Share

Bab 6

Author: Aurora
"Sekarang kondisi janinnya masih belum stabil. Ibu hamil nggak boleh lagi melakukan aktivitas fisik yang terlalu berat. Untuk hubungan suami istri, dua bulan ini sebaiknya jangan melakukannya dulu..."

Melihat Kayden dan Lilly masuk ke ruang konsultasi yang baru saja dia tinggalkan, Pearly menahan air matanya dan ingin segera pergi. Namun, saat melewati pintu, dia mendengar dokter sedang memberi mereka nasihat.

"Baik, terima kasih, Dokter. Saya akan menjaganya."

Suara lembut Kayden menjawab. Tanpa melihat pun, Pearly bisa membayangkan wajah penuh perhatian Kayden saat itu.

Pearly mempercepat langkah, tetapi dia tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang saat di lorong. Kayden yang baru keluar dari ruang konsultasi tetap saja menemukannya.

"Pearly!?"

Kayden mengerutkan kening dan memanggilnya, "Kamu ke rumah sakit untuk apa?"

"Aku... perutku sakit, jadi periksa sebentar." Pearly menggenggam erat hasil tes kehamilan di tangannya.

"Sakit perut?" Dari belakang, Lilly melangkah maju dengan sikap akrab. "Aku pernah dengar dari Kayden, dulu kamu sering nggak makan tepat waktu, makanya sampai jatuh sakit begini."

Pearly hanya mengangguk tanpa menjawab.

Begitu dia melirik lembar hasil USG di tangan Lilly, ekspresi Kayden tampak sedikit panik. Dia buru-buru bicara. "Pearly, jangan salah paham, aku bukan..."

"Kayden!"

Lilly menarik lengan Kayden seperti merajuk. Kayden pun tidak melanjutkan ucapannya lagi, wajahnya dipenuhi dengan pergulatan.

Tidak ingin mempermalukan siapa pun lebih jauh, Pearly asal memberi alasan lalu pergi.

Di belakangnya, Kayden hampir mengulurkan tangan untuk menahan Pearly, tetapi Lilly memandang penuh permohonan sambil menarik bajunya.

"Kayden, kamu sudah janji akan menyimpan rahasia ini dulu!"

Kayden pun menghentikan langkahnya dan tidak lagi mengejar.

Pearly keluar dari rumah sakit seorang diri. Di dunia ini, dia sudah tidak punya satu pun keluarga. Setelah ragu-ragu cukup lama di pinggir jalan, akhirnya dia melangkah menuju sanatorium.

Profesor Jimmy menyambut Pearly dengan gembira, dia berulang kali menyodorkan makanan.

Pikiran Profesor memang mulai samar, tapi dia masih ingat menanyakan rencana pekerjaan Pearly setelah lulus, bahkan bersikeras ingin membantu mencarikan.

Pearly menolak halus, dia tetap tidak mengatakan soal kehamilannya.

Namun, di sanatorium itu, dia menemukan sebuah alasan untuk mempertahankan anak ini. Pearly terlalu membutuhkan keluarga, seseorang yang memiliki darah yang sama, yang bisa selalu menjadi sandaran baginya.

Hanya saja, jika Pearly benar-benar melahirkan anak ini, kemungkinan besar dia tidak bisa ikut berangkat ke Arreca.

Pearly menatap layar ponsel, dia ragu apakah harus menekan nomor ketua tim atau tidak, tiba-tiba pesan dari Kayden masuk.

[Pearly, besok malam kamu ada waktu? Aku sudah memesan tempat di Restoran Oshye, ada hal yang ingin kubicarakan denganmu.]

Restoran itu adalah tempat yang dulu dipesan Pearly pada hari peringatan pernikahan mereka. Mengingat kenangan saat dia ditinggalkan, Pearly merasa seakan semuanya sudah terjadi di kehidupan yang lain.

Dia mengetik di kotak percakapan: [Oke, aku akan datang tepat waktu.]

Kebetulan, dia memang ingin berterus terang pada Kayden soal perceraian.

Pearly sudah berkonsultasi dengan pengacara. Jika Pearly ingin diam-diam melahirkan anak itu tanpa sepengetahuan Kayden, dia tidak bisa menyembunyikan perceraian. Kalau tidak, Kayden bisa saja menggunakan alasan itu untuk merebut anaknya nanti.

"Bukannya kamu sebelumnya ingin datang ke restoran ini? Anggap saja hari ini sebagai penggantinya," kata Kayden dengan sedikit rasa bersalah setelah memarkir mobil di seberang restoran.

Setelah mengucapkannya, dia langsung menggenggam tangan Pearly.

