Share

CHAPTER 5

Author: MarniHL
last update Last Updated: 2025-01-12 16:10:09

Pagi ini Arin memasak pancake untuk sarapan. Setelah selesai, Arin memakannya sendiri. Dia tidak mau basa-basi untuk menawarkan Bagas karena itu hanya membuang-buang waktu. Arin juga malas untuk berbicara dengan Bagas. Ditambah dia masih kesal dengan pria itu karena kejadian semalam. Sedangkan Bagas kali ini menyantap sereal sebagai sarapannya.

Bagas berdeham. "Malam ini grand opening toko kosmetik. Acaranya jam tujuh. Saya harap kamu bisa datang karena ini acara penting."

Perusahaan Bagas adalah perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik dan saat ini sudah memiliki lebih dari sepuluh cabang. Sama seperti Arin yang melanjutkan bisnis restauran orangtuanya, Bagas juga mengalami hal yang sama. Bedanya Bagas memang mengambil jurusan bisnis. 

Arin sendiri hanya diam tidak mau menanggapi Bagas. 

"Papa sama mama juga udah saya kasih tahu. Mereka bakal datang."

Arin tahu Bagas sengaja memberitahunya agar dia tidak bisa menolak untuk pergi. Karena jika kedua orangtuanya datang, sedangkan dia sendiri tidak datang yang ada Arin akan dimarahi kedua orangtuanya. Bagas memang sudah tahu kelemahan Arin. Sangat menyebalkan.

***

"Jadi lo cemburu?"

"Mana ada. Gue gak peduli dia mau dekat sama cowok manapun, tapi jangan sampai ketahuan sama kenalan gue. Karena itu bakal berdampak ke gue juga."

Bagas menceritakan pada Juan mengenai kejadian kemarin di mana dia bertemu dengan Arin bersama cowok lain.

"Oh, jadi lo gak mau kalau lo sama Arin dicurigain hubungannya gak harmonis kayak yang biasa lo tunjukkin ke banyak orang?"

Bagas hanya mengangguk.

"Tapi kan beberapa karyawan lo juga udah tahu. Justru gue tahu dari mereka. Makanya gue maksa lo cerita."

Awalnya memang Bagas tidak ingin menceritakan kejadian tersebut pada Juan, karena itu adalah masalah pribadinya. Tapi karena Juan terus memaksa dan memberitahunya kalau dia sudah mendengar dari karyawannya, jadilah Bagas pun akhirnya memberitahunya.

Bagas cukup kesal karena beberapa karyawannya yang sepertinya senang sekali membicarakan dirinya. Namun Bagas hanya mencoba untuk menahan diri.

"Gue tahu dan gue berusaha gak peduli."

"Gue salut sih sama lo udah tahu sering digosipin sama bawahan, tapi lo gak marah ataupun kasih sanksi."

"Karena yang gue peduli itu hasil kerja mereka, bukan gosip mereka."

Juan manggut-manggut sembari tersenyum. "Panutan banget teman gue. Ya udah, karena rasa penasaran gue udah terjawab sekarang ayo kita lunch."

"Gak, gue lagi gak laper."

***

Bagas mengedarkan pandangannya mencari sosok Arin yang belum juga datang. 

"Bagas."

Bagas menoleh lalu tersenyum. "Pa, ma, Ron."

"Selamat ya, akhirnya bertambah lagi toko kosmetik kamu. Mama bisa dong dapat kosmetik gratis," ucap Rika.

"Mama! Kok malah minta kosmetik gratis sih. Ada-ada aja. Selamat ya, anak papa semoga lancar dan makin sukses," ucap Hery.

"Selamat bang, gue tahu lo hebat."

Bagas melebarkan senyumnya. "Amin. Makasih banyak pa, ma, Ron, udah mau datang. Untuk mama tenang aja, nanti boleh ambil kosmetik yang mama mau."

"Beneran? Baik banget sih kamu. Emang gak salah mama pilih mantu."

Bagas hanya tertawa.

