Share

My Cold Daddy
My Cold Daddy
Penulis: Ucchata

Pembawa Sial

David Giovinno adalah seorang pria muda kaya raya berumur 30 tahun yang memiliki bisnis hingga mancanegara. Tak tanggung-tanggung, ia bahkan memiliki tanggung jawab yang besar pada puluhan cabang perusahaannya yang tersebar hampir di seluruh Asia.

Diusianya yang baru menginjak 10 tahun ia sudah kehilangan sang ayah dan menjadi anak yatim. Warisan yang ditinggalkan tentu tidak sedikit mengingat dia hanyalah anak tunggal di keluarganya. Dituntut paksa untuk belajar dan mengelola bisnis keluarga yang kini menjadi bisnis miliknya membuat ia harus kehilangan masa-masa bebas remaja yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Menjadi CEO perusahaan DG Company yang bergerak di bidang pembangunan mall dan gedung bangunan, otomotif, elektronik dan bahkan sampai interior mewah yang hanya mampu dibeli oleh kalangan tertentu saja. Hampir seluruh Asia mengetahui mengenai identitasnya sebagai pengusaha muda yang sukses dengan banyak cabang dan memiliki sikap yang begitu dingin dan tak berperasaan.

Begitu banyak wanita yang mencoba mendekati dan mengambil hati pria tampan tersebut, namun tak ada satupun yang berhasil bertahan berjuang sampai akhir karena tak tahan dengan sikap David yang terlalu tidak peduli pada siapapun itu.

David memang sangat setia pada istrinya, wanita pertama yang berhasil memikat hatinya dengan segala kelembutan dan kesabaran yang dimilikinya dalam menghadapi David. Wanita pertama yang berhasil mengenalkan cinta yang tulus sekaligus menjadi wanita pertama yang membuatnya tak ingin mengenal cinta kembali.

Wanita itu berhasil membuat David ketergantungan hingga rasanya sebagian jiwanya ikut menghilang ketika wanita pujaan hatinya harus menghembuskan napas terakhirnya tepat didepan kedua matanya. Dan dari sanalah kepribadiannya berubah, putra kecilnya yang sama sekali tak bersalah harus kena imbas dan menjadi sasaran utama kebenciannya atas kematian mendiang istrinya.

***

-Mansion-

07:12 Pagi.

Suara derap langkah kaki yang menuruni anak tangga itu terdengar hingga membuat wanita paruh baya itu segera menolehkan kepalanya menatap sosok pria muda tampan yang tengah sibuk mengancing kemeja bagian pergelangan tangannya yang berwarna biru muda. Aura dingin darinya seakan selalu berhasil membekukan suasana sekitarnya. Ia menarik kursi dan mendudukkan dirinya tepat didepan hidangan sarapan yang sudah disiapkan oleh kepala koki di mansion tersebut.

“Dimana anak sialan itu?” Tanya David tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari makanan yang belum ia sentuh itu.

Wanita paruh baya yang bernama Anne itu pun hanya bisa menghela napas panjangnya ketika mendengar ucapan tak mengenakan dari putranya.

“Berhenti melabeli putramu sendiri dengan kata sialan itu, David. Liam bukanlah---”

Ucapan Anne pun terhenti ketika David mengangkat wajahnya dan memberikan tatapan tajam pada wanita tersebut yang tak lain adalah ibu kandungnya sendiri.

“Bangunkan dia sekarang juga! Dia tidak boleh hidup seenaknya saja bahkan kalau bisa dia seharusnya sudah bangun sebelum aku bangun!” Potong David.

“Dan satu hal lagi aku tegaskan, sampai kapan pun dia tetap akan selalu membawa kesialan jadi jangan terlalu dekat dengannya dan berhenti memanjakan dia, Mah!” Lanjut David.

“Setidaknya jangan terlalu keras padanya, David. Liam masih berumur 4 tahun.” Ujar Anne.

“Karena dia masih kecil jadi harus dididik tegas agar tidak menyusahkan hidupnya.” Jawab David yang membuat Anne menghela napas dan menggelengkan kepalanya.

“Mau sampai kapan kau bersikap seperti ini, Dav? Mana merindukan putra mama yang dulu. Kemana David yang penuh kelembutan itu? Setidaknya kembalilah menjadi David yang dulu untuk Mama dan Liam.” Lirih Anne menatap sendu putranya itu.

“David yang dulu sudah mati dan pergi bersama istrinya. Jadi berhenti mengharapkan sosoknya kembali. Karena Luna istriku pun tidak akan pernah kembali lagi.” Desis David seraya memegang kuat sendok dan garpunya.

“Luna pun pasti bersedih melihat cara kau memperlakukan anak yang sangat ia tunggu itu dengan penuh kebencian. Menantuku pasti menangis melihat putra kecil yang ia tinggalkan tak mendapatkan kasih sayangmu. Luna---"

*PRANGGG*

Anne memejamkan kedua matanya sejenak ketika David membuang kasar piringnya yang berisi makanan sarapannya hingga terjatuh dan pecahannya berserakan di lantai.

