"Besok aku jemput ya?"
"Maaf Pak, sebaiknya bapak jangan dekat-dekat dengan Saya. Saya tidak enak jika nanti ada murid yang lihat," ucap Naya saat sudah sampai didepan rumah nya.
"Kenapa kamu harus peduli?"
"Maaf Pak saya harus masuk sekarang," Sahut Naya langsung masuk kedalam rumah nya sebelum pak Arka menahannya.
,,,,,,,,,
Keesokan harinya, di jam pertama pelajaran nasib sial rupanya sudah menghampiri Naya. Gadis itu terus bergerak gelisah membuat Juna yang duduk dibelakangnya kebingungan."Kamu kenapa. Nay?" tanya Juna.
"Juna, buku tugasku ketinggalan dirumah," bisik Naya dengan wajah panik nya. Oh ayolah pagi ini dia harus mengumpulkan tugas dari Pak Arka. Kalian pasti tahu kan bagaimana nasib nya jika tidak mengumpulkan tugasnya?
"Selamat pagi anak-anak."
Jantung Naya seakan berhenti saat itu juga setelah melihat kedatangan Pak Arka.
"Kumpulkan tugas yang sudah Saya berikan kemarin," perintah Pak Arka dengan nada dingin dan juga tegas membuat detak jantung Naya semakin tidak beraturan.
"Bagaimana ini, aku bisa habis ditangan guru gila itu."
Naya menoleh saat mendengar Juna memanggilnya sambil mendorong pelan kursinya "Ini," ucap pria itu menyerahkan buku tugasnya.
"Ini apa?" Gadis itu terkejut saat membuka buku tugas yang Juna berikan. Dihalaman paling depan ada nama dirinya. Kebetulan Juna mengganti buku tugas nya dengan yang baru karena yang sebelumnya sudah penuh, dia belum sempat memberi nama pada buku tugas nya. Karena tidak tega melihat Naya dihukum nanti jika tidak mengumpulkan tugas, akhirnya Juna menulis nama Naya dibuku tugas nya.
"J-Juna ini..."
"Ada apa Nayena Lim, Juna prawira? Apa yang kalian bicarakan?" tanya Pak Arka.
"Mana buku tugas mu, Nay," lanjutnya meminta buku tugas Naya.
Setelah semua sudah terkumpul, pak Arka mulai menghitung buku tugas yang terkumpul "Kurang 1 ? Ada yang belum mengumpulkan tugas?"
Naya sudah ingin mengangkat tangannya tapi keduluan Juna "Saya Pak."
"Kamu? Wah ketua kelas sekaligus ketua osis tidak mengerjakan tugas?"
"Maaf pak saya lupa."
"Lupa? Kamu tahu kan apa peranmu di kelas dan sekolah ini? Dan Kamu juga pasti tahu kan apa yang akan kamu dapatkan karena tidak mengumpulkan tugas?"
"Iya Pak, saya mengerti. Maafkan Saya."
"Keluar dari kelas! Lari Keliling lapangan utama 50x!"
Naya beserta murid lainnya terkejut mendengar hukuman yang diberikan untuk Juna.
"Pak itu terlalu berlebihan," sahut Naya membuat pak Arka langsung menatapnya tajam.
"Kenapa Nay? Kamu ingin Saya menambah hukamannya?"
"Juna, keluar sekarang dan jalankan hukumanmu atau Saya akan menambah hukumanmu!"
"Baik Pak," balas Juna langsung beranjak dari bangku nya, keluar dari kelas menuju lapangan utama untuk menjalankan hukuman.
"Semuanya buka buku halaman 42."
Selama pelajaran, Naya tidak bisa fokus sama sekali. Dia sering melirik keluar jendela melihat Juna yang sedang berlari mengelilingi lapangan ditengah cuaca yang sangat panas.
BRAK!!Tiba tiba sebuah penghapus papan tulis terlempar kearah Naya, hampir saja mengenai wajahnya "Kamu ingin keluar dari kelas atau mengikuti pelajaran ku, Nayena Lim!""M-maaf pak."
