Share

Bab 7

Tubuh Elina menggigil karena basah kuyup. Gadis imut itu paling tak bisa berlama-lama terkena air, dia bisa pingsan karena kedinginan.

Tak tega melihat bibir Elina yang sudah pucat, Aland membawa Elina masuk ke dalam rumahnya.

"Ma ...!" Aland memanggil Mamanya.

Nyonya Anita panik melihat keadaan Elina yang sudah pucat karena kedinginan.

"Astaga Aland kenapa bisa begini sih, kamu cepet bikinin Elina teh panas. Mama mau mengganti bajunya Elina dulu," perintah Nyonya Anita.

Nyonya Anita merangkul tubuh Elina yang basah, dia mengajak Elina masuk ke dalam kamarnya.

"Kamu pakai ini ya." Nyonya Anita memberikan bajunya kepada Elina.

"Terima kasih Mama." Elina mengambil baju itu dari Nyonya Anita, dan segera Elina mengganti bajunya.

"Maaf ya, bajunya jelek, tapi kamu tetap terlihat cantik kok, tenang saja," puji Nyonya Anita. Elina mengenakan dress berwarna cokelat selutut miliknya.

Meskipun modelnya bukan model anak muda, tapi potongan baju itu sangat pas di tubuh mungil Elina. Dia terlihat sederhana dan natural dengan baju yang dia kenakan itu.

"Mama ini merendah, sudah dipinjami baju saja Elina sudah berterima kasih." Elina tak hentinya tersenyum.

Berada di rumah Aland seperti berasa di surga dunia, Elina sangat betah berada disana. Bahkan jika boleh, Elina ingin tinggal saja di sana.

"Aland mana tehnya!" teriak Nyonya Anita saat melihat meja makan masih kosong.

"Iya, ini sudah kok, Ma." Aland menyahuti dari dapur.

Aland berjalan dari dapur menghampiri Elina dan Nyonya Anita. Mata Elina tak berkedip melihat laki-laki yang sedang membawa segelas teh panas itu.

Elina sangat suka melihat Aland memakai kaos saat berada di rumahnya. Itu membuat Aland terlihat lebih muda.

"Nih minum, makanya kalau gak bisa kena dingin itu jangan sok mau bantu, pakai main segala lagi, begini kan akhirnya." Aland memarahi Elina yang selalu bertingkah seperti anak kecil.

"Kamu ini, sudah dibantu bukannya terima kasih malah ngomel gak jelas." Elina jadi kesal dengan CEO tampan itu.

"Hei ... sudah, Elina ayo minum tehnya, dan kamu Aland cepat ganti baju kamu dan antar Elina pulang setelah ini." Nyonya Anita memberi perintah kepada keduanya.

"Tapi Ma, kenapa harus Aland sih yang antar dia pulang, biarlah dia pulang sendiri," tolak Aland manja.

"Hei Om, kamu yang jemput aku, jadi kamu juga yang harus antar aku pulang!" teriak Elina, dia tak mau tahu, Aland harus mengantar dia pulang.

"Iya dasar bawel!" umpat Aland meninggalkan Elina dan Mamanya.

Elina meneguk habis teh panas yang sudah hangat itu. Teh buatan Aland terasa manis, lumayan bisa menghangatkan tubuh Elina yang kedinginan.

"Maaf ya Elina, pertama kamu main kesini malah jadi basah kuyup begitu." Elina mengelus pundak gadis imut itu.

"Gak apa-apa Mama, justru Elina seneng banget bisa kenalan sama Mama. Mama hangat dan juga friendly." Elina memeluk Nyonya Anita dengan erat.

"Hei ... ngapain peluk Mamaku, ayo lepaskan." Aland menarik tubuh Elina menjauhi Nyonya Anita. "Kamu jangan coba-coba rayu Mama aku ya!"

"Apa sih, Om!" Elina menghentakkan kakinya kesal.

"Tuh kan, berantem lagi, ayo Aland minta maaf ke Elina."

"Kenapa harus minta maaf, Aland gak salah, udah ayo buruan!" Aland menarik tangan Elina agar cepat pulang.

"Sebentar, aku ingin pamitan dengan Mama." Elina memeluk Nyonya Anita dan mencium pipi kanan dan kiri Nyonya Anita bergantian.

"Apa-apaan ini, kenapa kamu panggil Mamaku, Mama, ha!" bentak Aland.

