Di rumah sakit
Lukas tengah terduduk di ranjang, raut wajahnya menggelap, tatapannya begitu dingin, dengan saksama dia mendengarkan orang yang tengah berbicara di seberang ponselnya. Ia memejamkan matanya lalu menutup teleponnya.
“Sudah ku duga pasti ada hubungannya dengan wanita itu, akan tetapi pasti ada seseorang lagi yang menyokongnya.”
“Lalu siapa dia? Siapa yang berani menyinggungku?” Banyak pertanyaan di kepalanya. Ia mengedipkan sebelah matanya. Akan tetapi pandangannya jatuh pada Christian yang telah bangun.
Saat dia terus menatapnya, Christian hanya menatapnya dengan tatapan kosong, saat ia berkedip, bulu matanya bergetar. Ia tidak bicara sepatah kata pun, setelah puas menatap Lukas dirinya segera memalingkan wajahnya ke arah lain. Di situ hati Lukas kembali hancur, dirinya telah kehilangan sosok anak yang begitu ceria di matanya. Di dalam hatinya yang terdalam ia tidak akan memaafkan siapa
Di dalam ruang intensif Conan masih tidak sadarkan diri, wajahnya begitu pucat. Dari balik kaca yang tebal itu Clarisa tengah mengintip, wajahnya juga tak begitu baik, ia bagaikan mayat hidup saat ini. Bagaimana tidak? Dari suami hingga anak-anaknya berada di dalam perawatan rumah sakit.“Sayang bangunlah, kau sudah terlalu lama tidur.” Clarisa terus menatap Conan yang tengah berada di dalam ruangan, tampak alat-alat yang dingin itu terpasang di tubuh kecilnya untuk menopang kehidupannya. Betapa sakit hatinya kala menatap putra sulungnya yang kini tengah berjuang.Clarisa mengusap air matanya, ia sendirian terus-menerus menangis tanpa ada seorang pun yang bisa membuatnya tenang. Berusaha tegar dan tabah itu sangatlah sulit di lakukan. Setiap kali ia bertemu dengan tatapan kosong yang di berikan oleh Christian semakin membuatnya terluka. Anak yang tadinya begitu ceria kini ia kehilangan jiwanya. Tak ada lagi senyuman hangat yang selalu menghiasi
Saat Lukas tengah memeluk Christian, tatapannya begitu hangat dirinya yang masih belum pulih sepenuhnya itu menjaga Christian selama Clarisa mengunjungi Conan di ruang perawatan Intensif. Dengan pelan dan lembut ia mengusap puncak kepala putranya, tersungging senyuman dari sudut bibirnya yang tipis, Christian selalu merasa tenang saat bersama Lukas, ia terlihat begitu damai dalam pelukannya.Drrrttt... Drrrttt... ponsel Lukas yang berada di atas nakas bergetar, tampak dari layar depan Marvel yang melakukan panggilan. Lukas pun menjawabnya.Terdengar suara yang tidak asing lagi dari seberang telepon. “Bos, ternyata ipar sepupumu terlibat dalam hal ini. Apa yang akan kau lakukan?” Marvel bertanya pada Lukas.Lukas mendengarkan semua penjelasan dari Marvel. Raut wajahnya seketika berubah, sorot matanya begitu tajam, napasnya memburu seakan dia ingin menelan orang hidup-hidup. Baginya tak peduli walau orang itu masih memiliki ikatan dengan k
Yo Han tengah berdiri diambang jendela, tatapannya tertuju pada sepasang pria dan wanita yang tengah bersenda gurau di bawah pohon yang rindang. Dia menatapnya begitu iri, terlintas bayangan dimana dirinya dan juga kekasihnya dulu pertama kali bertemu. Setelah selesai makan Joana dan Gerald berbincang di bawah pohon yang rindang. Sebelum mereka kembali menjaga Yo Han. “Apakah aku boleh bertanya?” Joana bertanya pada Gerald. “Tentang apa?” Jawabnya. “Aku sangat penasaran dengan kisah cinta dari Tuan Yo Han, ku dengar kisah mereka begitu terkenal di militer.” “Tentu.” Gerald pun mulai menceritakan awal mula kisah cinta Yo Han dan kekasihnya. FlashBack Saat dimana ia bertemu dengan Seo Nari untuk pertama kalinya. Yo Han sedang membantu rekannya untuk bangkit saat melakukan pelatihan tiga hari tiga malam tanpa istirahat. Yo Han yang begitu antusias karena ingin mendapatkan cuti, ia menyeret kakinya dengan gila m
