Share

Bab 2

Author: Aurora
Lilly menyewa sebuah apartemen di lantai atas tempat mereka tinggal.

Hampir setiap hari dia turun untuk berkunjung.

Kayden yang dulu sering lembur hingga larut malam dan jarang pulang, tiba-tiba terlihat begitu senggang, seolah-olah setiap hari sengaja menunggu di rumah.

Seusai makan malam, mereka duduk di ruang tamu menonton televisi. Lilly bahkan mengajak Pearly untuk bergabung.

"Aku masih harus menyelesaikan tesisku, kalian saja yang menonton," kata Pearly, lalu kembali ke kamar tidur.

Dari luar, terdengar tawa lepas Lilly. "Pearly memang mahasiswa teladan. Nggak seperti aku dulu yang selalu merepotkan Kayden untuk mengerjakan tugas..."

Pearly yang sibuk dengan laptop hingga pukul sebelas malam, tidak menyadari Kayden sudah masuk sambil menyeret sandalnya.

Kayden mengulurkan tangan hendak mengambil amplop di meja. Hati Pearly berdegup kencang, dia ingin menghentikannya, tetapi sudah terlambat. Di dalamnya tersimpan perjanjian perceraian yang sudah Kayden tandatangani.

"Apa ini?"

Kayden mengernyit, dia menarik selembar kertas dari amplop dan melemparkannya ke meja. "Kamu mau ikut program bantuan ke Arreca?"

Pearly memperhatikan dengan seksama, ternyata yang dia letakkan paling atas adalah formulir pendaftaran program bantuan ke Arreca.

"Itu bukan punyaku, aku hanya membantu teman sekamar mencetaknya. Di asrama nggak ada printer."

Wajah Pearly tetap tenang. Kayden pun percaya begitu saja, dia tidak lagi tertarik pada isi amplop tersebut.

Pearly mengembuskan napas lega. Dia belum ingin Kayden tahu soal perceraian. Pernikahan ini sejak awal hanyalah kisah cinta sepihaknya. Saat pergi nanti, dia ingin melangkah dengan tenang dan bermartabat.

"Kudengar program bantuan ke Arreca harus tinggal di daerah termiskin di sana selama tiga tahun. Cukup berat, ya."

Jari panjang Kayden mengetuk meja perlahan, suaranya terdengar datar. "Kamu nggak perlu ikut-ikutan. Relasi ayah dulu sudah cukup untuk membuatmu mendapatkan pekerjaan bagus di rumah sakit Kota Bliyle."

Kalau didengar sekilas, ucapannya seakan penuh perhatian. Namun, Pearly hanya bisa tersenyum pahit.

Setiap tahun Pearly selalu meraih IPK tertinggi, bahkan selama kuliah pascasarjana dia sudah menerbitkan belasan tesis. Dengan kemampuannya sendiri, bertahan di Kota Bliyle pun bukan masalah, dirinya bahkan tidak perlu koneksi.

Kayden bahkan tidak tahu hal-hal itu. Empat tahun ini, dia tidak pernah benar-benar berusaha memahami Pearly.

Sebaliknya, Pearly tahu persis suhu AC yang paling nyaman untuk Kayden. Setiap mau tidur, Pearly sengaja menurunkan suhu AC, meskipun akhirnya dia sendiri kedinginan dan bersin-bersin.

Malam ini, dia memutuskan untuk tidak lagi memaksa dirinya.

Benar saja, baru saja berbaring, Kayden gelisah dan berulang kali berganti posisi. "Kenapa malam ini panas sekali?"

"Nggak panas, aku justru kedinginan," jawab Pearly datar.

Dia pun membalikkan badan dan membelakangi Kayden, lalu menarik selimut hingga menutupi hampir seluruh tubuhnya. Pearly mengira Kayden akan menyesuaikan suhunya sendiri.

Tidak disangka, Kayden mengulurkan lengannya dan memeluk Pearly dari belakang.

