kondisi tim medis kami tiga tahun belakangan ini sangat membaik. Kami juga bisa memberi kontribusi besar pada perkembangan dunia medis di sini. Semua ini berkat Anda.""Ah, nggak juga. Dedikasi para dokterlah yang paling penting. Saya hanya melakukan sedikit upaya."Setibanya di posko, dari kejauhan Kayden langsung melihat sosok anggun berdiri tegak di depan pintu.Setelah tiga tahun tidak bertemu, Pearly memanjangkan rambutnya. Helaian rambutnya berkibar tertiup angin, seperti sebuah lukisan.Kayden tidak sadar terhanyut dalam pandangan itu...Namun tiba-tiba, bayangan seorang pria yang menggendong anak kecil

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 24

    Pearly hanya meminta cuti satu minggu dari timnya. Begitu kembali ke hotel setelah menghadiri pemakaman Profesor Jimmy, dia segera menyalakan laptop dan mulai menyusun artikel pembelaan diri.Akta nikah dan surat cerainya dengan Kayden, garis waktu kepulangan Lilly ke dalam negeri, hasil pemeriksaan kehamilan, serta seluruh catatan percakapan dengan Profesor Jimmy dan istrinya selama beberapa tahun terakhir.Satu per satu, semua hal ditulis oleh Pearly dengan cermat.Tentu saja, ditambah bukti penting yang diperoleh dengan bantuan Drake.Kali ini, karena khawatir terjadi sesuatu pada Pearly di perjalanan, Drake juga mengambil cuti untuk ikut kembali ke negara ini. Pearly tidak menyangka Drake juga menguasai beberapa teknik peretasan.Begitu kembali ke negara ini, dia langsung membantu Pearly melacak orang pertama yang menyebarkan foto-foto itu, yaitu Lilly.Kemampuan menulis Pearly memang luar biasa. Dia menggabungkan semua bukti tersebut menjadi artikel panjang dan pagi-pagi sekali me

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 23

    "Gelang itu adalah peninggalan ibu. Sekarang, Pearly sudah pergi dariku, aku akan mengambil kembali gelang itu dan menguburnya bersama ayah..."Penyesalan Kayden seperti gunung besar yang menekan dadanya hingga sulit bernafas.Hatinya kacau balau. Saat hendak meminta gelang itu dari Lilly, dia malah diberi tahu bahwa Lilly jatuh dari gedung dan kini terbaring di ICU dalam kondisi kritis.Serangkaian kejadian tidak terduga membuat Kayden kehilangan semua tenaganya. Dengan perasaan kalut, dia mempersiapkan pemakaman untuk ayahnya.Asisten menyerahkan potongan-potongan gelang itu tiga hari kemudian.Pada hari pemakaman, Kayden mengantar pergi tamu satu per satu dengan perasaan hampa.Semua orang mengingatkannya bahwa masa lalu tidak bisa diubah dan Kayden harus terus menatap ke depan.Namun, Kayden tidak mampu...Setelah semua tamu pergi, dia bersandar pada foto ayahnya, lalu merosot duduk ke lantai seakan kehilangan seluruh tenaga.Tangannya membelai potongan gelang giok itu. Setiap bagi

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 22

    Lilly tidak percaya Kayden akan mengabaikan nyawanya, tetapi Kayden sama sekali tidak menoleh.Dia hanya berkata dingin, "Sudah kukatakan, urusanmu kelak nggak ada hubungannya denganku.""Kayden!"Lilly seketika panik. Dia berusaha mengejar Kayden yang hendak pergi, tetapi pagar besi tua di bawah kakinya tiba-tiba tidak sanggup menahan berat tubuhnya dan patah."Ah!"Lilly menjerit dan jatuh dari gedung.Awalnya, dia hanya ingin menakuti Kayden, bukan benar-benar melompat. Namun, di detik Lilly jatuh, Kayden menumpahkan air mata penyesalan.Orang yang tengah memasuki lorong gedung itu mendengar teriakan Lilly dan ingin menoleh, tetapi sebuah panggilan dari sanatorium membuatnya tidak sempat memperhatikan Lilly lagi.Ayah sudah tiada!Kayden tidak berdaya saat tiba di sanatorium. Para staf telah memanggil petugas pengurus jenazah untuk merias penampilan terakhir ayahnya."Bagaimana bisa jadi seperti ini?"Kayden terus memeriksa nadi Profesor Jimmy yang sudah berhenti. Meskipun kondisi a

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 21

    Di Kota Bliyle, saat ini Kayden sedang memarahi sekretarisnya dengan penuh amarah."Aku sudah memintamu menghubungi divisi humas untuk menghapus komentar, kenapa pembahasan buruk tentang Pearly masih begitu banyak?"Sekretaris menjawab dengan hati-hati."Tuan Kayden, makin banyak yang kita hapus, emosi warganet justru makin memanas. Mereka mengatakan Nona Pearly nggak berani bertanggung jawab, dan malah diam-diam mengendalikan opini publik di belakang."Kayden menahan amarahnya dan berkata, "Kalau begitu aku sendiri yang akan meluruskan rumor itu! Aku dan Pearly adalah pasangan yang sudah menikah secara resmi!""Tuan Kayden, kalau begitu citra Anda dan Nona Lilly mungkin akan tercoreng.""Kalau memang begitu, biarlah..."Kayden menekan pelipisnya, dia tidak berani membayangkan betapa hancurnya hati Pearly saat melihat gosip di internet itu terus berkembang.Dia memberi perintah kepada sekretaris. "Bantu aku atur perjalanan ke Ginea, Benua Arreca. Harus secepatnya!" Dalam situasi sepert

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 20

    Setelah siaran berakhir, butuh waktu cukup lama bagi Pearly untuk akhirnya mengerti duduk perkara sebenarnya.Ternyata, ada seseorang yang menyebarkan foto Kayden berhenti di depan gerbang kampus untuk menjemputnya, juga rekaman kamera pengawas saat dia kembali ke rumah Kayden.Sebelumnya, pemberitaan di internet tentang Pearly selalu menyebutkan bahwa dia adalah yatim piatu miskin dari desa.Seorang mahasiswa miskin bisa berhubungan dengan CEO perusahaan game, bahkan keluar masuk kompleks perumahan mewah. Tentu saja, hal ini langsung membuat banyak orang berspekulasi.Ditambah lagi, seorang penggemar yang jeli langsung menemukan bahwa Kayden adalah pria yang dulu pernah Lilly pamerkan diam-diam.Dalam sekejap, Pearly pun dilabeli warganet sebagai pelakor yang ingin naik derajatnya.[Aku bekerja di rumah sakit, aku bisa membuktikan bahwa beberapa waktu lalu ketika Nona Lilly dirawat inap, Tuan Kayden yang menemaninya dan merawatnya sendiri!][Pantas saja waktu itu Lilly ingin melakukan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status