Satu minggu setelah insiden penculikan Conan masih terbaring koma, setelah melewati masa kritisnya Conan di nyatakan stabil sehingga ia sudah di pindahkan ke bangsal VVIP dimana Christian juga Lukas tinggal. Luka lebam dan goresan yang ada di sekitar wajah dan tubuhnya perlahan sudah sembuh. Semenjak insiden itu Christian kehilangan sosok cerianya, dia lebih menjadi pendiam dari sebelumnya. Clarisa juga menjadi lebih murung dia menjadi wanita yang lebih banyak diam. Lukas merasa kehilangan kehangatan dalam keluarganya, ditambah rasa cemas akan Conan yang masih tidak sadarkan diri itu semakin membuatnya jatuh. Pagi ini Lukas mendapat kabar bahwa Lou Shen Ayahnya di temukan tak bernyawa di tempat persembunyiannya. Dan penyebabnya belum di ketahui. Clarisa yang mendapat kabar itu semakin terpuruk walau dirinya membenci Ayahnya akan tetapi di dalam lubuk hatinya dia masih memiliki kasih sayang untuknya. Clarisa tengah terduduk di sudut
Di rumah duka Adrian beserta suaminya Raven Jiang sudah menunggu kedatangan keduanya, kedua orang tua Lukas cukup terkejut akan kabar kematian dari Lou Shen. Walau besannya itu tidak berkesan di matanya. Akan tetapi di tetaplah Ayah dari Clarisa menantu, dan ibu dari kedua cucunya.“Pa.” Adrian menoleh pada suaminya.“Ada apa?” Raven kembali bertanya.“Aku khawatir dengan keadaan Clarisa, apa dia baik-baik saja?” Adrian menatap ke arah luar. Hujannya cukup deras kilatan guntur pun saling bertaut semakin menambah kesan mencekam.“Percayalah bahwa menantu kita adalah wanita yang kuat. Papa yakin dia pasti mampu melalui cobaan ini.”“Walau semua ini begitu berat baginya, akan tetapi Lukas akan selalu bersamanya, dan tidak akan meninggalkannya.” Raven menepuk pundak Istrinya pelan. Adrian hanya bisa mempercayai perkataan suaminya itu. Kilatan petir tampak
Kabar kematian Lou Shen sudah terdengar ke semua penjuru kota Jincheng. Orang-orang yang mengenalnya mulai berdatangan ke rumah duka lantaran mereka tahu bahwa Lukas Jiang yang mengadakan pemakamannya. Satu-persatu tamu memberikan penghormatan untuk yang terakhir kalinya pada mendiang Lou Shen, bunga krisan Putih mulai memenuhi meja yang berada di depan foto besar mendiang. Clarisa berdiri mematung di samping para tamu yang datang. Wajahnya pucat, di dalam matanya terpancar kesedihan. Clarisa tidak menangis akan tetapi batinnya menjerit dengan pilu. Adrian mendekap tubuh Clarisa ke dalam pelukannya membiarkannya menangis. Di tempat lain Mariam masih di tahan di sebuah rumah sedangkan Lin dan Bos Zhou sudah dijebloskan ke penjara. Mariam berada di sebuah ruangan yang cukup gelap, setiap malam dia menggigil ketakutan karena teringat akan perbuatannya selama ini. Dia berharap agar Clarisa mau berbelas kasih padanya. Namun hingga seka
Pada malam yang sama Shanon yang tengah berada di mansion utama keluarga Jiang, di seret paksa oleh polisi setempat karena bukti yang kuat sudah di kantongi sehingga Lukas pun mulai bertindak.“Ada apa ini?” Kakek Jiang berteriak karena kegaduhan terjadi di kediamannya. Semua orang yang tengah berada di mansion ikut terbangun.“Tuan besar, Nona Shanon Xue di tangkap karena ia ikut terlibat dalam insiden penculikan yang menimpa kedua putra dari Tuan Lukas Jiang.” Seketika suasana rumah menjadi suram, raut wajah Tuan besar menggelap dia tidak percaya jika cucunya menantunya melakukan hal yang mengerikan.“Aku tidak melakukannya Kakek! Ibu bukan ulahku. Sungguh!” Shanon terus berteriak berusaha mencari perlindungan, namun tak ada satu pun dari mereka yang membantunya. Bahkan Ahmed suaminya sendiri tidak membelanya sedikit pun di hadapan keluarganya. Dengan pasrah Shanon melangkah pergi meninggalkan mansion.&n
Di dalam gelap malam tampak seorang pria tengah berdiri di depan sebuah mobil Audi 8 warna hitam, asap rokok yang di keluarkannya berkerlap-kerlip di gelapnya malam dengan bantuan sorot lampu mobil. Tampak begitu indah kala memandangnya. Yo Han berdiri di sana sejak sore ia menunggu seseorang datang, akan tetapi hingga malam orang yang di tunggu tak kunjung pulang. Saat Yo Han putus asa dia hendak pergi dari sana, dia berpikir mungkin wanita yang di cintainya itu sudah tidak tinggal di sana. Akan tetapi saat dia hendak melajukan mobilnya, ia menangkap sesosok wanita yang sangat familier baginya. Ya, wanita itu adalah Seo Nari mantan kekasih Yo Han yang selama ini hilang bagai di telan bumi. Seo Nari melambai pada seorang pria yang berada di dalam mobil, Yo Han tidak bisa menahan amarahnya, dengan cepat ia menghampiri mereka. Dengan sedikit kasar dia menarik Nari dengan sedikit kasar. Senyuman yang tadinya hangat itu berubah menjadi senyuman pahit b