Astro mengepalkan tangan dengan erat. Wajahnya berang, tertekuk masam saat melangkah keluar dari ballroom. Dasi yang membelit pada lehernya, sudah ia longgarkan. Mengabaikan panggilan masuk yang tertulis nama Zetta di dalamnya.
“How come!” geram Astro menarik kerah baju Reo, sang pria bermasker suruhan Astro.
“Tiba-tiba aja dia dibawa temen cowoknya, Mas. Masuk lift”
Detik itu juga, Astro melepas kasar kerah baju Reo, hingga pria itu mundur selangkah.
“Kenapa gak di ikutin? Hah? Salah satu dari kalian bisa masuk lift bareng!” Astro berdecak sebal, meletakkan kedua tangan di pinggang dengan napas tertarik berat. “Ke mana? Ke lantai berapa? Apa cuma berdua?” cecar Astro menatap sengit.
Astro memijat pelipisnya. Memikirkan dengan siapa Aya berada saat ini dan di mana tepatnya?
Lagi-lagi, rencananya berantakan. Berawal dari kedatangan Leo, yang Astro tahu adalah kakak sepupu Asa. Dan kini, ada seor
Pintu itu terbuka setelah terdengar ketukan sebanyak tiga kali. Asa masuk ke dalam kamar yang biasa ditempati Aya jika menginap di kediaman Elo. Asa kembali menutup pintu, dan menghampiri Aya yang berbaring dengan membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia ikut masuk ke dalam selimut yang sama, dan duduk bersandar pada headboard.“Kamu bisa bohongin semua orang, tapi aku gak.”Aya mengerjab-ngerjab dari balik selimut. Ia lalu membalik tubuhnya, memeluk kaki Asa, tapi masih membenamkan tubuhnya di dalam selimut. “Kapan kamu pulang?”“Tadi pagi, tapi aku ke rumah papa sama Om Bima dulu ngantar oleh-oleh.” Asa membuka paksa selimut Aya hingga memperlihatkan kepala adiknya itu. Tangannya terulur untuk mengusap kepala Aya dengan penuh kasih sayang.Memiliki takdir hidup yang sama, membuat Asa dan Aya memiliki bonding yang kuat. Meskipun keduanya hidup dengan penuh kasih sayang dan berlimpah materi.Tapi, hati mere
Makan siang yang benar-benar canggung bagi Yasa. Namun, terlihat biasa saja bagi Bintang. Pria paruh baya itu, hanya beranggapan bahwa masalah yang terjadi antara Yasa dan putrinya hanyalah perselisihan pendapat atau sejenisnya. Mengingat watak Aya tidak terlalu jauh dengan Sinar, yang tidak pernah mau mengalah bila berdebat dengan seseorang.“Jadi, Cahaya itu anak bapak, anak kandung Pak Bintang?” tekan Yasa mengulang ucapannya, untuk lebih memastikan lagi apa yang sudah ia dengar barusan.Bintang mengangguk, menelan makanannya sebentar. “Aya itu anak saya, dari istri kedua.”“Aya? Jadi panggilannya Aya?” gumam Yasa yang selera makannya sudah hilang seketika. Namun, ia masih memaksakan untuk menelan makan siangnya untuk menghormati Bintang.Jadi yang dimaksud Aya oleh Daisy saat di restoran kala itu adalah Cahaya. Yang Yasa tahu sekilas dari Andra adalah, kalau anak-anak Metro memanggil Cahaya dengan Ayang, bukan Aya.
Asa tidak tahu, sudah berapa lama Aya menenggelamkan wajah beceknya di dadanya. Air mata gadis itu seolah tidak henti mengalir. Terisak, tanpa mengeluarkan sepatah katapun.Setelah dedline pekerjaannya selesai petang tadi, Aya pergi ke hotel dan membuka sebuah kamar. Bukan hotel keluarga tentunya. Aya ingin menghabiskan tangisnya sendiri. Karena malam ini, Astro benar-benar melamar Zetta. Bintang bahkan sudah mengajak Aya untuk ikut serta. Namun gadis itu menolak, Aya beralasan sudah ada wawancara penting yang tidak bisa ditunda.Tidak lama berselang, setelah Aya merebahkan diri di kamar hotel, Asa menelepon. Sang kakak menanyakan keberadaannya, dan Aya mau tidak mau memberitahukan Asa, di mana dirinya berada.Sejak kejadian memilukan itu, Aya sudah tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di apartement. Datang ke sana hanya akan membuat hatinya sesak dan semakin pilu.“Dipuas-puasin nangisnya, buang semua rasa sakitmu malam ini. Tapi ingat, cukup mal