"Oh iya, Arin di mana? Kok gak keliatan?" Hery bertanya ketika menyadari kalau putrinya tidak ada.

"Mungkin masih di jalan, pa."

"Ya udah, kalau gitu kita masuk dulu, ya. Mau liat-liat bentar. Mama penasaran."

"Iya ma."

***

Acara pembukaan toko kosmetik hampir selesai, namun Arin masih juga belum datang. Bagas pun mencoba untuk menghubungi Arin. Panggilannya dijawab, namun bukan suara Arin yang terdengar, melainkan suara seorang cowok yang tampak asing baginya. Entah siapa, tapi Bagas memilih untuk langsung memutuskan panggilannya.

"Gas, Arin mana? Kok sampe sekarang belum nyampe? Kamu udah telfon dia belum?" Rika bertanya.

"Udah, tapi gak aktif nomornya, ma." Bagas berbohong. Tidak mungkin dia memberitahu kalau yang menjawab telepon Arin tadi adalah seorang cowok yang Bagas sendiri tidak tahu siapa.

"Duh, mama jadi khawatir deh. Takut Arin kenapa-napa."

Hery langsung mengusap pundak Rika. "Arin gak akan kenapa-napa kok."

"Maaf, Arin telat." Seketika semuanya langsung menoleh pada Arin.

"Arin. Mama khawatir kamu gak datang. Mama pikir kamu kenapa-napa." Terlihat jelas Rika begitu lega ketika Arin tiba.

"Kamu darimana Rin? Kok ditelfon gak aktif?" Karina bertanya.

"Iya maaf, bun. Tadi hp Arin lowbat makanya gak bisa jawab telfon. Sekali lagi Arin minta maaf ya udah buat semuanya khawatir dan gak ikut acaranya dari awal."

"Gak papa kok, Rin. Yang penting kan sekarang kamu udah sampe di sini dengan selamat. Itu aja udah buat kami lega." Beni menyahut.

***

"Siapa cowok yang tadi di telfon?"

Baru saja sampai di rumah Bagas langsung melontarkan pertanyaan yang sedaritadi ingin sekali dia tanyakan pada Arin.

"Cowok?" Arin tampak berpikir sejenak. Sepertinya tadi Revan menjawab panggilan masuk dari Bagas, tapi kenapa Revan tidak memberitahunya? Apa mungkin dia lupa? "Oh, itu teman."

"Temannya banyak, ya," sindir Bagas.

"Emang teman. Dia cowok yang kemarin kamu liat di restauran."

"Kenapa dia yang angkat telfon?"

"Emang kenapa? Cuma angkat telfon doang dipermasalahin." Alih-alih menjawab pertanyaan Bagas, Arin malah memberikan jawaban yang membuat Bagas kesal.

"Dengar ya, saya tidak peduli kamu mau selingkuh atau apapun, tapi jangan sampai keluarga kita sakit hati karena kelakuan kamu."

Arin berdecih. Sakit hati karena kelakuannya? Memangnya apa yang sudah Arin perbuat? Justru yang membuat keluarga mereka sakit hati bukan dirinya, tapi Bagas. Karena dari awal pria itu tidak pernah menganggap Arin sebagai istrinya. Bahkan, pasangan suami-istri yang harusnya tidur seranjang saja malah pisah kamar. Bukankah keluarga mereka akan marah besar jika mengetahui hal tersebut? Apalagi ketika tahu kalau itu adalah keinginan Bagas.

"Bukannya kamu yang bakal bikin mereka sakit hati? Apalagi kalau tahu selama ini kita cuma pura-pura harmonis di depan mereka. Bahkan mereka gak tahu kalau kita aja gak pernah tidur seranjang." Ucapan Arin seketika membuat Bagas terdiam. Tidak tahu harus merespons apa.

"Kamu tenang aja besok aku bakal minta teman aku buat ketemu sama kamu. Jadi pastiin kamu datang."

