Share

Bab 8

Aland menatap dalam wajah Elina, dia tahu gadis itu tengah gugup sekarang. Wajahnya bersemu merah, tak biasanya gadis imut itu diam tak bereaksi.

Elina, dia memejamkan matanya karena tak sanggup lagi mengendalikan detak jantungnya yang terus berdetak dengan kencang.

Di saat matanya terpejam, Elina merasakan ada sensasi yang berbeda di bibirnya. Terasa lembab dan hangat saat Aland menempelkan bibirnya ke bibir lembutnya.

Aland, dia mencoba merasakan sesuatu yang sudah lama tak dia rasakan. Rasa yang hangat dan lembut, yang mampu membuat Aland terhanyut.

Bak petir yang menyambar, dengan kuat Aland mendorong tubuh Elina, membuat gadis itu jatuh tersungkur ke tanah.

"Akh ...!" teriak Aland memegangi bibir bawahnya yang terluka, rasa perihnya mampu membuat dirinya menjadi hilang selera.

"Om Aland ... kenapa kamu mendorongku!" teriak Elina, pinggangnya terasa mau patah.

Baru saja Elina merasakan pengalaman pertamanya, belum juga puas dia harus mengalami kesakitan di pinggangnya karena terbentur ke tanah.

"Kenapa kamu menggigit bibirku, Elina!" bentak Aland dengan matanya yang melotot, karena merasakan sakit pada bibir bawahnya.

"Menggigit apa?" tanya Elina tak mengerti.

Dia merasa sangat aneh dengan Aland yang tak seperti pria romantis di serial drama yang sering dia tonton.

"Bantu aku berdiri!" keluh Elina mengulurkan tangannya. Pinggangnya yang sakit membuat dirinya susah untuk berdiri.

"Ogah! Berdirilah sediri." Aland memalingkan wajahnya, dia menuju ke mobilnya.

Jangankan untuk membantu Elina berdiri, melihat wajah gadis itu saja Aland jadi kesal.

Elina berdiri, dia menyusul Aland dengan jalan yang tertatih memegangi pinggangnya yang masih sakit.

"Dasar tidak berperikemanusiaan!" sinis Elina setelah duduk di dalam mobil Aland.

"Kamu ini sentimen sama aku atau gimana, sih. Main dorong aja lagi, kamu tau gak, pinggangku mau patah rasanya!" ketus Elina, dia kesal karena Aland sudah mendorong tubuhnya tadi.

"Siapa suruh kamu cari masalah denganku," kata Aland tanpa memandang wajah Elina. Dia mulai melajukan mobilnya.

"Siapa yang cari masalah, enak saja!" Elina memicingkan matanya, tak terima dengan apa yang Aland tuduhkan padanya.

"Dengan apa yang kamu lakukan tadi padaku, apa itu bukan cari masalah namanya," kata Aland berlebihan.

"Memangnya aku melakukan apa, ngomong aja sih, jangan bikin aku pusing."

"Kenapa kamu ... kenapa kamu gigit bibirku?" tanya Aland ragu. Aland merasa pertanyaan itu merendahkan dirinya.

"Aku hanya mengikuti apa yang aku lihat," kata Elina polos.

"Memangnya apa yang kamu lihat?" Aland semakin tak mengerti dengan maksud Elina.

"Adegan itu ... yang tadi. Aku hanya mengikutinya seperti di film Korea." Elina mengatupkan bibirnya dia menunduk malu.

"Astaga Elina!" teriak Aland. "Jangan bilang kamu belum pernah melakukannya, dan baru pertama kali ini denganku?"

Elina melirikkan matanya ke arah Aland, dia tersenyum malu.

"Astaga, ha ha ha!" Aland tertawa terbahak-bahak, mengacak rambut Elina gemas.

"Memangnya kenapa, ada yang salah?" Elina mengerucutkan bibirnya, dia merasa Aland sudah meleledeknya habis-habisan.

"Tidak," lirih Aland menghentikan tawanya.

Aland merasa beruntung, Elina memang kadang menyebalkan, tapi ternyata gadis imut itu memang masih sangat polos.

"Hei Elina!" panggil Aland, dia sedikit mengurangi kecepatan berkendaranya.

"Apa!" ketus Elina dia masih sangat kesal dengan Aland yang sudah meledeknya.

"Lihat aku, aku mau bicara!" teriak Aland saat Elina memalingkan wajahnya.