"Bawel, ayo antar aku pulang." Elina menarik tangan Aland. "Bye ... Ma!" Elina melambaikan tangannya ke arah Nyonya Anita.

"Hati-hati Elina, Aland!" pesan Nyonya Anita mengiringi langkah mereka.

"Stop, Om!" Elina menghentikan langkah kaki Aland kemudian menarik tangan Aland ke arah kolam ikan.

"Ngapain sih, kurang kerjaan banget kamu!" bentak Aland tak ingin bermain di kolam ikan.

"Aku suka tempat ini Aland, terutama kolam ikan ini." Gadis itu tersenyum, terlihat sangat polos.

Aland berjongkok mengikuti apa yang Elina lakukan.

"Kamu tahu, dulu waktu aku masih kecil, Mama dan Papa aku sering banget ngajak aku mancing." Elina menceritakan masalalunya.

Aland menemani Elina memberi makan ikan-ikannya. Elina tertawa bahagia saat ikan itu bergerumbul merebutkan makanan yang Elina lempar.

Aland, dia tersenyum melihat Elina. Aland juga tak tahu, kenapa dia sangat menyukai tingkah gadis manis itu.

"Ngapain senyum-senyum, kamu suka aku ya?" tanya Elina meledek Aland.

Aland yang tertangkap basah sedang tersenyum sambil memandangi Elina, dia menjadi gugup.

"Ha ... si-siapa yang senyum, kamu salah lihat mungkin." Terlihat jelas Aland sedang gugup.

"Hei ... wajahmu memerah, Om Aland," ledek Elina, membuat Aland salah tingkah, dia memegangi pipinya yang sama sekali tak merah itu. Elina hanya bercanda saja.

Aland berdiri, dia mencari sesuatu yang bisa dia gunakan untuk berkaca. Aland berdiri di samping mobilnya, matanya melihat ke kaca spion memperhatikan wajahnya yang bersemu merah. Sayangnya dia tak menemukan itu.

'Akh ... Elina mengerjai aku,' kesal Aland dalam hati, dia mengacak rambutnya kesal.

Melihat tingkah Aland yang salah tingkah seperti itu membuat Elina tertawa hingga menahan perutnya yang terasa sakit. "Apa yang kamu lakukan, ha ha ha!"

"Kamu membohongi aku kan Elina." tuduh Aland kepada Elina. Jika memang Elina tengah mengerjainya, Aland akan memberi pelajaran untuk Elina.

Elina menghampiri Aland. "Siapa yang sengaja mengerjai kamu, Om. Aku hanya ingin ...."

"Ingin apa, ha!" potong Aland.

Aland, dia berlari mengelilingi taman depan rumahnya mengejar Elina yang sangat usil padanya.

"Hei ... berhenti, Elina!" teriak Aland, dia berhenti dengan nafas yang memburu, Aland sudah tak kuat lagi mengejar Elina yang berlari bak kelinci.

"Ayo Om, cepat tangkap aku, kalau kamu gak bisa, itu artinya kamu memang sudah tua! teriak Elina, setelah itu menjulurkan lidahnya mengejek Aland.

Aland mengatur nafasnya, dia kumpulkan seluruh tenaganya untuk mengejar Elina lagi.

Elina tidak lagi berlari melainkan melangkah kecil menikmati suasana taman rumah Aland yang memang sangat indah.

Aland menangkap tubuh Elina seperti kelinci, langsung di dekapnya tubuh Elina yang sedang lengah itu.

Dada Elina berguncang, saat dada Aland menempel pada punggungnya, rasa hangatnya mejalar merasuk ke hati Elina yang tak pernah merasakan ini sebelumnya.

Aland, dia cinta pertama Elina, orang pertama yang membuatnya jatuh cinta, bahkan orang pertama yang memeluk tubuh Elina.

Elina gugup berada sedekat itu dengan Aland. Dia takut untuk membuka mulutnya, takut untuk berkata.

Elina, untuk sejenak dia membiarkan tubuhnya dalam pelukan Aland, CEO tampan yang sudah mencuri hatinya.

Sementara Aland, dia tak ada niat untuk memeluk tubuh Elian. Dia hanya berusaha menghentikan langkah Elina.

Tapi kecerobohan Aland membuat tubuhnya seakan sengaja memeluk tubuh gadis itu

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status