******************************

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Cold Husband   CHAPTER 78

    "Gas! Bagas!"Arin mencari Bagas di ruang kerjanya, karena Bagas tidak berada di ranjang, namun dia tidak ada di sana. Arin pun memeriksa ke toilet kalau-kalau Bagas sedang mandi untuk bersiap ke kantor, tapi tetap tidak ada."Apa mungkin di dapur, ya?" Arin segera berlari ke dapur. Tidak mau kalau sampai Bagas memasak lagi yang ada dapur mereka penuh dengan asap dan jadi berantakan.Ketika sampai di dapur, Arin tetap tidak menemukan keberadaan Bagas. Hingga hidung Arin mencium bau hangus. Arin yakin bau hangus ini bukan berasal dari dapur karena tidak ada kompor yang menyala. Arin pun berjalan mencari asal bau tersebut."Kok baunya kayak dari ruang ganti, ya." Kebetulan rumah mereka memiliki satu ruangan yang di biasanya tempat mereka menaruh pakaian-pakaian mereka yang tidak muat di lemari kamar, sekaligus tempat menyetrika pakaian."Setrika!" Arin bergegas ke ruang ganti. Dan ternyata Bagas berada di sana."Gas? Kamu ngapain?"Bagas berbalik, dia terlihat ketakutan melihat Arin. "

  • My Cold Husband   CHAPTER 77

    "Bucin aja terus. Heran gue gak di rumah sendiri, gak di rumah mertua kerjaannya bucin mulu. Gak bosen apa?" sindir Aaron melihat Bagas dan Arin yang sedaritadi mengobrol sembari berpegangan tangan, seolah tak ingin saling melepas satu sama lain."Biarin! Sirik aja lo. Makanya punya cewek.""Kan cewek yang dia suka nolak dia, kak." Safira menimpali membuat Arin tersenyum miring menatap Aaron."Oh iya, ya, lupa gue."Aaron melirik sinis Safira. "Lo tuh gak diajak. Gak usah nyahut.""Yang ada juga lo yang gak diajak. Kerjaan lo tuh cuma gangguin gue sama Bagas tahu gak.""Parah banget lo, kak."Safira menepuk-nepuk pelan pundak Aaron. "Sabar, Ron. Aku yakin kamu pasti bakal dapat cewek yang jauh lebih baik.""Tapi dalam mimpi," sahut Arin lalu tertawa diikuti Safira.Aaron berdecak lalu bangkit berdiri. Ekspresinya terlihat kesal, tapi dia sudah malas untuk menanggapi sang kakak. Ujung-ujungnya dia pasti akan di-roasting lagi."Mau ke mana, Ron?" tanya Bagas."Mau balik. Males gue lama-

  • My Cold Husband   CHAPTER 76

    "Gas." Arin yang baru bangun tidur menghampiri Bagas yang sedang sarapan."Morning, Rin." Bagas menyapa sembari tersenyum lebar."Kok kamu gak bangunin aku? Kan semalam aku udah bilang bangunin agak pagian biar aku buatin sarapan.""Tadinya mau aku bangunin, tapi aku liat kamu tidurnya pulas banget. Makanya aku gak enak buat banguninnya. Lagian aku juga lagi sarapan.""Kamu sarapan apa emang?""Ketoprak."Arin mengernyitkan keningnya. Terkejut sekaligus heran. "Bentar, aku gak salah dengar?" "Emang iya kok. Aku juga beliin buat kamu. Ayo makan dulu," suruh Bagas.Meskipun masih bingung, Arin tetap menurut. Dia menarik kursi lalu mendudukkan bokongnya. "Kok tiba-tiba banget ketoprak? Emang kamu suka makan ketoprak?""Tadinya mau order bubur ayam, terus karena muncul ketoprak di aplikasi aku jadi penasaran pengin nyobain. Dan ternyata enak juga.""Jadi kamu pesan karena belum pernah cobain?"Bagas mengangguk. "Kamu udah pernah makan?""Udah sering."Bagas manggut-manggut. "Syukurlah ka

