Share

24. Ajakan Bareng

Aku menatap penuh minat pada lelaki tampan yang kini duduk di depan Bapak. Sesekali dia tertawa bersama Bapak dan Ibu. Ada saja yang dia bicarakan bersama kedua orang tuaku. Kecuali satu, melamarku. Jiah! Itu sih karepku bukan karepnya.

“Nak Andro asli Jakarta?”

“Iya, Pak. Tapi kata Papah, buyutnya Papah itu keturunan Chinese dan Palembang. Kalau Mamah Asli Solo.”

“Oooo.”

“Sering ke Solo?”

“Jarang, soalnya orang tua Mamah sudah meninggal semua. Beliau juga anak tunggal. Sementara keluarga Solo juga sudah banyak yang merantau di Jakarta dan Jawa Barat. Makanya jarang ke Jawa.”

“Oooo.”

Mereka terus saja mengobrol, sementara aku hanya diam, duduk di kursi paling pojok setelah mengantarkan soto yang dibeli Pak Andro ke rumah BIP dan Bu Risa. Sementara yang beliin masih asik ngobrol sama ngopi bersama Bapak.

“Maafin Kania ya Nak kalau selama bekerja, anaknya sering nyusahin Nak Andro. Kania itu ya begitulah adanya. Tapi meski begitu, Bapak bangga sama dia. Anaknya gak pernah ngeluh, gak pe
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status