"Maju kedepan, kerjakan soal nomor 15."
"Apa?"
"Kamu tuli ?"
"B-baik Pak."
Selagi Naya mengerjakan soal di papan tulis, pak Arka melirik kearah Juna yang terlihat mulai lelah "Itulah akibatnya jika kamu berani dekat dan menyentuh wanitaku," batin pak Arka.,,,,,,,,,,,
Setelah jam istirahat berbunyi Naya langsung berlari ke lapangan untuk melihat keadaan Juna. Bersamaan dengan itu Juna baru saja menyelesaikan hukumannya. Kini dia duduk disalah satu bangku dipinggir lapangan. Jangan lupakan keringat yang membasahi wajah dan seragamnya, bahkan dia terlihat kesusahan untuk mengatur nafasnya ."Ini minum dulu."
Juna menoleh, melihat Naya yang entah sejak kapan duduk disampingnya sambil menyerahkan sebotol air dingin untuk nya. Karena merasa sangat lelah pria itu langsung menerima minuman itu, meneguk nya hingga habis tak tersisa.
"Juna terlihat sangat tampan, astaga Nay apa yang kamu pikirin sih. Aish jangan jangan aku mulai tertular mesum dari guru gila itu, tidak tidak," batin Naya sambil menggelengkan kepalanya.
"Th- hanks Nayh," ucap Juna yang masih susah mengatur nafas nya.
"Iya. Hmm Juna maaf, gara-gara aku kamu jadi dihukum. Seharusnya kamu tidak membantuku tadi, biadkan Aku saja yang di hukum. Maaf."
Juna diam sejenak sampai nafas nya benar-benar kembali normal. "Gapapa. Aku tidak mungkin membiarkan temanku dihukum apalagi Kamu perempuan. Anggap saja aku sekalian olahraga hehe sudah lama aku tidak olahraga," Balas Juna yang langsung mendapat pukulan dari Naya tepat di bahunya hingga membuat pria itu meringis.
"Eh, sakit ya? Aduh maaf,Ju."
"Gak kok Nay aku cuman bercanda."
"Ish dasar. Udah itu minum lagi."
"Udah habis Nay."
"Oh iya hehe mau aku beliin lagi ?"
"Gausah, thanks ya."
"Kamu masih berani dekat dengannya Nay? Oke, aku akan membuat Juna semakin tersiksa sampai Kamu berhenti dekat dengannya," gumam pak Arka tak suka melihat Juna dan Naya yang tertawa bersama.,,,,,,,,,,,,,,
Naya baru saja mengumpulkan buku ke ruangan guru, beruntung ruangan pak Arka terpisah dengan ruangan guru lain jadi dia bisa mengumpulkan semua buku tanpa takut sama sekali."Naya!"
Baru beberapa menit bernafas lega, jantung Naya sudah dibuat bekerja extra lagi setelah mendengar suara seseorang yang menurutnya lebih seram dari suara hantu. Seolah tidak mendengar apapun Naya memilih untuk melanjutkan langkahnya lebih cepat.
"Naya!"
Naya tidak perduli, dia terus melangkahkan kakinya cepat.
"Nayena Lim berhenti!!"
Detak jantung Naya semakin berdetak kencang begitu mendengar langkah kaki yang semakin mendekat.
"Oh Pak kepala sekolah."
Pak Arka menghentikan langkahnya begitu mendengar Naya memanggil pak kepala sekolah yang notabenenya adalah kakeknya.
"Maaf Pak kepala sekolah."
"Oh iya ada apa ?"
"Hmm S-saya Naya. Salah satu murid disini."
"Iya aku tahu, kamu memakai seragam sekolah ku. Ada apa Nay ?"
Naya tampak kebingungan untuk menjawab apa, tujuannya memanggil Pak kepala sekolah yang tak sengaja lewat hanya untuk menghindar dari pak Arka.
"Naya, ada apa? Aku sedang buru-buru ingin pergi."
