Saking fokus nya belajar bersama, Naya dan Juna sampai tidak sadar bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Ngomong;ngomong jam pelajaran terakhir kosong jadi mereka bisa belajar di perpustakaan.
"Tuhkan bener udah sepi," ujar Naya setelah keluar dari perpustakaan bersama Juna.
"Aku nggak denger bel pulang tadi,Nay.""Jihan pasti udah pulang deh. Terus Aku pulang nya gimana," gumam gadis itu meratapi nasib sial yang kembali menghampirinya.
"Bareng Aku aja." Sahut Juna berhasil membuat gadis itu langsung menoleh kearahnya.
"Beneran gapapa? Nggak ngerepotin kamu?"
"Nggak lah. Lagian tadi Kamu berangkat bareng Aku jadi pulang bareng juga sekalian."
"Yaudah deh boleh daripada jalan kaki hehe."
Belum sampai di parkiran, langkah mereka harus terhenti saat mendengar suara seseorang memanggil nama Juna.
"Loh Yuna kamu belum pulang ?"
"Juna Aku pulang bareng Kamu ya? Supir ku nggak bisa jemput."
Gadis yang baru saja memanggil Juna itu adalah Yuna, kekasih Juna. gadis itu termasuk siswi populer disekolah ini. Cantik, tinggi, baik, pintar dan juga wakil ketua osis.
"Tadi Aku lihat motor kamu masih di parkiran jadi aku tungguin kamu deh. Aku bareng kamu ya ?"
"Hmm aku udah terlanjur janji pulang duluan sama Naya."
"Naya? Naya siapa ?" tanya yuna bingung .
"Ini Naya, temen sekelasku. Nay, kenalin ini Yuna," sahut Juna.
"Halo. Aku Yuna, pacar Juna," sapa yuna mengulurkan tangannya.
"Naya."
"Jadi ini pacar Juna? Cantik banget. Cocok sama Juna," batin Naya tiba-tiba insecure dengan kekasih Juna.
"Jadi ini kamu gabisa anterin aku pulang ya?"
"Kamu pulang bareng Yuna saja, Jun. Gapapa kok aku bisa pulang sendiri," sahut Naya. Mana mungkin dia pulang bersama pacar orang. Apalagi pacarannya ada disini juga. Bisa habis dia digosipin jadi pelakor nanti.
"Kamu yakin,Nay? Tapi nanti kamu pulang nya gimana?"
"Gapapa kok kamu tenang saja."
"Na, maaf ini tadi pagi Naya berangkat bareng aku karena hari ini kan supir bus pada mogok kerja. Terus pulang nya juga kan gada bus. kasihan Naya kalau gada tumpangan."
"Hmm gini, Nay. Gimana Kalau Juna anterin aku pulang dulu? Kebetulan rumahku deket kok. Nanti habis itu biar Juna anter kamu pulang. Gimana ?" saran Yuna.
"Tapi Na Aku nggak enak sama Kamu."
"Yaelah Nay gapapa kali. Aku percaya sama Juna kok."
"Iya Nay gitu aja deh ya. Sekarang Aku antar Yuna pulang dulu, kamu tunggu di pos satpam depan gapapa kan?"
Naya hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Aku duluan ya Nay," pamit Yuna sambil tersenyum ramah kearahnya.
"Yuna baik banget, pantesan Juna suka sama dia. Mereka cocok sama sama baik," batin Naya merasa tak enak karena pernah punya pikiran untuk mendekati Juna.
,,,,,,,,,,,,,
Seperti yang diperintahin Juna tadi, sekarang Naya sedang berada di pos satpam depan sekolah menunggu Juna datang."Naya."
"Juna kamu kok udah, Pak Arka?" Naya pikir yang baru saja memanggilnya itu Juna tapi ternyata Pak Arka, guru gila nya.
"Juna? Kamu kira Aku Juna?" tanya Pak Arka dengan nada tak suka nya.
"Em m-maaf Pak saya pikir Bapak Juna."
"Ayo pulang."
"P-pulang?"
"Iya pulang. Kamu mau disini sampai malam? Boleh saja sih atau mau menginap disini? Aku temani."
"Maaf Pak Saya pulang dengan Juna. Dia sebentar lagi datang."
"Kamu yakin ? Sudah ayo pulang denganku. Aku masih baik baik nawarin Kamu ya sebelum Aku paksa."
"Maaf Pak tapi Saya benar-benar ingin menunggu Juna saja. Lebih baik bapak pulang duluan."
"Baiklah, 5 menit. Kalau sampai 5 menit lagi Juna belum datang, mau gamau Kamu harus ikut aku."
