Share

CHAPTER 6

Author: MarniHL
last update Last Updated: 2025-01-13 23:03:17

"Gas, itu Arin, kan? Kok dia ada di sini? Itu cowok siapa?" Pertanyaan beruntun diberikan Juan pada Bagas.

Mereka baru saja tiba di sebuah cafe untuk makan siang. 

"Kok malah diam sih? Gimana kalau kita samperin aja?" 

Baru saja Bagas hendak menolak, Arin sudah lebih dulu memanggil mereka.

"Nah, itu dipanggil sama Arin. Ayo." 

Mau tidak mau Bagas mengikuti Juan.

"Mau makan siang, ya?" Arin bertanya. Walaupun sebenarnya masih kesal dengan Bagas, tidak mungkin dia menunjukkan rasa kesalnya pada Bagas di depan Juan dan Revan.

"Iya nih, biasa. Suami lo kalau gak gue samperin ke kantornya mana mau dia makan siang di luar. Ngomong-ngomong tumben di sekitaran sini. Gak ke resto?"

"Iya, ada urusan sedikit. Oh iya, kenalin ini Revan teman SMA gue." Arin memperkenalkan Revan pada Bagas dan Juan.

Revan pun menjulurkan tangannya untuk berkenalan. Juan dengan senang hati menyambut tangan Revan. Namun, Bagas hanya diam ketika Revan ingin berkenalan dengannya.

"Gas." Juan langsung menyikut Bagas agar segera menjabat tangan Revan.

"Ya udah, kalau gitu kita ke sana dulu, ya, mau pesan makan dulu. Kalian lanjut aja," ucap Juan.

"Gabung aja sama kita. Kebetulan saya sama Arin juga udah selesai kok urusannya," kata Revan.

"Gak apa-apa, nih? Kita jadi gak enak."

"Gak apa-apa. Iya kan, Rin?"

***

"Oh, jadi Pak Revan mau buka restauran dan minta bantuan Arin?"

Pertanyaan Juan langsung diangguki oleh Revan.

"Iya, soalnya kan Arin udah lebih dulu kan makanya mau minta tips ke yang lebih senior. Biar ngerti gitu. Soalnya kan punya restauran juga gak gampang ngelolanya. Salah dikit bisa tutup."

"Iya sih, emang gak gampang. Makanya gue juga salut sama Arin. Walaupun kuliahnya bukan bisnis, tapi bisa nerusin bisnis orangtuanya," ujar Juan.

Arin tersenyum. "Ya, gue juga belajar."

"Kenapa ketemuan di sini?" Mereka seketika langsung menatap Bagas.

"Kenapa gak ketemuan di resto kamu aja? Emang gak ke resto hari ini?" Kali ini Bagas bertanya lebih jelas agar ketiganya tidak bingung.

"Habis ini mau ke resto kok. Tadi nemenin Revan ngecek proses pembangunan restonya. Kebetulan gak terlalu jauh dari sini. Habis ngecek kita mampir ke sini buat makan siang." Arin menjelaskan.

"Terus kamu ke sana naik apa? Bawa mobil gak? Kalau gak biar aku anterin."

"Aku bawa mobil kok."

"Kalian kan serumah masa lo gak tahu Arin tadi berangkat bawa mobil apa enggak sih?" heran Juan.

"Tadi Bagas berangkat duluan makanya gak tahu."

"Kalau diliat-liat muka lo mirip sama Pak Bagas, Rin. Pantes jodoh. Sama-sama pebisnis lagi." 

Arin yang sedang minum seketika tersedak mendengar ucapan Revan.

"Setuju gue, mirip banget." Juan menimpali.

"Minumnya pelan-pelan." Bagas menepuk-nepuk pelan punggung Arin.

"Gak mirip ah, lo ada-ada aja, Van."

***

"Mbak Arin, pak Bagas ada di luar."

Arin seketika mengernyitkan keningnya. "Pak Bagas? Kenapa gak suruh dia masuk?"

"Tadi udah disuruh mbak, tapi katanya tunggu di luar aja. Soalnya mau jemput mbak Arin."

