Share

Bab 6

Di sebuah ruangan semi terbuka yang menghadap langsung ke kolam renang. Nyonya Anita, mengajak Elina duduk di set kursi yang terbuat dari anyaman rotan.

"Tante dan Aland pasti suka olahraga ya?" tanya Elina saat matanya menangkap beberapa alat olahraga yang tertata rapi di sebelah kiri ruangan itu

"Aland aja sih, Tante jarang."

"Masak sih, Tan? Kok badan tante masih oke banget," puji Elina mengambil hati Nyonya Anita.

"Kamu bisa aja, Tante jarang olahraga berat-berat kaya gitu." Nyonya Anita menunjuk ke arah treadmill dan beberapa barbel yang tertata dengan rapi.

Elina berdiri dari duduknya, dia tertarik dengan deretan foto yang menempel pada dinding sebelah kanan ruangan itu.

Elina tersenyum saat melihat foto anak kecil berambut panjang setelinga, dengan poni depan yang menutupi kening.

"Ini siapa, Tan?" tanya Elina menunjuk foto itu.

Nyonya Anita berdiri, berjalan menghampiri Elina. "Itu foto Aland, ini juga foto Aland."

Nyonya Anita menunjuk ke foto sebelahnya, wajah yang sama, hanya potongan rambutnya saja yang berbeda.

"Lucu sekali, gondrong begitu rambutnya." Elina melihat sisi ketampanan Aland yang memang sudah terlihat sejak masih kecil.

"Aland itu sejak kecil memang suka rambut panjang begitu, Elina. Baru lulus kuliah dan jadi CEO ini, menggantikan ayahnya, baru dia mau memotong rambutnya jadi pendek.

"Maaf Tante, menggantikan ayah, maksudnya ...?" Elina tak mengerti dengan maksud Nyonya Anita.

Nyonya Anita tersenyum dia mengambil sebuah foto di antara deretan foto yang menempel di dinding itu.

"Iya ... Ayah Aland, suami Tante, dia sudah meninggal. Ini fotonya." Nyonya Anita memperlihatkan foto suaminya kepada Elina.

"Wajahnya mirip sekali dengan Om Aland Tante?" tanya Elina. Dia takjub melihat foto Ayah Aland bak pinang dibelah dua dengan Aland.

"Iya, mereka memang terlihat seperti saudara kembar, mereka berdua sudah seperti sahabat." Nyonya Anita menyeka air mata yang lolos, mengenang suaminy yang sudah meninggal.

"Tante maaf, Elina tidak bermaksud membuat Tante sedih." Elina membantu mengusap air mata Nyonya Anita.

Mereka berdua terlihat sangat hangat, Elina sudah merasa nyaman dengan Nyonya Anita. Bahkan Elina menemukan sosok Mamanya yang sudah meninggal dalam diri Nyonya Anita.

"Sejak Ayahnya meninggal Aland berubah, jadi galak seperti itu, Elina."

Nyonya Anita berusaha tersenyum, meski saat itu kesedihan sedang melanda hatinya karena kembali teringat dengan sosok suaminya yang sudah meninggal lima tahun yang lalu.

Elina hanya mengangguk, dia tidak berani jika harus bertanya apapun lagi, Elina takut akan salah bicara dan semakin membuat sedih Nyonya Anita.

Elina juga tak menyangka, kehilangan seseorang yang Aland cintai, mampu mengubah sisi baik dari Aland. Itu sangat disayangkan.

Elina menunduk, dan bersedih. Nyonya Anita bisa merasakan itu. Tak ingin membuat gadis itu bersedih dan merasa bersalah, Elina mengalihkan pembicaraan dengan hal lain.

"Elina coba lihat itu!" Elina menunjuk ke arah kolam renang yang mengarah langsung ke samping rumah.

Di samping rumah itu ada garasi mobil dan sebuah halaman yang tak terlalu luas untuk kegiatan mencuci mobil dan motor.

"Ayo kita ke sana Elina." Nyonya Anita mengajaknya ketepi kolam renang.

Elina melepaskan sepatu flat shoesnya dan kemudian memasukkannya ke dalam air kolam. Kesedihan yang dia rasakan tadi mendadak hilang teralihkan sejuknya pemandangan kolam renang yang dibuat serba hijau di sisi kanan dan kirimnya.

"Elina ... coba ceritakan masa kecilmu." Nyonya Anita penasaran dengan latar belakang gadis imut itu.

"Tidak ada yang menarik Tan," Wajah itu membuang mukanya ke arah lain, seperti ada kisah yang membuat hatinya terluka.