Hembusan napas hangat menyapu leher Pearly, membawa serta aroma hasrat dan keinginan.

Karena terbiasa berolahraga, kekuatan tubuh Kayden begitu kuat. Dia dengan mudah membalikkan tubuh Pearly, lalu mendekapnya erat ke dalam pelukan. Ciuman pun menghujani Pearly tanpa henti.

Pearly berusaha melawan, tetapi sia-sia.

Di tempat tidur, Kayden selalu begitu mendominasi, sama sekali berbeda dengan sosoknya yang biasanya tenang dan berwibawa.

Pearly mengerutkan kening dan memalingkan wajahnya, lalu melihat jam digital di samping tempat tidur. Hari ini hari Jumat...

Selama empat tahun, setiap Jumat malam, mereka selalu melewatkan waktu seperti ini.

Dulu, Pearly mengira karena mereka hanya bertemu seminggu sekali, makanya Kayden begitu tidak terkendali.

Hingga beberapa hari lalu, saat Pearly tidak bisa tidur dan berulang kali melihat akun media sosial Lilly, Pearly baru menyadari bahwa Lilly selalu mengunggah video setiap hari Jumat.

Lilly adalah seorang influenser perjalanan. Setiap videonya menampilkan perjalanannya bersama suami asingnya keliling dunia. Selain pemandangan, hampir setiap adegan dipenuhi kemesraan.

Begitu teringat, setiap kali mereka bercinta dulu, Kayden melakukannya bukan karena dirinya, melainkan karena terpancing oleh Lilly, Pearly merasa muak.

Dia ingin muntah dan akhirnya gerakan Kayden terhenti.

"Ada apa?"

Kayden menyalakan lampu dinding. Cahaya temaram menerangi wajahnya yang tegas.

"Aku... nggak enak badan... ugh..."

Awalnya, Pearly hanya ingin menghentikannya. Namun, perutnya benar-benar mual, seakan seluruh isi tubuh ingin dimuntahkan.

"Aku antar kamu ke rumah sakit, siapa tahu..."

"Nggak mungkin!"

Pearly tahu apa yang hendak dia katakan. Namun, mereka selalu memakai pengaman setiap kali melakukannya, jadi itu mustahil.

"Lebih baik tetap periksa ke rumah sakit. Soalnya kamu kelihatan nggak enak badan banget sekarang."

Setelah mengatakannya, Kayden sudah mengenakan pakaian dan meraih kunci mobil di meja samping tempat tidur.

Dia baru saja hendak membantu Pearly berdiri, tiba-tiba ponselnya berdering.

Setelah melihat nama penelepon, Kayden segera mengangkat.

Entah apa yang dikatakan di seberang sana, kening Kayden sempat berkerut, lalu dia tersenyum kecut.

Setelah menutup telepon, dia berkata pada Pearly, "Lilly bilang dia menonton film horor sendirian di rumah, dia ketakutan sampai hampir menangis..."

Di bawah cahaya lampu, wajah Kayden tampak ragu.

Pearly langsung mengerti. "Pergilah temani dia, aku nggak apa-apa."

Baru saja dia selesai bicara, ponsel Kayden kembali berdering. Bunyinya mendesak, seakan memaksanya segera pergi. Kayden hanya melirik sekilas, lalu cepat-cepat berdiri.

Beberapa langkah menuju pintu, Kayden seolah baru teringat sesuatu. Dengan raut bersalah, Kayden berkata, "Tunggu aku, nanti aku antar kamu ke rumah sakit."

Melihat pintu tertutup, Pearly tersenyum getir.

Menunggu? Itu kata kerja yang paling tidak berguna. Dia sudah lelah menunggu.

Karena mualnya tidak kunjung reda dan sulit tidur, Pearly duduk kembali, lalu mengambil formulir pendaftaran program bantuan ke Arreca dari dalam amplop.