"Ya udah, makasih ya." 

Arin pun keluar untuk menghampiri Bagas.

"Ngapain ke sini? Mau ngomong soal Revan lagi? Kalau soal itu maaf, tapi lagi gak ada waktu."

"Saya ke sini mau jemput kamu. Bunda nyuruh kita makan malam di rumah."

"Kenapa gak chat aja? Lagian nanti mobil saya gimana?" tanya Arin.

"Nanti mobil kamu saya suruh orang buat bawa pulang ke rumah."

"Anda belum jawab pertanyaan saya."

"Bunda udah nunggu daritadi. Saya gak mau bikin bunda marah lagi."

Arin berdecak. Bagas benar-benar menyebalkan. Kalau bukan karena bunda, sudah pasti Arin menolak. "Ya udah, tunggu bentar."

***

"Akhirnya kalian datang juga. Ayo masuk." Karina begitu senang menyambut kedatangan Bagas dan Arin.

"Bun, aku bawain kue. Ini menu dessert baru di resto. Nanti bunda cobain terus kasih saran ya apa yang kurang. Biar Arin nanti evaluasi lagi."

"Makasih ya, sayang. Bunda yakin pasti enak banget ini. Ayo, papa sama Fira udah nungguin di dalam."

"Em, bun, Arin ke toilet bentar, ya. Mau cuci tangan."

"Iya, nanti abis cuci tangan langsung ke meja makan, ya."

Bagas pun mengikuti Karina ke meja makan.

"Mas, kak Arin mana?" tanya Safira.

"Loh, kenapa? Mas Bagas sama kak Arin berantem?"

"Enggaklah. Kita baik-baik aja kok." Arin menghampiri.

Safira seketika tersenyum ketika melihat Arin. "Aku pikir kak Arin gak datang."

"Datang dong." Pandangan Arin seketika teralihkan pada berbagai makanan yang ada di meja makan. "Banyak banget makanannya, bun. Arin tiba-tiba jadi laper. Mana kesukaan Arin semua lagi."

"Dari sore bunda udah repot nyiapin semuanya katanya gak sabar mau makan sama kalian." Beni menyahut.

"Beneran bun? Arin jadi gak enak, nih."

"Gak papa dong. Justru bunda senang. Ayo makan. Kalian pasti udah laper, kan."

***

"Mau ngomong apa?" tanya Bagas.

Setelah makan malam, Safira menarik Bagas ke kolam renang karena ada hal yang ingin dia bicarakan dengan Bagas. Sedangkan Arin sedang sibuk mengobrol dengan Karina dan Beni. 

"Mas mau sampe kapan pura-pura kayak gini di depan kita?"

Bagas menatap Safira bingung. "Pura-pura apa?"

"Fira tahu kalau mas selama ini cuma pura-pura bersikap romantis sama kak Arin di depan kita semua. Di belakang kita mas Bagas malah cuek dan dingin sama kak Arin."

"Arin yang bilang ke kamu?"

Safira menggeleng. "Kak Arin gak pernah bilang apapun soal rumah tangga kalian. Mas Bagas mau sampe kapan kayak gini? Emang gak capek? Mas Bagas emang gak peduli gimana perasaan kak Arin?"

"Mendingan kamu fokus sama kuliah kamu. Mas bisa urusin rumah tangga mas sendiri."

"Aku bukan mau ikut campur urusan pribadi mas Bagas. Aku cuma gak mau ayah sama bunda kecewa. Apa mas Bagas kayak gini karena masih mikirin perempuan itu? Mas harusnya sadar kalau dia ...."

Ucapan Safira terjeda karena tiba-tiba Karina menghampiri mereka. "Bagas, Fira. Kok malah di sini? Ayo ke dalam. Kita mau cobain dessert nya Arin."

"Iya bun."

"Mas minta kamu lupain obrolan kita tadi. Dan jangan bilang ke Arin kalau kamu udah tahu," bisik Bagas pelan agar tidak terdengar oleh Karina.

Safira hanya diam. Padahal orang pertama yang dia beritahu adalah Arin. 