Ditempat lain Juna menuntun motornya mencari tukang tambal ban terdekat karena tiba-tiba ban motor nya bocor. Sial padahal tadi baik-baik saja saat mengantar Yuna pulang.
,,,,,,,,,,,
"Maaf Pak tapi ini bukan jalan kerumah Saya," pada akhirnya Naya terpaksa ikut pulang bersama guru gila nya karena sudah lebih dari 5 menit Juna tidak kembali.
"Kita makan siang dulu."
"Pak Saya mau langsung pulang saja. Bapak bisa turunkan Saya disini lalu silahkan pergi makan."
"Kalau Aku tidak mau bagaimana? aku mau Kamu temenin aku makan."
"Tapi pak saya..."
"Pilih temenin aku makan atau kamu yang jadi makananku?"
Oke Naya langsung kicep, dia sudah hafal dengan sifat mesum guru gila nya ini jadi lebih baik dia turuti saja dari pada terjadi hal yang tidak-tidak. Sesampai nya di tempat makan, Naya hanya diam. Gadis itu benar-benar ingin segera pulang kerumah.
"Kamu mau pesan apa ?" tanya Pak Arka.
"Saya tidak lapar."
"Yakin ? Makanan disini enak-enak loh."
"Saya tidak lapar pak..."
KRYUK.....
pak Arka tersenyum saat mendengar bunyi perut Naya "Masih malu-malu saja. Yasudah kalau tidak mau pesan, kita bisa makan sepiring berdua. lebih romantis dan enak."
"Saya pesan nasi goreng!" seru Naya sebelum pelayan itu pergi.
Malu karena dikira gengsi jauh lebih baik dari pada makan sepiring berdua dengan guru gila nya yang terlewat mesum itu.
Keduanya makan dengan sangat hening. Sejak tadi pak Arka tidak berheti menagap Naya yang sedang lahap menyantap makanannya. Naya pun juga sadar dengan tatapan itu tapi dia memilih untuk berpura-pura tidak tahu saja.
"Kamu cantik banget sih, Nay. Apalagi kalau lagi makan," sahut pak Arka.
Melihat ada nasi yang tersisa disudut bibir Naya, pak Arka pun berniat mengambilnya. Namun dengan cepat Naya menahan tangan pria itu.
,,,,,,,,
"Aku takut Naya di apa-apain pak Arka.""Iya bener. Harusnya tadi kita nggak ninggalin Naya sendirian."
"Kalian kenapa sih? Pak Arka kan tampan, pintar dan tajir. Kalau dia jadian sama Naya kan itu bagus. Nanti kita bisa minta nilai bagus," sahut Sina yang langsung mendapat jitakan dikepalanya dari Jihan.
"Isi otak kamu selain oppa tampan dan kaya tidak ada ya?"
"Nasib teman kita ada ditangan Pak Arka. Kamu lupa dengan apa yang Naya ceritakan kemarin?" Tanya Jihan dengan nada kesal nya. Beberapa hari yang lalu Naya menceritakan sifat asli Pak Arka pada teman-temannya itu.
Tadi saat pulang sekolah, pak Arka meminta teman-teman Naya untuk meninggalkan nya sendirian karena dia ingin mengantar Naya pulang. Namun usahanya hampir gagal saat melihat Naya ternyata bersama Juna.
Untung tadi dia melihat Yuna jadi dia bilang pada Yuna kalau Juna belum pulang. Soal ban motor Juna yang bocor itu juga rencana Arka. dia sengaja menyuruh seseorang untuk menyebar paku dijalan yang akan Juna lewati setelah mengantar Yuna pulang. Licik memang, tapi ya bagaimana pun Pak Arka sudah terlanjur jatuh pada pesona Naya. Dia tidak ingin siapapun mendekati nya.
