Share

Mustahil

Dan kini Liam hanya terpaku. Sungguh tak menyangka. Putri, gadis yang ditaksirnya. Ternyata bukan hanya seorang kutu buku tapi juga gadis bersabuk hitam.

Tak hanya itu, Liam benar-benar tak menyangka dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Putri. Kata-kata yang sukses mencabik-cabik hatinya.

"Kalo Lo suka sama Liam. Ambil aja. Gue engga minat, punya cowok bego yang bisanya cuma cari masalah di sekolah. Enggak level sama gue."

Kalimat itu terdengar begitu menyakitkan. Tapi Liam tak gentar dia akan berusaha menjadi pria yabg diharapkan oleh Putri.

Liam masih bersembunyi di balik pohon besar yang rindang. Pria itu menatap ke arah tiga gadis yabg masih cekcok. Liam benar-benar kesal. Dia sama sekali tak berminat pada gadis manja seperti Citra.

Liam pun segera berjalan meninggalkan pohon besar. Langkah kaki jenjangnya yang dihiasi celana abu-abu itu tampak cepat dan panjang. Rupanya pria itu hendak melangkah ke wilayah belakang sekolah. Wilayah yang biasanya dia gunakan untuk bersembunyi saat pelajaran yang membosankan dan tempat di mana dia memanjat saat terlambat.

Liam menarik napas panjang saat menatap ke puncak dinding pembatas sekolah. Pria itu sadar, ini adalah benda yang selama ini berjasa untuknya agar bisa tetap masuk sekolah walau gerbang sekolah sudah ditutup satpam. Dan sayangnya, perjuangan bodoh itu adalah hal yang tak disukai oleh Putri, gadis gendut yang mencuri hatinya.

"Oke. Ini terakhir kalinya gue panjat dinding. Karena ini adalah jalan tercepat menuju tikungan tempat angkot lewat," ucap Liam berjanji pada dirinya sendiri.

Pria itu pun segera melompat ke dinding dan mencengkeram salah satu batu bata yang tak tertutup rapat. Mulai merayap naik dengan kekuatan tangan dan kakinya. Bergerak hingga sampai puncak.

Dari kejauhan, Liam melihat angkot yang dinaiki oleh Putri. Liam pun segera melompat turun.

BRUUUKKKK...

"Aaaawwww...." Rupanya karena terburu-buru, kaki Liam sedikit terkilir. Liam benar-benar tak peduli. Pria itu pun segera bangkit sambil menahan rasa sakit yang menyiksa pergelangan kakinya.

Kemudian berlari ke arah trotoar. Pria itu tampak melambaikan tangannya agar angkot yang dinaiki Putri berhenti.

Ciiiitttt...

Suara derit rem berbunyi nyaring. Seiring dengan penumpang angkot yang terdorong ke depan. Putri yabg sedang membaca buku pun terkejut. Pasalnya buku yang sedang dia baca sampai terjatuh.

Gadis itu pun menggelengkan kepalanya berusaha untuk bersabar. Kemudian mengulurkan tangan untuk meraih bukunya yang jatuh.

Sayangnya buku malang itu sudah diraih oleh seseorang. Dan tangan itu memberikan buku kepadanya. Putri pun tersenyum dan meraih bukunya.

"Terima kasih," ucap Putri tersenyum mengangkat wajahnya.

Dan gadis itu segera terperanjat saat melihat wajah tampan dengan senyuman manis yang dihadiahkan kepada dirinya. Sayangnya putri terkejut buka karena senyuman manis itu, tapi karena sosok di hadapannya adalah sosok yang sedang dia hindari. Gadis itu pun segera kembali duduk dan membuang wajahnya. Enggan menatap pria menyebalkan ini.

"Kamu rumahnya di mana?" Tanya Liam basa-basi.

"Jauh," ucap Putri enggan menjawab pertanyaan Liam.

"Iya jauh, aku tahu. Tapi di mana?" Tanya Liam penasaran.

"Ngapain nanya-nanya. Jadi cowok enggak usah ganjen deh. Ga tau apa pacarnya itu kayak macan sukanya main keroyokan. Dari pada ganjen sama cewek lain. Mending ngajarin pacarnya biar jadi orang tuh yang sopan," ucap Putri memuntahkan unek-uneknya.

"Aku engga punya pacar," ucap Liam tegas.

"Dasar cowok mata keranjang. Buaya darat. Udah punya pacar enggak mau ngaku," ucap Putri.

"Astaghfirullah Putri. Kok kamu marah-marah. Kamu cembokur emangnya?" Tanya Liam menggoda gadis itu.

"Cembokur?" Gumam Putri bingung dengan bahasa yang diucapkan oleh Liam.