"Hmm, bapak ingin kedepan? Mari Saya antar. Mari pak, saya hanya ingin memastikan bapak selamat sampai depan."
"Terima kasih Naya, aku pergi dulu. Kamu kembali lah ke kela mu," ucap pak kepala sekolah setelah sampai dilobby sekolah.
"Baik pak, Hati hati dijalan."
"Hufft untung saja Aku bisa menghindari guru gila itu. Aku harus kembali ke kelas sebelum dia menemukanku lagi," gumam Naya setelah kepsek itu pergi dengan mobilnya.
Saat hendak berbalik badan, tiba-tiba dia menabrak dada seseorang yang terlihat lebih tinggi dari nya. "Mau kabur kemana lagi kamu, Naya? Siapa yang Kamu panggil guru gila?"
"P-pak Arka ?"
1 tahun kemudian... Dengan langkah cepatnya Arka berlari Menyusuri lorong rumah sakit. Pria itu tidak berhenti merapalkan doa berharap tidak akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada istrinya. Beberapa saat yang lalu saat ia sedang melaksanakan meeting bersama kliennya, tiba-tiba ibunya menghubunginya dan mengatakan jika Naya akan melahirkan. Tepat setelah mendapat kabar itu Arka langsung pergi ke rumah sakit.Sesampainya diruang bersalin, Arka melihat kedua orang tuanya dan juga Ibu Naya duduk di depan ruang tunggu sambil menangis. Dengan cepat pria itu langsung menghampiri mereka "Pa, ma, bu, dimana Naya? Bagaimana keadaannya?" Tanyanya dengan raut wajah paniknya."Arka, kamu sudah datang. Sebaiknya kamu masuk ke dalam, sejak tadi Naya terus berteriak memanggil namamu. Temani ia bersalin, nak. Kuatkan dia," ucap ibu Arka.Arka mengangguk sebelum kemudian masuk ke dalam ruang bersalin, di dalam ruangan ia melihat Naya yang tampak kesakitan berusaha untuk melahirkan anak perta
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggupun datang. Hari ini Naya dan Arka akan melangsungkan janji suci pernikahan. Dengan balutan dress berwarna putih bersih, Naya tampak begitu cantik dan anggun. Tanpa ada seseorang di sampingnya, Naya berjalan pelan memasuki altar. Beberapa tamu undangan yang melihatnya terlihat kagum akan kecantikannya. Di ujung, Arka berdiri dengan gagahnya menunggu sang calon istri. Begitu sampai di depannya, Arka menarik salah satu tangan Naya, menggenggamnya dan membawanya berjalan menuju sang pendeta. Acara janji suci pun dimulai. Diawali dengan ucapan janji suci pernikahan dan dilanjutkan dengan acara pertukaran cincin. Kedua orang tua Arka serta Ibu Naya dan teman-teman Mereka terlihat terharu melihat bagaimana haruya acara pemberkatan itu dilaksanakan. Ibu Naya yang melihat putri satu-satunya kini telah sah menjadi istri orang terlihat tidak bisa menahan air matanya. Wanita Paruh baya itu sedih karena tidak bisa menghadirkan sosok ayah di saat Naya melangsungk
Tidak terasa hari yang ditunggu pun akhirnya besok tiba. Hari ini adalah hari terakhir Arka dan Naya dipingit sebelum besok mereka mengucapkan janji suci pernikahan. 3 hari tidak bertemu dengan Naya membuat Arka sangat frustasi. Pria itu terlihat sangat merindukan calon istrinya bahkan beberapa kali ia berniat ingin mendatangi Naya diam-diam namun niatnya itu harus tertangkap basah oleh ibunya. "Arka! Harus berapa kali sih mama bilang, sabar nak. Besok juga kamu bertemu dengan Naya. Kenapa kamu sangat sulit diberitahu sih?" marah sang ibu pada Arka yang lagk-lagi tertangkap basah ingin pergi dari rumah menemui Naya. Sang ayah yang juga berada disana hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang anak. Ayah Arka sendiri tidak ikut memarahi Arka karena pria itu tahu dan sudah merasakan bagaimana rasanya menahan rasa rindu. Dulu sebelum menikah dengan ibu Arka, Ayah Arka juga menjalani masa pingitan. Namun dulu ia harus menahan 1 minggu tidak bertemu dengan istrinya. "Ma, kenapa si