Awalnya, Pearly masih ragu apakah dirinya harus ke luar negeri. Namun, dalam keadaan seperti ini, kalau setelah lulus Pearly tetap tinggal di Kota Bliyle, setelah bercerai pun dia pasti akan bertemu dengan Kayden lagi. Lebih baik dia pergi beberapa tahun untuk mengembangkan diri.

Saat mengisi formulir, pada kolom status pernikahan, tanpa ragu Pearly menuliskan, lajang.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 25

    Tiga tahun kemudian...Kayden kembali menjejakkan kaki di Benua Arreca.Kali ini, dia datang sebagai tamu undangan untuk menghadiri peresmian posko baru tim medis yang bertugas memberikan bantuan di Arreca.Selama tiga tahun terakhir, dia selalu rutin menyumbang atas nama perusahaannya. Saat ketua tim senior menjemputnya di bandara, dia berkata, "Pak Kayden, berkat bantuan Anda, kondisi tim medis kami tiga tahun belakangan ini sangat membaik. Kami juga bisa memberi kontribusi besar pada perkembangan dunia medis di sini. Semua ini berkat Anda.""Ah, nggak juga. Dedikasi para dokterlah yang paling penting. Saya hanya melakukan sedikit upaya."Setibanya di posko, dari kejauhan Kayden langsung melihat sosok anggun berdiri tegak di depan pintu.Setelah tiga tahun tidak bertemu, Pearly memanjangkan rambutnya. Helaian rambutnya berkibar tertiup angin, seperti sebuah lukisan.Kayden tidak sadar terhanyut dalam pandangan itu...Namun tiba-tiba, bayangan seorang pria yang menggendong anak kecil

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 24

    Pearly hanya meminta cuti satu minggu dari timnya. Begitu kembali ke hotel setelah menghadiri pemakaman Profesor Jimmy, dia segera menyalakan laptop dan mulai menyusun artikel pembelaan diri.Akta nikah dan surat cerainya dengan Kayden, garis waktu kepulangan Lilly ke dalam negeri, hasil pemeriksaan kehamilan, serta seluruh catatan percakapan dengan Profesor Jimmy dan istrinya selama beberapa tahun terakhir.Satu per satu, semua hal ditulis oleh Pearly dengan cermat.Tentu saja, ditambah bukti penting yang diperoleh dengan bantuan Drake.Kali ini, karena khawatir terjadi sesuatu pada Pearly di perjalanan, Drake juga mengambil cuti untuk ikut kembali ke negara ini. Pearly tidak menyangka Drake juga menguasai beberapa teknik peretasan.Begitu kembali ke negara ini, dia langsung membantu Pearly melacak orang pertama yang menyebarkan foto-foto itu, yaitu Lilly.Kemampuan menulis Pearly memang luar biasa. Dia menggabungkan semua bukti tersebut menjadi artikel panjang dan pagi-pagi sekali me

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 23

    "Gelang itu adalah peninggalan ibu. Sekarang, Pearly sudah pergi dariku, aku akan mengambil kembali gelang itu dan menguburnya bersama ayah..."Penyesalan Kayden seperti gunung besar yang menekan dadanya hingga sulit bernafas.Hatinya kacau balau. Saat hendak meminta gelang itu dari Lilly, dia malah diberi tahu bahwa Lilly jatuh dari gedung dan kini terbaring di ICU dalam kondisi kritis.Serangkaian kejadian tidak terduga membuat Kayden kehilangan semua tenaganya. Dengan perasaan kalut, dia mempersiapkan pemakaman untuk ayahnya.Asisten menyerahkan potongan-potongan gelang itu tiga hari kemudian.Pada hari pemakaman, Kayden mengantar pergi tamu satu per satu dengan perasaan hampa.Semua orang mengingatkannya bahwa masa lalu tidak bisa diubah dan Kayden harus terus menatap ke depan.Namun, Kayden tidak mampu...Setelah semua tamu pergi, dia bersandar pada foto ayahnya, lalu merosot duduk ke lantai seakan kehilangan seluruh tenaga.Tangannya membelai potongan gelang giok itu. Setiap bagi