Sepanjang jalan mengantar sang ibu, nenek serta kakeknya pulang ke rumah. Hati Astro meradang panas. Terlebih, saat ia mengetahui bahwa yang hendak dijodohkan dengan Aya adalah juniornya sendiri saat kuliah dulu.Yasa, anak mantan ketua MA itu memang tidak diragukan kepintarannya oleh Astro. Hanya saja, Yasa tidak memiliki passion menjadi pengacara hingga pria itu banting setir menjadi pengusaha seperti sekarang.“Apa alasan papa mau jodohin Aya, Kek? Aya itu masih muda, untuk apa dijodoh-jodohkan. Kita sudah gak tinggal di zaman Siti Nurbaya lagi. Aya punya hak untuk memilih, siapa pendampingnya nanti.”Astro berusaha bersikap setenang mungkin, saat mempertanyakan hal itu pada Wira yang duduk di sebelahnya. Pandangannya masih lurus, berkonsentrasi dengan kemacetan di depan sana.“Apa kamu pernah lihat Aya dekat dengan cowok selain Asa?” bukan Wira yang menjawab, melainkan Ruby yang duduk tepat di belakang Wira. “Coba kamu li
“Mbak Cahaya, baru sampai kantor, Mas.”Detik itu juga Yasa bangkit, berdiri dan berpamitan pada keluarga besarnya yang tengah mengadakan makan malam di sebuah restoran. Sudah hampir tiga minggu ini, Yasa bolak balik ke Metro untuk menemui Aya, namun selalu berselisih jalan. Yasa sampai harus mendekati satpam Metro untuk bisa menjadi mata-matanya. Agar saat gadis itu sampai ke kantor, sang satpam yang bertugas segera mengabarinya.Sempat beberapa kali salah satu satpam mengabarinya, bahwa Aya baru saja sampai di Metro. Namun saat Yasa sudah sampai di tempat, Aya sudah pergi kembali untuk liputan.“Apa klienmu itu lebih penting daripada keluargamu? Kita lagi makan malam, Yas.” ujar Hatta dengan nada tidak ramah. Menurut pria paruh baya itu, Yasa telah bersikap tidak sopan hendak pergi ditengah-tengah makan malam seperti ini.“Sorry, Dad. But I’ve been dying to meet her.” jawab Yasa tanpa berpikir dulu, karena otakn
Kedua telapak tangannya terjatuh di atas bibir. Menutup erat, menahan suara tangis yang bisa saja pecah, karena sesak yang hampir meledak di dalam dada. Tetes bening itu tumpah, bersamaan dengan tubuh Aya yang merosot jatuh di lantai kamar mandi.Positif!Terlihat ada dua buah garis sejajar yang muncul, beberapa saat setelah Aya melakukan tes pada urinenya sendiri. Hal itu membuat dunianya runtuh detik itu juga.Bukan … tapi bukan kehamilan yang jadi masalah Aya. Sudah ada Yasa yang ingin bertanggung jawab atas kehamilannya itu. Tapi, siapa ayah dari janin yang dikandungnya?Kedua pria yang memasukinya dalam jangka waktu seminggu, sama sekali tidak memakai pengaman.Kepala Aya menggeleng berkali-kali.Tidak … tiba-tiba saja Aya tidak menginginkan janin tersebut. Jalan satu-satunya adalah dengan menggugurkannya. Sebelum semua orang tahu, kalau dirinya telah mengandung.Segera, Aya mengusap wajahnya. Bangkit dan m
Rencana Yasa untuk mengajak Aya ke apotik, gagal seketika. Ia juga tidak bisa mengejar Aya, karena terjebak dengan kedua pria yang punya pengaruh besar dalam kehidupan gadis itu. Mau tidak mau, Yasa haruslah mengakrabkan diri dengan kedua pria setengah baya yang sudah duduk di depannya.“Jadi, kamu Yasa anaknya Pak Hatta, cucu Pak Abraham?” Elo yang sudah tahu sebelumnya dari cerita Bintang, hanya ingin sedikit berbasa-basi dengan pria muda itu.Ketiga pria itu kini berada di sebuah ruang khusus pembicara yang hadir dalam business meeting tersebut. Ketiganya tengah berbicara duduk mengitari sebuah meja kayu berbentuk oval.“Iya, Pak. Sebuah kehormatan bisa ketemu dan bicara langsung dengan Pak El.” Yasa berusaha bersikap setenang mungkin, meskipun jantungnya saat ini telah berguncang heboh. Anggaplah ini latihan, sebelum Yasa bertemu dengan Pras. Seorang pengacara yang terkenal dan sangat disegani dikalangan petinggi negara.Elo me
Dengan wajah yang dibanjiri air mata, Aya melajukan mobilnya memasuki tol. Ia tidak lagi tahu ke mana arah tujuannya. Aya hanya ingin menginjak pedal gasnya sekuat tenaga.“Harusnya, kamu itu gak lahir ke dunia! Karena kamu, papa gak lagi menghabiskan waktunya sama aku.”“Aku yang akan hancurin kamu lebih dulu.”“Kamu yakin itu anakku?”“Kamu mau jadi istri kedua?”“Go to the hell.”Semua ucapan dan kenangan bersama Astro, dari sifat manis pria itu, sampai sebuah perlakuan bejat yang diterima Aya, berputar-putar di benaknya. Selain itu, bayangan bersama Yasa malam itu juga bercampur aduk melintasi pikirannya.Kalau Aya ingin jujur, ia sebenarnya juga tidak tahu, anak siapa yang dikandungnya saat ini. Aya bingung, tidak tahu ke mana harus mengadu. Menunggu tes DNA seperti saran Astro sungguhlah tidak mungkin. Semua keluarga besar ya