"Besok aku jemput ya?" "Maaf Pak, sebaiknya bapak jangan dekat-dekat dengan Saya. Saya tidak enak jika nanti ada murid yang lihat," ucap Naya saat sudah sampai didepan rumah nya. "Kenapa kamu harus peduli?" "Maaf Pak saya harus masuk sekarang," Sahut Naya langsung masuk kedalam rumah nya sebelum pak Arka menahannya. ,,,,,,,,, Keesokan harinya, di jam pertama pelajaran nasib sial rupanya sudah menghampiri Naya. Gadis itu terus bergerak gelisah membuat Juna yang duduk dibelakangnya kebingungan. "Kamu kenapa. Nay?" tanya Juna. "Juna, buku tugasku ketinggalan dirumah," bisik Naya dengan wajah panik nya. Oh ayolah pagi ini dia harus mengumpulkan tugas dari Pak Arka. Kalian pasti tahu kan bagaimana nasib nya jika tidak mengumpulkan tugasnya? "Selamat pagi anak-anak." Jantung Naya seakan berhenti saat itu juga setelah melihat kedatangan Pak Arka. "Kumpulkan tugas yang sudah Saya berikan kemarin," perintah Pak Arka dengan nada dingin dan juga tegas membuat detak jantung Naya semakin
Naya menegang ditempat saat mengetahui jika guru gila yang sedang ia hindari sudah berdiri tegak didepannya. "Kamu mau kabur kemana lagi? Mau menghindariku lagi, hmm?" "T-tidak Pak. Saya Hmm Saya.." "Saya apa? "Ayo Naya Kamu harus berfikir sekarang." "Kamu pikir Kamu bisa kabur dariku? Kamu pikir Kamu bisa bersembunyi dari ku ?" "S-sebenarnya bapak ingin apa ?" tanya Naya takut. "Aku ingin apa ? Hmmm... bagaimana jika Aku bilang aku ingin Kamu?" tanya pak Arka dengan nada dinginnya membuat Naya semakin ketakutan. "Kamu salah bertanya Naya, aaa bodoh," batin gadis itu merutuki apa yang baru saja ia tanyakan. "Kamu bertanya aku ingin apa, dan Kamu juga sudah mengetahui jawabannya. Jadi..." "Ah bapak kepala sekolah kembali lagi ?" Pak Arka langsung menoleh kearah pandang Naya, detik itu juga pria itu melihat Naya yang sudah berhasil Lari kabur dari nya. "Nayena Lim !!!!" teriaknya penuh Amarah karena berhasil tertipu. ,,,,,,,,,, Naya berlari sekencang mungkin menuju kelas ny
Hari ini sekolahan mengadakan acara camping selama beberapa hari kedepan. Semua siswa kelas 12 diwajibkan untuk mengikuti acara itu. "Aku duduk dengan Sina!" teriak Dahya memilih tempat duduk ditengah. Naya menghela nafasnya bingung memilih tempat duduk, Jihan tidak mengikuti acara camping karena sakit, sedangkan Dahya duduk dengan Sina dan otomatis dia tidak mempunyai teman tempat duduk. "Coba cari teman sekelasmu Nay. Pasti ada yang mau duduk denganmu." Sangat mustahil Naya mendapat teman tempat duduk apalagi dengan teman sekelasnya. Bahkan hampir semua teman cewek di kelasnya membencinya karena dia dekat dengan pak Arka, guru dambaan semua murid. "Loh Naya kok masih berdiri? Kamu duduk dimana?" tanya Yuna yang baru saja naik kedalam bus bersama Juna. "Hmm aku.." "Naya duduk denganku." "Pak Arka?" "Ayo Nay duduk." "Tapi Pak..." "Kamu mau berdiri sampai tempat tujuan? Bus sudah akan berangkat." Belum juga mendapat jawaban dari Naya, Pak Arka sudah mendorong tubuh gadis itu
Naya mendudukkan dirinya dibawah pohon setelah lelah mencari jalan keluar. Tadinya gadis itu hanya ingin berjalan-jalan disekitar tenda, Namun tiba-tiba dia melihat kupu-kupu sangat indah yang membuatnya tanpa sadar berlari mengikuti kupu-kupu itu hingga tersesat seperti sekarang . "Aku lelah. Aku harus jalan kemana lagi." KRIEK..... Dengan cepat gadis itu menoleh saat mendengar suara sesuatu, daun yang berada tidak jauh dari nya tiba-tiba saja bergerak. "Apa itu? Angin? Tapi jika angin kenapa hanya pohon itu yang bergerak," gumamnya. "Bagaimana jika hewan buas ?" Naya langsung berdiri tegap, matanya tak lepas menatap daun -daun yang masih bergerak semakin kencang. Hingga beberapa detik kemudian suara teriakannya keluar begitu saja setelah melihat seekor hewan entah apa itu keluar dari daun-daun yang bergerak tadi. Naya berlari cepat, tidak peduli jika kakinya benar-benar sakit karena terlalu lelah. Tanpa di sangka ternyata hewan itu mengikuti nya yang berlari membuat naya terus m