"Bicara saja, apa urusannya dengan aku melihatmu atau tidak." Elina masih membuang muka, dia menatap ke luar jendela mobil.

Seet!

Aland mengerem mobilnya mendadak membuat Elina kaget.

"Hei ... bisa menyetir tidak!" bentak Elina, berada satu mobil dengan Aland bisa-bisa membuat dirinya jantungan.

"Lihat aku Elina!" Aland memegang kepala Elina dengan kedua tangannya, memaksa kepala itu untuk melihat ke arahnya.

"Jangan lakukan itu dengan orang lain," lirihnya, ada kesan yang berbeda di wajah Aland yang belum pernah Elina lihat sebelumnya.

Sebenarnya Aland hanya merasa khawatir dengan kepolosan Elina. Dia tak mau Elina menjadi pribadi yang bisa disentuh oleh siapapun.

"Kenapa kami bicara begitu?" tanya Elina dengan wajah yang sangat imut, membuat jantung Aland berdebar lebih kencang dari sebelumnya.

"Hah ... jangan memandangku seperti itu!" Aland mendorong wajah Elina dengan tangannya.

"Kamu ... gak mau aku dekat dengan laki-laki lainnya ya?" tanya Elina menelusuri maksut dari perkataan Aland. Elina berharap CEO tampan itu sudah mulai mencintai dirinya.

Aland kembali melajukan mobilnya, tak menjawab pertanyaan Elina.

"Jawab Om!" Elina menarik lengan Aland.

"Diamlah Elina, aku sedang menyetir!" ketus Aland. Baru saja tadi dia baik, berbicara dengan lembut. Baru satu detik sudah berubah menjadi Aland yang menyebalkan lagi.

"Jawab dulu pertanyaanku. Kamu gak mau aku dekat dengan laki-laki lain?" Elina bertanya penuh harapan.

"Pertanyaanmu tak penting untuk aku jawab!" bentak Aland. Dia menambah laju mobilnya.

Aland dia malu untuk mengakui perasaannya sendiri. Sebenarnya bukan malu, tapi dia tak mau terlihat seperti orang yang tengah jatuh cinta.

"Ayolah, jawab saja Om, kamu suka kan sama aku?" tanya Elina. Dia mendesak ingin tau perasaan Aland kepadanya.

"Kamu ini memang keras kepala, Elina!" bentak Aland tak suka dipaksa.

"Tinggal bilang, aku suka kamu Elina, udah itu aja gampang kok." Elina tetap kekeh memaksa Aland untuk mengakui perasaannya.

"Apa sih untungnya buat kamu?" Aland melirik Eina yang mulai kesal.

"Ya banyak untungnya, kita jadi bisa tambah deket kan. Ayolah kita pacaran." Wajah gadis imut itu memohon. Matanya menyipit membuat Aland gemas ingin mencubit pipi Elina.

"Om ... ayo lah kita jadian," rengek Elina. Dia terus menarik lengan Aland.

"Hei Elina ... kamu mau membuat lenganku patah ha!" bentak Aland menarik tangannya dari Elina. "Lagi pula untuk apa aku pacaran dengan gadis ingusan seperti kamu."

"Eh Om, meskipun ingusan tapi aku itu imut lho. Kamu gak mau punya pacar yang wajahnya imut?" tanya Elina merayu. Dia tak gentar merayu Aland agar mau menjadi kekasihnya.

Mendengar ucapan Elina yang seperti lelucon itu, Aland terbahak. Dia tak bisa menahan tawanya.

"Ha ha ha!"

"Kok malah ketawa sih?" tanya Elina kesal, merasa cintanya untuk Aland hanya ditanggapi gurauan saja.

"Elina ... kamu itu jadi orang jangan terlalu percaya diri dong, pakai bilang kamu imut lagi. Item kumut-kumut iya, ha ha ha!" Aland mengejek Elina habis-habisan.

Elina mengambil cermin di dalam tasnya. Dia memperhatikan wajahnya sendiri.

"Tidak item kok wajahku," gumammya lirih.

Elina meletakkan cerminnya kembali ke dalam tas. Kemudian dengan tajam Elina melirik Aland, Elina memukul keras dibagian lengan atas Aland.

"Kamu bohong!" teriak Elina, membuat telinga Aland terasa sakit. Teriakan Elina terasa menusuk gendang telinganya.

Elina menunjukkan wajah kesalnya kepada Aland.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status