2 minggu kemudian....Sesuai ucapannya waktu itu, 1 minggu sebelum pernikahan Naya, Juna dan Yuna akan berangkat ke jakarta. Malam ini mereka akan berangkat ke jakarta sesuai tiket yang sudah dipesan oleh Juna. Sebelum berangkat ke bandara, mereka memutuskan untuk mampir membeli kado pernikahan terlebih dulu karena takut jika tidak akan sempat membeli kado nantinya di jakarta.Disebuah toko brand ternama yang berada didalam mall, Yuna terlihat sibuk mencari kado mana yang ingin ia beli untuk Naya. Wanita itu sangat bingung ingin membeli apa mengingat Naya merupakan orang yang sangat simple. Naya tidak mungkin menyukai sesuatu yang mewah."Permisi, ada yang bisa dibantu?" tanya salah satu pegawai toko itu."Oh, begini mbak. Saya ingin membeli kado pernikahan untuk teman saya. Orang nya itu tidak terlalu suka sesuatu yang mewah, kira-kira mbak ada saran nggak ya?" balas Yuna. Walaupun sebenarnya wanita itu malu menanyakan hal itu, tapi ia terpaksa bertanya daripada menghabiskan waktunya
"Kamu sudah mengirim undangan pada Juna dan Yuna?" tanya Naya. Saat ini gadis itu sedang dalam perjalanan pulang setelah bertemu dengan desainer yang merancang gaun serta jas pernikahannya dengan Arka.Semalam Naya sudah meminta Arka untuk mengirim undangan pernikahan mereka pada Juna dan Yuna melalui email. Tapi tampaknya Arka lupa mengirimnya. Jika sudah, pasti Yuna atau Juna akan langsung menghubungi Naya, tapi nyatanya tidak. Berarti itu tandanya Arka belum mengirim undangan itu pada Juna dan Yuna."Aku lupa, nanti sampai rumah aku kirim. Oh iya, malam ini menginap di apartemenku lagi?" Naya menggeleng, beberapa hari ini mereka memang sering menginap di apartemen untuk mengurus semua persiapan pernikahan mereka. "Sepertinya malam ini aku tidur di rumah. Kasihan ibu dirumah sendirian.""Bagaimana kalau aku yang menginap di rumahmu? Selama ini aku belum pernah menginap di rumahmu. Hitung-hitung sekalian pendekatan dengan ibumu.""Aku akan tanyakan pada ibu dulu."Arka mengangguk.
"Menikah? Bulan depan?"Kedua orang tua Arka dan ibu Naya tampak terkejut saat mendengar Arka mengatakan jika ia dan Naya ingin menikah bulan depan. Semalam setelah berdiskusi berdua, akhirnya mereka memutuskan untuk menikah bulan depan. Maka dari itu Naya langsung menghubungi ibunya dan memintanya pulang untuk membahas masalah ini dengan orang tua Arka."Arka, kamu tidak berbuat hal terlarang pada Naya kan?" tanya ayah Arka. Pria paruh baya itu berfikir jika mungkin anaknya sudah berbuat hal terlarang pada Naya, maka dari itu Arka mendadak ingin menikahi Naya.Ibu Naya yang kebetulan duduk disamping ibu Arka cukup terkejut dengan ucapan ayah Arka. Wanita paruh baya itu bahkan langsung menatap Naya sambil meminta penjelasannya, apakah yang dikatakan ayah Arka itu benar atau tidak.Dengan panik Arka dan Naya pun menggeleng. Walaupun mereka sering tinggal satu apartemen yang sama, tapi mereka tidak pernah melakukan hal itu. "Tidak, pa. Aku dan Naya tidak mungkin melakukannya sebelum re