Tubuh Pearly seketika menegang. Selama empat tahun, ini pertama kalinya Kayden mengambil inisiatif menggandeng tangannya.

Pearly yang tidak terbiasa secara refleks ingin menarik tangannya. Tepat pada saat itu, notifikasi ponsel Kayden berbunyi. Dia pun melepaskan tangan Pearly untuk melihat ponselnya.

Entah apa yang dia terima, wajah Kayden langsung berubah, alisnya yang indah mengerut rapat. Dia bahkan berhenti di tengah jalan dengan panik dan membuka sebuah aplikasi siaran langsung.

Pearly ikut melirik. Di layar, Lilly ternyata sedang menyiarkan aksinya yang hendak mengiris pergelangan tangan.

"Hati-hati!"

Sebuah mobil berbelok dengan kecepatan tinggi. Kayden yang perhatiannya teralihkan pada ponsel masih berdiri kaku di tempat.

Pearly dengan sekuat tenaga menariknya ke belakang, tetapi tubuhnya sendiri justru tersenggol kendaraan itu hingga terjatuh ke jalan.

"Pearly!"

Kayden akhirnya tersadar. Dia menoleh ke arah Pearly yang tergeletak di tanah, lalu kembali menatap siaran langsung di layar ponselnya...

Setelah ragu sejenak, Kayden mengibaskan tangannya dan berkata, "Pearly, keadaan Lilly darurat, aku harus ke sana dulu!"

Pearly terbaring di tepi jalan. Di antara hiruk pikuk kendaraan dan kerumunan orang, dia menyaksikan Kayden pergi dengan cemas.

Pearly berusaha bangkit, tetapi tiba-tiba rasa sakit hebat menjalar dari perut bagian bawahnya. Begitu menunduk, dia melihat darah segar telah merembes membasahi celananya...
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 25

    Tiga tahun kemudian...Kayden kembali menjejakkan kaki di Benua Arreca.Kali ini, dia datang sebagai tamu undangan untuk menghadiri peresmian posko baru tim medis yang bertugas memberikan bantuan di Arreca.Selama tiga tahun terakhir, dia selalu rutin menyumbang atas nama perusahaannya. Saat ketua tim senior menjemputnya di bandara, dia berkata, "Pak Kayden, berkat bantuan Anda, kondisi tim medis kami tiga tahun belakangan ini sangat membaik. Kami juga bisa memberi kontribusi besar pada perkembangan dunia medis di sini. Semua ini berkat Anda.""Ah, nggak juga. Dedikasi para dokterlah yang paling penting. Saya hanya melakukan sedikit upaya."Setibanya di posko, dari kejauhan Kayden langsung melihat sosok anggun berdiri tegak di depan pintu.Setelah tiga tahun tidak bertemu, Pearly memanjangkan rambutnya. Helaian rambutnya berkibar tertiup angin, seperti sebuah lukisan.Kayden tidak sadar terhanyut dalam pandangan itu...Namun tiba-tiba, bayangan seorang pria yang menggendong anak kecil

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 24

    Pearly hanya meminta cuti satu minggu dari timnya. Begitu kembali ke hotel setelah menghadiri pemakaman Profesor Jimmy, dia segera menyalakan laptop dan mulai menyusun artikel pembelaan diri.Akta nikah dan surat cerainya dengan Kayden, garis waktu kepulangan Lilly ke dalam negeri, hasil pemeriksaan kehamilan, serta seluruh catatan percakapan dengan Profesor Jimmy dan istrinya selama beberapa tahun terakhir.Satu per satu, semua hal ditulis oleh Pearly dengan cermat.Tentu saja, ditambah bukti penting yang diperoleh dengan bantuan Drake.Kali ini, karena khawatir terjadi sesuatu pada Pearly di perjalanan, Drake juga mengambil cuti untuk ikut kembali ke negara ini. Pearly tidak menyangka Drake juga menguasai beberapa teknik peretasan.Begitu kembali ke negara ini, dia langsung membantu Pearly melacak orang pertama yang menyebarkan foto-foto itu, yaitu Lilly.Kemampuan menulis Pearly memang luar biasa. Dia menggabungkan semua bukti tersebut menjadi artikel panjang dan pagi-pagi sekali me