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Pak Arka dan Naya memutuskan untuk kembali mencari jalan keluar. "Pak, saya bisa jalan sendiri." ucap Naya saat pak Arka sudah duduk didepan nya, meminta Naya agar naik keatas punggung nya. "Kakimu masih sakit, Nay." "Tapi lengan bapak juga sakit." "Kamu mau naik ke punggungku atau aku gendong didepan seperti koala?" Naya tahu ini pilihan yang harus dipilih, dengan berat hati akhirnya dia naik keatas punggung pak Arka. "Pegangan nanti jatuh." "Bapak yakin lewat sini?" tanya Naya ragu. Sudah lebih dari 10 menit mereka berjalan namun belum menemukan tanda tanda jalan keluar. "Kamu meragukanku ? Lihat itu." Naya menoleh kearah tunjuk pak Arka, di tanah terdapat banyak tanda yang sengaja dia buat semalam saat mencari Naya agar memudahkannya untuk kembali. Semalam dia tidak bisa melihat tanda nya karena gelap jadi itulah alasan kenapa semalam mereka tersesat kembali. Pak Arka terus berjalan mengikuti petunjuk itu, keadaan benar-benar hening, h
Sejak tadi Naya berpura-pura fokus pada kertas ulangannya karena pak Arka tidak berhenti menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Biasanya pak Arka selalu mengganggunya saat mengajar, seperti menyuruh nya mengerjakan tugas didepan kelas atau sekedar menyebut namanya ditengah aktifitas mengajar nya. Namun kali ini sedikit berbeda, bahkan sejak 1 jam yang lalu pak Arka memantau ulangan, dia belum menyebut nama murid kesayangannya itu sekalipun. dia hanya diam memandang tanpa mengeluarkan suara apapun. "Waktu kalian tinggal 15 menit lagi. Koreksi jawaban kalian dengan teliti karena saya tidak akan memberi tambahan waktu jika kalian salah megerjakan atau belum menulis nama," Seru Pak Arka. "Naya, Stt." panggil Juna pelan. "Kenapa?" "Boleh pinjam bolpoin kamu? Punyaku mati." Naya mengambil salah satu bolpoin dari tempat nya lalu memberikannya pada pria itu. "Thanks, Nay," Ucap Juna namun gadis itu hanya tersenyum menanggapi nya. Dia sempat melirik kearah pak Arka sekilas sebel
Naya hanya bisa berdiri diam sambil menunduk karena sudah tertangkap basah oleh guru gila nya itu. "Kamu tahu kan yang kamu lakukan ini merupakan tindakan yang melanggar aturan sekolah? Kamu bisa dikeluarkan dari sekolah karena sudah tertangkap basah masuk kedalam ruang guru tanpa izin dan mencuri soal ulangan..." "Saya tidak mencuri pak ! Saya hanya mencari hasil ulangan saya," sahut Naya cepat. "Bukankah sudah kubilang tidak ada hasil ulanganmu ?" "Karena bapak menyembunyikannya. Bapak yang mensabotase hasil ulangan saya. Saya akan melaporkan bapak pada kepala sekolah," Ancam gadis itu membuat Pak Arka tersenyum sinis. Melaporkan ke kepala sekolah? Yang benar saja, bahkan Pak Arka jauh mempunyai bukti rekaman cctv Naya yang masuk ke ruangan nya diam-diam. "Coba saja kalau kamu berani. Dan kita lihat siapa yang akan menang, Nayena Lim." Naya mengepalkan tangannya kesal mendengar apa yang baru saja gurunya itu katakan. "Bagaimana bisa bapak melakukan ini pada saya? Apa salah saya
[ Jangan Di angkat : "Sayang jangan lupa bawakan makan siang untukku nanti. Aku tunggu diruanganku." ] Naya melotot geli membaca pesan dari guru gila nya itu. Oh ayolah bahkan sekarang gurunya itu sedang mengajar, bagaimana bisa sempat sempat nya mengiriminya pesan apalagi dengan panggilan sayang? Dasar sinting, pikirnya. [ Jangan di angkat : "Sayang, kamu mengabaikanku? Ah apa perlu aku ingatkan tentang perjanjian itu?" ] [ Jangan di angkat : "Kamu bermain ponsel disaat jam pelajaran tapi tidak membalas pesanku? Ah apa aku harus menghummu?" ] [ Naya : "Baik pak." ] Pak Arka tersenyum senang setelah mendapat balasan pesan dari Naya walupun hanya kata singkat. [ Jangan di angkat : "Jangan menekuk wajahmu seperti itu,apalagi memanyunkan bibirmu. Kamu ingin merasakannya lagi?" ] "Apa?!" teriak Naya tanpa sadar setelah membaca isi pesan dari guru gilanya itu. membuat semua murid langsung menoleh kearah nya. "Ada apa, Nayena Lim?" tanya pak Arka seolah tidak tahu apa apa. Naya mena