"Cemburu," ucap Liam santai.

Putri pun memutar bola matanya jengah mendengar ucapan Liam. Apa-apaan pria itu.

Putri cemburu? Ya enggak mungkin. Punya hubungan aja enggak.

"Sorry ya. Gue enggak cemburu. Gue cuma enggak suka sama cowok ganjen. Hhhh... Susah ya kalo ngomong sama cowok yang punya otak dangkal," ucap Putri kesal.

Sayangnya Liam bukan cowok yang mudah marah. Pria itu justru tertawa mendengar ucapan Putri yang mengatai dirinya berotak dangkal. Liam justru memanfaatkan keadaan.

"Iya otak gue emang dangkal. Makanya ajarin gue dong biar pinter," ucap Liam santai.

"Modus banget sih Lo," ucap Putri kesal.

"Bang kiri Bang," Putri pun segera menyetop laju angkot. Dia benar-benar malas berdebat dengan pria keras kepala macam Liam.

Gadis itu pun segera turun dari angkot dan membayar biaya baik angkot. Beruntung Liam selalu membawa uang recehan sekarang. Dia belajar dari pengalaman.

Pria itu pun menyusul Putri turun dari angkot dan ikut membayar tarif angkot. Sejenak Liam mencari keberadaan Putri. Dan dia melihat Putri berjalan ke sebuah jalan kecil. Mungkin saja rumah Putri ke arah sana.

Liam mempercepat langkah kakinya mengikuti Putri. Pria itu berusaha agar Putri tak menyadari bahwa dia mengikuti Putri.

Sayangnya Putri memiliki insting yang tajam. Gadis itu menghentikan langkahnya sejenak. Kemudian menarik napas panjang sebelum memutar tubuhnya ke belakang.

Sreeet....

Putri memutar tubuhnya dan dia tak melihat siapa pun. Pasalnya Liam yang menyadari Putri menghentikan langkahnya segera bersembunyi di belakang pohon.

Dan saat Putri kembali melangkahkan kakinya ke depan, Liam keluar dari persembunyiannya dan kembali mengikuti Putri. Dan kini Putri justru menggunakan instingnya untuk segera membalikkan tubuh dan mengunci lengan Liam yang sejak tadi mengikuti langkahnya.

"Aaaawww... Putri... Ini sakit. Sumpah sakit... Aaaawww," teriak Liam kesakitan. Pria itu benar-benar berlebihan. Padahal dia pun seorang taekwondo bersabuk, tapi justru berpura-pura tak bisa melawan Putri.

"Ngapain kamu ngikutin aku?" Tanya Putri.

"Enggak aku enggak ngikutin kamu," ucap Liam meringis. Sungguh kuncian tangan Putri di lengannya begitu kuat.

"Bohong!" Teriak Putri kesal.

"Beneran. Aku engga bohong."

"Ngaku enggak dari tadi kamu ngikutin aku kan? Mau ngapain coba?" Putri benar-benar geram melihat tingkah Liam yang menyebalkan.

"Enggak aku mau pulang. Aku engga ngikutin kamu. Jangan kepedean deh," ucap Liam membuat Putri semakin memperkuat kuncian tangannya. Seketika suara tulang Liam yang gemertak ngilu.

Kkrreeekkk...

"Aaaawww... Sakit Put."

"Kamu pikir aku bodoh apa. Emangnya aku ga liat bayangan kamu. Kalo kamu engga ngikut aku, ngapain kamu ngumpet di belakang pohon waktu aku nengok ke belakang?"

Skakmat...

Liam tak bisa mengelak lagi. Akhirnya dia pun memilih untuk jujur.

"Aduh Put. Sakit. Beneran sakit. Iya iya aku ngaku. Aku ngikutin kamu," ucap Liam.

Dan...

Kreekkkk...

Putri semakin memusatkan tenaganya. Dia benar-benar kesal.

"Awwwww... Sakit ini. Aduh sakit tau," ucap Liam meringis.

"Iya emang sakit," ucap Putri.

"Mau ngapain coba ngikutin aku?" Tanya Putri semakin geram.

"Mau kenalan sama calon mertua," ucap Liam tak tau malu. Hal itu sukses membuat Putri tak mampu berkata-kata. Dia benar-benar tak paham arah pikiran Liam.

Putri pun melepas lengan Liam.

"Bisa enggak sih kamu tuh enggak memancing emosi aku?" Tanya Putri menatap nyalang ke arah pria di hadapannya.

"Aku becanda, Put. Maaf. Aku tuh mau belajar sama kamu. Biar ketularan pintar. Boleh engga?" Tanya Liam membuat Putri heran. Si raja bolos mau belajar biar pintar? Rasanya ini mustahil.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status