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 22

    Lilly tidak percaya Kayden akan mengabaikan nyawanya, tetapi Kayden sama sekali tidak menoleh.Dia hanya berkata dingin, "Sudah kukatakan, urusanmu kelak nggak ada hubungannya denganku.""Kayden!"Lilly seketika panik. Dia berusaha mengejar Kayden yang hendak pergi, tetapi pagar besi tua di bawah kakinya tiba-tiba tidak sanggup menahan berat tubuhnya dan patah."Ah!"Lilly menjerit dan jatuh dari gedung.Awalnya, dia hanya ingin menakuti Kayden, bukan benar-benar melompat. Namun, di detik Lilly jatuh, Kayden menumpahkan air mata penyesalan.Orang yang tengah memasuki lorong gedung itu mendengar teriakan Lilly dan ingin menoleh, tetapi sebuah panggilan dari sanatorium membuatnya tidak sempat memperhatikan Lilly lagi.Ayah sudah tiada!Kayden tidak berdaya saat tiba di sanatorium. Para staf telah memanggil petugas pengurus jenazah untuk merias penampilan terakhir ayahnya."Bagaimana bisa jadi seperti ini?"Kayden terus memeriksa nadi Profesor Jimmy yang sudah berhenti. Meskipun kondisi a

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 21

    Di Kota Bliyle, saat ini Kayden sedang memarahi sekretarisnya dengan penuh amarah."Aku sudah memintamu menghubungi divisi humas untuk menghapus komentar, kenapa pembahasan buruk tentang Pearly masih begitu banyak?"Sekretaris menjawab dengan hati-hati."Tuan Kayden, makin banyak yang kita hapus, emosi warganet justru makin memanas. Mereka mengatakan Nona Pearly nggak berani bertanggung jawab, dan malah diam-diam mengendalikan opini publik di belakang."Kayden menahan amarahnya dan berkata, "Kalau begitu aku sendiri yang akan meluruskan rumor itu! Aku dan Pearly adalah pasangan yang sudah menikah secara resmi!""Tuan Kayden, kalau begitu citra Anda dan Nona Lilly mungkin akan tercoreng.""Kalau memang begitu, biarlah..."Kayden menekan pelipisnya, dia tidak berani membayangkan betapa hancurnya hati Pearly saat melihat gosip di internet itu terus berkembang.Dia memberi perintah kepada sekretaris. "Bantu aku atur perjalanan ke Ginea, Benua Arreca. Harus secepatnya!" Dalam situasi sepert

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 20

    Setelah siaran berakhir, butuh waktu cukup lama bagi Pearly untuk akhirnya mengerti duduk perkara sebenarnya.Ternyata, ada seseorang yang menyebarkan foto Kayden berhenti di depan gerbang kampus untuk menjemputnya, juga rekaman kamera pengawas saat dia kembali ke rumah Kayden.Sebelumnya, pemberitaan di internet tentang Pearly selalu menyebutkan bahwa dia adalah yatim piatu miskin dari desa.Seorang mahasiswa miskin bisa berhubungan dengan CEO perusahaan game, bahkan keluar masuk kompleks perumahan mewah. Tentu saja, hal ini langsung membuat banyak orang berspekulasi.Ditambah lagi, seorang penggemar yang jeli langsung menemukan bahwa Kayden adalah pria yang dulu pernah Lilly pamerkan diam-diam.Dalam sekejap, Pearly pun dilabeli warganet sebagai pelakor yang ingin naik derajatnya.[Aku bekerja di rumah sakit, aku bisa membuktikan bahwa beberapa waktu lalu ketika Nona Lilly dirawat inap, Tuan Kayden yang menemaninya dan merawatnya sendiri!][Pantas saja waktu itu Lilly ingin melakukan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status