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 23

    "Gelang itu adalah peninggalan ibu. Sekarang, Pearly sudah pergi dariku, aku akan mengambil kembali gelang itu dan menguburnya bersama ayah..."Penyesalan Kayden seperti gunung besar yang menekan dadanya hingga sulit bernafas.Hatinya kacau balau. Saat hendak meminta gelang itu dari Lilly, dia malah diberi tahu bahwa Lilly jatuh dari gedung dan kini terbaring di ICU dalam kondisi kritis.Serangkaian kejadian tidak terduga membuat Kayden kehilangan semua tenaganya. Dengan perasaan kalut, dia mempersiapkan pemakaman untuk ayahnya.Asisten menyerahkan potongan-potongan gelang itu tiga hari kemudian.Pada hari pemakaman, Kayden mengantar pergi tamu satu per satu dengan perasaan hampa.Semua orang mengingatkannya bahwa masa lalu tidak bisa diubah dan Kayden harus terus menatap ke depan.Namun, Kayden tidak mampu...Setelah semua tamu pergi, dia bersandar pada foto ayahnya, lalu merosot duduk ke lantai seakan kehilangan seluruh tenaga.Tangannya membelai potongan gelang giok itu. Setiap bagi

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 22

    Lilly tidak percaya Kayden akan mengabaikan nyawanya, tetapi Kayden sama sekali tidak menoleh.Dia hanya berkata dingin, "Sudah kukatakan, urusanmu kelak nggak ada hubungannya denganku.""Kayden!"Lilly seketika panik. Dia berusaha mengejar Kayden yang hendak pergi, tetapi pagar besi tua di bawah kakinya tiba-tiba tidak sanggup menahan berat tubuhnya dan patah."Ah!"Lilly menjerit dan jatuh dari gedung.Awalnya, dia hanya ingin menakuti Kayden, bukan benar-benar melompat. Namun, di detik Lilly jatuh, Kayden menumpahkan air mata penyesalan.Orang yang tengah memasuki lorong gedung itu mendengar teriakan Lilly dan ingin menoleh, tetapi sebuah panggilan dari sanatorium membuatnya tidak sempat memperhatikan Lilly lagi.Ayah sudah tiada!Kayden tidak berdaya saat tiba di sanatorium. Para staf telah memanggil petugas pengurus jenazah untuk merias penampilan terakhir ayahnya."Bagaimana bisa jadi seperti ini?"Kayden terus memeriksa nadi Profesor Jimmy yang sudah berhenti. Meskipun kondisi a

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 21

    Di Kota Bliyle, saat ini Kayden sedang memarahi sekretarisnya dengan penuh amarah."Aku sudah memintamu menghubungi divisi humas untuk menghapus komentar, kenapa pembahasan buruk tentang Pearly masih begitu banyak?"Sekretaris menjawab dengan hati-hati."Tuan Kayden, makin banyak yang kita hapus, emosi warganet justru makin memanas. Mereka mengatakan Nona Pearly nggak berani bertanggung jawab, dan malah diam-diam mengendalikan opini publik di belakang."Kayden menahan amarahnya dan berkata, "Kalau begitu aku sendiri yang akan meluruskan rumor itu! Aku dan Pearly adalah pasangan yang sudah menikah secara resmi!""Tuan Kayden, kalau begitu citra Anda dan Nona Lilly mungkin akan tercoreng.""Kalau memang begitu, biarlah..."Kayden menekan pelipisnya, dia tidak berani membayangkan betapa hancurnya hati Pearly saat melihat gosip di internet itu terus berkembang.Dia memberi perintah kepada sekretaris. "Bantu aku atur perjalanan ke Ginea, Benua Arreca. Harus secepatnya!" Dalam situasi sepert

  • Mutiara yang Tersia-siakan   Bab 20

    Setelah siaran berakhir, butuh waktu cukup lama bagi Pearly untuk akhirnya mengerti duduk perkara sebenarnya.Ternyata, ada seseorang yang menyebarkan foto Kayden berhenti di depan gerbang kampus untuk menjemputnya, juga rekaman kamera pengawas saat dia kembali ke rumah Kayden.Sebelumnya, pemberitaan di internet tentang Pearly selalu menyebutkan bahwa dia adalah yatim piatu miskin dari desa.Seorang mahasiswa miskin bisa berhubungan dengan CEO perusahaan game, bahkan keluar masuk kompleks perumahan mewah. Tentu saja, hal ini langsung membuat banyak orang berspekulasi.Ditambah lagi, seorang penggemar yang jeli langsung menemukan bahwa Kayden adalah pria yang dulu pernah Lilly pamerkan diam-diam.Dalam sekejap, Pearly pun dilabeli warganet sebagai pelakor yang ingin naik derajatnya.[Aku bekerja di rumah sakit, aku bisa membuktikan bahwa beberapa waktu lalu ketika Nona Lilly dirawat inap, Tuan Kayden yang menemaninya dan merawatnya sendiri!][Pantas saja waktu itu Lilly ingin melakukan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status