“Daddy, kenapa makanannya dibuang?” Tanya bocah laki-laki yang berdiri diujung tangga dengan raut kebingungannya.

David yang mendengar suara putranya itu pun seketika mengalihkan pandangannya dan menatap Liam tanpa ekspresi. Bahkan dengan langkah cepat ia menghampiri bocah laki-laki tersebut dan mencengkram kuat kedua bahu Liam. Rasa sakit itu tentu Liam rasakan namun ia tetap berusaha tersenyum manis pada sang daddy.

“Good morning, Daddy.” Sapa Liam dengan riangnya seakan –akan semuanya sedang terlihat baik-baik saja.

David pun semakin mencengkram kuat kedua bahu Liam kala melihat senyum yang dimilikki Liam sangatlah mirip dengan senyum Luna. Anne yang mengetahui jika cucunya pasti merasakan sakit pada bahunya itu pun segera bangun dan beranjak menghampiri keduanya.

“JANGAN PERNAH TERSENYUM PADAKU!” Bentak David yang membuat senyum Liam sirna seketika.

“Lepaskan Liam, David! Kau menyakitinya!” Perintah Anne seraya berusaha melepaskan Liam dari cengkraman David.

“Tidak sakit kok, Oma. Liam senang disentuh daddy seperti ini.” Ucap Liam dengan senyum tulusnya pada Anne.

“KUBILANG JANGAN PERNAH TERSENYUM DIDEKATKU, SIALAN!” Teriak David seraya mengguncang kuat tubuh kecil Liam.

“David, lepaskan Liam! Mama mohon…” Mohon Anne seraya memegang lengan David.

Tatapan David semakin menajam menatap putranya yang sangat mewarisi wajah istrinya itu. Hal itu semakin membuat amarah dan benci yang tertanam selalu muncul setiap kali David melihat wajah tampan Liam.

“DENGARKAN AKU, MAH! GARA-GARA ANAK INI AKU KEHILANGAN ISTRIKU! GARA-GARA ANAK INI JUGA DUNIAKU HANCUR! SEHARUSNYA ANAK INI YANG MENINGGAL BUKAN LUNA! SEHARUSNYA AKU TIDAK MEMBIARKAN LUNA MELAHIRKAN BOCAH SIALAN INI JIKA KEHADIRANNYA MEMBUAT WANITAKU PERGI! DASAR ANAK PEMBAWA SIAL! KAU MEMBAWA KESIALAN YANG BESAR DALAM HIDUP ISTRIKU! ARGHHHH!!!”

David pun segera melepaskan cengkraman kasarnya pada Liam hingga membuat tubuh bocah kecil itu terhuyung hampir menabrak ujung pegangan tangga. Untung saja Anne dengan sigap menahan tubuh Liam sehingga bocah kecil itu aman didalam pelukan sang Oma.

David pun segera meraih jas berwarna hitam di sofa dan beranjak keluar mansion tanpa mempedulikan dirinya yang bahkan belum sarapan. Ia benar-benar tidak bisa jika terlalu lama melihat wajah putranya.

Anne pun menangkup wajah mungil Liam dan mengusap pipinya dengan penuh kelembutan, “Jangan dengarkan ucapan Daddy barusan, Liam. Kehadiran William selalu menjadi kebahagiaan bagi kita semua. Lupakan ucapan Daddy dan jangan pernah sekalipun memasukkannya ke dalam hati karena ucapan daddymu itu tidaklah benar. Liam mengerti ucapan Oma, bukan?”

Liam lagi-lagi hanya menampilkan senyumnya. Namun Anne bisa menyadari jika senyuman yang selalu Liam tampilkan terkadang menutupi seluruh kesedihan yang bocah laki-laki itu rasakan.

“Daddy hanya sedang lelah kan, Oma? Makanya marah-marah deh, kasihan Daddy kelelahan karena terus bekerja. Tapi Oma tenang saja, Liam tidak marah kok sama Daddy. Liam sayang banget sama Daddy dan Liam tau kok kalau Daddy juga sayang sama Liam. Iya kan, Oma?”

Anne hanya tersenyum lirih dan menganggukkan kepalanya. Ia pun kembali menarik cucunya ke dalam pelukannya dan memeluknya dengan sangat erat.

“Lihatlah David, kau sangat beruntung memiliki putra seperti Liam. Tak peduli seberapa kasar kau memperlakukannya dia selalu mengatakan kata cinta dan saying untukmu. Dia bahkan sangat pandai menyembunyikan kesedihannya, bagaimana mungkin anak sekecil ini kau biarkan menangis sendirian disetiap malamnya? Kau tak pantas menjadi daddy untuknya, David.” Batin Anne diiringi dengan tetesan air matanya yang terjatuh membasahi pipinya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nani Lestari
Ibunya oneng tahu anaknya benci masih tinggal satu atap
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status