******************************

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Cold Husband   CHAPTER 117

    "Pak Bagas."Bagas yang hendak menuju lift menghentikan langkahnya sejenak. Lalu menoleh."Pak, ini ada kiriman makanan." Karyawan resepsionis Bagas menghampirinya sembari membawa paper bag berukuran sedang."Dari siapa? Istri saya?" tanya Bagas."Kalau tidak salah dari Bu Gita, pak."Ekspresi Bagas seketika berubah datar. "Buat kamu saja.""Baik pak." Bagas pun menekan tombol lift, lalu masuk ke dalam. Bagas benar-benar tidak habis pikir dengan Gita. Untuk apa dia bersikap seperti ini? Padahal hubungan mereka sudah berakhir. Bagas berjalan menghampiri Diana. "Diana.""Iya pak?""Nanti kamu tolong bilang ke resepsionis untuk jangan pernah terima barang apapun dari Gita.""Baik pak. Nanti akan saya sampaikan.""Oke, makasih." Bagas kemudian masuk ke dalam ruangannya. Bagas mendudukkan bokongnya di kursi. Dia memejamkan matanya sejenak sembari memijat pelipisnya. "Masuk," ucapnya ketika mendengar pintu ruangannya diketuk."Capek, ya?"Bagas langsung membuka matanya saat mendengar sua

  • My Cold Husband   CHAPTER 116

    Arin membuka pintu ruang kerja Bagas dengan sangat pelan dan hati-hati. Arin tidak langsung masuk, melainkan dia mengintip sejenak karena takut mengganggu Bagas."Kenapa Rin?"Arin cukup terkejut karena ternyata Bagas tahu kalau sedaritadi dia sedang mengintip. Arin pun perlahan membuka pintu sedikit lebih lebar. "Boleh masuk?""Boleh. Kenapa enggak?"Arin pun mendekati Bagas yang sedang berkutat dengan beberapa dokumennya. "Kamu lagi sibuk banget, ya?""Lumayan.""Aku ganggu, ya?"Bagas menggeleng. "Kenapa?""Kamu mau kopi? Atau snack buat nemenin kamu kerja?" tawar Arin."Em, kayaknya enggak deh."Arin manggut-manggut. "Maafin aku, ya.""Kenapa tiba-tiba minta maaf?" Kening Bagas mengerut."Aku udah nyuruh kamu buat ketemu sama Gita. Padahal aku tahu banget kalau kamu gak mau ketemu sama dia.""Aku tahu niat kamu baik kok. Kamu kan bilang kalau aku terus-terusan menghindar, aku bakal selamanya terjebak dimasa lalu.""Iya, tapi harusnya aku gak desak kamu buat ketemu dia sekarang. Ka

  • My Cold Husband   CHAPTER 115

    "Thank you, ya, kalian udah mau makan bareng. Akhirnya rasa kangen gue terobati. Gue senang banget," ucap Gita ketika mereka selesai makan."Sama-sama, Git. Saya juga senang kok bisa makan makan bareng kamu dan ngobrol-ngobrol.""Thanks ya, Rin, udah mau bantuin saya buat ngajak mereka. Soalnya mereka kan susah banget buat dihubungi."Arin manggut-manggut. "Iya, wajar sih mereka kan orang kantoran jadi emang suka sibuk banget. Jarang ada waktu.""Dulu waktu kuliah, masih sering banget ngumpul terus jalan-jalan. Karena gak sesibuk sekarang."Ela memutar bola matanya malas. Sudah tidak betah mendengar setiap omongan yang keluar dari mulut Gita. "Em, sorry, tapi kayaknya gue harus balik sekarang deh. Mau nemenin nyokap pergi," ucap Ela."Gue juga harus balik." Juan bangkit berdiri. "Duluan ya, sorry, gak bisa lama-lama.""Iya gak papa, sekali lagi makasih ya udah mau datang."Juan hanya mengangguk."Rin, Gas, duluan, ya." Ela berpamitan hanya pada Bagas dan Arin, tidak dengan Gita."Hati