"Lho, kenapa begitu, bukankah setiap orang mempunyai kisah uniknya sendiri."

Elina menyunggingkan senyuman palsu di bibirnya, dia tahu saat ini hatinya sedang tidak baik-baik saja.

"Mama Elina sudah meninggal Tan, tepat di hari ulang tahun Elina yang ke 17 tahun, dan itu merupakan hal terburuk dalam hidup Elina." Wajah itu mulai menunduk.

Nyonya Anita duduk di samping Elina, ikut menceburkan kakinya ke dalam air. Dengan penuh sayang, Nyonya Anita merangkul pundak gadis imut itu.

"Jangan sedih lagi Elina, kamu bisa menganggap Tante ini Mama kamu." Senyuman tulus terukir di bibir Nyonya Anita. Dia tahu betul bagaimana rasanya kehilangan orang yang kita sayang.

"Bolehkan Elina memanggil Tante, Mama?" Wajah Elina penuh harap.

Nyonya Anita mengangguk dia sama sekali tak keberatan di panggil Mama oleh Elina. Memang ini adalah pertemuan kedua mereka, tapi rasanya mereka sudah kenal sejak lama hingga hanya rasa nyaman yang mereka rasakan saat bersama.

Elina memeluk Nyonya Anita dengan erat, dia memejamkan matanya, hatinya terasa begitu damai. Rasa rindu kepada Mamanya kini terobati dengan hadirnya Nyonya Anita Mama Aland di hidupnya.

"Hei ... ayolah, jangan bersedih begitu." Nyonya Anita melepaskan pelukannya.

"Coba lihat ke arah sana," pinta Nyonya Anita.

Wajah yang sedih itu mengukir senyuman di bibir Elina. Dia melihat Aland yang tengah mencuci mobilnya.

"Kamu kesana ya, buatlah Aland menjadi pribadi yang penyayang Elina."

Elina mengangguk dengan semangat. "Tapi ... Mama jadi sendirian dong kalau aku kesana?" tanya Elina memastikan terlebih dahulu tentang keadaan Nyonya Anita nantinya.

"Tidak usah kamu fikirkan. Ayo ... susul Aland."

"Siap, Mama." Tanpa menunggu lama Elina pergi untuk menghampiri Aland.

Aland terlihat sangat memukau dengan celana kolor selutut dan kaos putih tipis tanpa lengan melekat pada tubuhnya.

Perutnya yang kotak-kotak dan dada yang berotot terlihat jelas saat bajunya basah karena terkena cipratan air yang Aland semprotkan ke arah mobil sedan hitam mengkilap miliknya.

"Hei ... Om seksi!" teriak Elina memanggil Aland.

Aland tak menjawab sapaan Elina, dia masih terus saja membasahi mobilnya dengan air.

"Aku bantu ya." Tanpa menunggu persetujuan Aland, Elina berlari menghampiri Aland.

"Sini aku saja!" Elina mengambil paksa selang air yang dipegang oleh Aland.

"Kamu bisa?" tanya Aland meremehkan gadis imut itu.

"Bisa dong, kamu mau lihat?"

Dengan iseng Elina menyemprot tubuh Aland hingga basah kuyup. Aland menyugar rambutnya yang basah, membuat tubuh Eilina jadi terpaku ke tanah, darahnya berdesir terpesona melihat keseksian Aland.

Aland merampas selang air ditangan Elina yang bengong. Kemudian membalas menyemprotkan air ke arah Elina.

"Om Aland, Stop ... nanti bajuku basah!" teriak Elina tapi telat untuk menghindari semprotan air yang mengarah ke tubuhnya.

Kini tubuhnya basah, dia merebut kembali selang air dari tangan Aland tapi kali ini Elina tak menyemprotkan ke arah Aland, tapi dia menyemporkannya ke mobil Aland.

"Sebelah situ, lihat kan, kamu gosok tuh pakai sabun!" perintah Elina menunjuk ke arah bagian mobil yang sudah bersih. Sebenarnya Aland baru saja membilas mobilnya dari sabun yang dia gosokkan ke mobilnya.

Aland tersenyum, Elina memang gadis yang sangat menyebalkan, namun Elina juga sangat manis. Aland menyukai gadis seperti Elina itu.

"Hei ... Om. Tidak dengar aku bilang apa, ayo cepat gosok dibagian situ."

"Kamu saja yang gosok, aku capek." Aland meninggalkan Elina yang malah bermain air, Aland hanya menontonnya jasa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status