  • My Cold Husband   CHAPTER 75

    "Ekhem! Guys! Sorry, ya, kalau ganggu sebelumnya, tapi gue sama Juan ada di sini, loh. Bisa gak hargain kita," ujar Ela karena sedaritadi Bagas dan Arin asyik bermesra-mesraan."Tahu nih. Serasa dunia milik berdua yang lain cuma ngontrak," timpal Juan."Makanya jangan jomblo!" ejek Bagas. Seketika Juan melempar tisu bekasnya pada Bagas."Jangan dilempar dong, Juan. Itu kan tisu bekas lo." Arin segera menyeka pipi Bagas yang terkena lemparan tisu bekas Juan."Gue udah nyerah sama mereka. Gue gak kuat," ucap Ela sembari mengangkat kedua tangan. "Sama, gue juga gak kuat.""Gini deh, daripada lo berdua iri sama kita mendingan lo berdua cari jodoh aja." Arin memberi usul."Nikah aja lo berdua." Bagas menimpali."Nah, setuju tuh."Juan dan Ela saling menatap beberapa detik, lalu membuang muka. "Ogah!" "Cie! Kompak banget jawabnya. Fix, kalian berdua jodoh.""Gue tahu lo berdua emang lagi bucin-bucinnya, tapi jangan jadi orang bego lah. Mana mungkin gue mau sama cewek kayak dia."Ela menat

  • My Cold Husband   CHAPTER 74

    "Hmm, enak juga ya ternyata nasi gorengnya.""Iya lah. Kamu ke mana aja baru nyobain." Bagas dan Arin sedang menikmati makan malam mereka di sebuah warung nasi goreng yang tak jauh dari rumah. Karena sedang malas untuk memasak Arin mengajak Bagas makan di warung. Karena Arin sudah pernah membeli nasi goreng tersebut yang ternyata rasanya enak, jadilah dia mengajak Bagas. "Kamu kan tahu aku jarang makan di warung.""Iya sih. Kamu kan makan di cafe sama resto mulu, ya.""Kamu tahu sendiri bunda gimana. Dari kecil selalu ngelarang makan makanan warung sama jajanan kaki lima. Padahal aku pengin banget cobain. Ternyata pas nikah sama kamu aku bisa nyobain makanan yang aku pengin cobain.""Emang kenapa bunda sampe ngelarang?""Dulunya sih enggak, tapi semenjak Fira keracunan karena makan jajanan kaki lima bunda jadi suka parno dan ngontrol banget makanan kita. Bahkan sempat dilarang jajan di kantin sekolah disuruh bawa bekal."Arin manggut-manggut. "Pantesan aku pernah liat Fira makan sio

  • My Cold Husband   CHAPTER 73

    "Good morning." Arin yang baru membuka mata langsung tersenyum saat mendapat sapaan bangun tidur yang begitu hangat.Bagas mengecup kening Arin. "Morning kiss.""Morning kiss." Arin mengecup kedua pipi Bagas secara bergantian.Bagas menunjuk bibirnya. "Di sini enggak?"Arin tersenyum malu sembari menggeleng. "Gak.""Ya udah, kalau kamu gak mau aku aja.""Gak!" Arin segera beranjak dari kasur sebelum Bagas memaksanya. Arin membuka gorden kamar mereka membiarkan cahaya pagi matahari memasuki ruangan kamar mereka."Kamu gak ke kantor, kan?" tanya Arin memastikan. Walaupun memang dia tahu kalau hari ini libur, tapi Arin ingin memastikan. Karena terkadang walaupun libur, Bagas tetap ke kantor. "Gak, kan libur. Ngapain aku ke kantor.""Aku cuma nanya doang. Soalnya kan beberapa kali kamu pernah ke kantor, padahal lagi libur.""Ya itu karena mau selesaiin kerjaan aku yang belum beres." Tidak mungkin Bagas menjawab jujur. Karena waktu itu dia berasalan pergi ke kantor, tapi dia pergi ke rum

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status