  • My Cold Husband   CHAPTER 114

    "Gas? Ayo. Kok malah diam?" Arin yang sudah berjalan lebih dulu membalikkan badan begitu menyadari kalau Bagas tidak ikut jalan.Bagas masih diam di tempatnya. Dari ekspresinya terlihat jelas kalau Bagas tidak berniat masuk ke dalam restauran tersebut. Kalau saja bukan karena Arin yang meminta, tidak mungkin Bagas berada di sini. Karena Bagas tidak mau bertemu dengan Gita."Kita pulang aja, ya.""Kita udah sampai sini kok malah minta pulang, sih? Buruan. Gak enak, udah ditungguin sama Gita."Karena Bagas tak kunjung bergerak, Arin langsung menarik lengannya. "Rin ....""Udah, gak papa, kan ada aku. Kamu diam aja kalau gak mau ngomong. Kalau kamu terus-terusan menghindar sama aja kamu buat dia mikir kalau kamu belum move on dari dia. Kamu gak mau dia mikir kayak gitu, kan?"Bagas hanya menggeleng."Ya udah, ayo." Bagas pun akhirnya melanjutkan langkahnya, meskipun terlihat ragu.***"Hai, udah nunggu lama, ya?" tanya Arin.Gita menoleh, kemudian tersenyum. "Hai. Gak kok, saya juga bar

  • My Cold Husband   CHAPTER 113

    "Sayang, kamu hari ini ke mana aja?"Arin yang sedang menata meja untuk makan malam menoleh pada Bagas. "Gak ke mana-mana kok. Cuma di resto aja. Kenapa?""Beneran gak ke mana-mana?" tanya Bagas lagi."Iya Gas. Kamu kok kayak gak percaya gitu sih?" "Kamu bukannya ketemu sama Gita?"Arin tertegun sesaat. Darimana Bagas tahu kalau dia bertemu dengan Gita? Apa Gita memberitahu Bagas? Padahal, Arin berniat tidak mau memberitahu Bagas, tapi kalau Bagas sudah tahu dia tidak mungkin menyangkal."Iya, aku tadi ketemu sama Gita, tapi ketemu di resto. Dia datang ke resto terus ngobrol. Gita bilang sama kamu?"Bagas menggeleng. Lalu menunjukkan kartu nama Gita. "Aku tadi ngeliat kartu namanya di meja ruang tv.Arin lupa kalau dia tadi sempat mengeluarkan kartu nama Gita dari tasnya."Iya, dia tadi kasih ke aku. Katanya dia mau ngajak kita makan-makan. Soalnya udah lama gak ngumpul bareng kamu sama Juan.""Kamu masih gak bilang ke dia kalau kamu udah tahu siapa dia?"Arin mengangguk."Kenapa?"

  • My Cold Husband   CHAPTER 112

    "Masuk." Pintu ruangan Arin terbuka. "Permisi mbak, ada tamu. Katanya pengin ketemu sama mbak Arin.""Siapa?""Gak tahu, mbak, tapi orangnya cantik.""Oke, makasih, ya, Tin.""Sama-sama, mbak. Saya permisi."Arin berpikir sejenak. Siapa yang ingin bertemu dengannya disiang hari seperti ini? Tidak mungkin Ela, karena semua karyawannya sudah mengenal Ela. Safira juga tidak mungkin. Tidak mau berpikir lama, Arin pun keluar dari ruangannya untuk menemui orang tersebut.Arin melangkah menuju meja tempat orang tersebut menunggunya. Karena orang itu duduk membelakanginya, Arin tidak bisa langsung mengenalinya."Permisi.""Hai Arin!"Arin yang semula tersenyum langsung terdiam. Gita? Bagaimana bisa Gita tahu restaurannya?***"Keren ya kamu punya restauran sendiri.""Kebetulan ini restauran orang tua saya. Saya cuma bantu ngurus aja."Gita manggut-manggut. "Kamu kok bisa tahu restauran saya?" Arin bertanya."Dulu saya pernah ke restauran ini sama orang tua saya dan makanannya enak-enak. Keb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status