Share

Part 7 insiden

Author: Asnafa
last update Last Updated: 2021-09-19 12:29:06

Perlahan Ira mencoba menatap pria jangkung tersebut, saat dia menatap pria itu ternyata dia berada lumayan jauh dari tempat berdirinya sekarang.

"Aku kira akan seperti drama-drama gitu," batinnya telah berpikir berlebihan.

Walaupun tidak sesuai dengan apa yang di pikirkan, akhirnya dia bisa melihat pria dewasa ini dengan jarak yang begitu dekat.

Kesempatan yang bagus akhirnya dia temukan, pertanyaan yang berada di pikirannya sejak lama belum pernah terlontar kepada siapa pun, mungkin inilah waktu yang tepat untuk mengungkapkan di hadapannya langsung.

"Hmm...bo-bolehkah aku tahu nama paman?" tanya Ira pelan karena terlalu gugup.

"Untuk apa?"

Pria itu malah balik bertanya, seketika dirinya penasaran akan beberapa hal.

"Hmm..itu..." jawab Ira tidak jelas, karena bingung mencari jawaban yang masuk akal.

"Itu, buat daftar nama!" Ucap Ira seraya mengambil buku yang berisikan daftar orang-orang yang hadir di acara ini.

Pria itu menatapnya sebentar, jelas ini bukan hal yang penting untuk di tanyakan kepada dirinya secara langsung seperti ini. Namun tanpa sadar dia ingin saja pura-pura terjebak dalam alasan gadis di hadapannya.

"Ada pulpen?" pinta Pria itu.

"Ada, ini!" Ira menodongkan sebuah pulpen.

Pria itu langsung mengambil pulpen beserta buku yang Ira pegang, dia menuliskan nama beserta data yang di minta yang tertera di sana.

"Sudah," ucapnya seraya mengembalikan benda-benda tersebut.

"Terima kasih paman," ucap Ira seraya tersenyum manis.

"Itu bukan hal besar," jawabnya kemudian perlahan pergi.

Setelah pria itu tak terlihat punggungnya lagi, Ira dengan cepat membuka lembar yang di isi pria tadi. Jari jemarinya bergetar hanya untuk sekedar membuka lembaran kertas yang di anggapnya sangat berharga.

"Kalingga Biantara."

"Nama yang indah," dalam batin girang seraya tersenyum akan hal tak terduga seolah seperti sebuah mimpi.

Tanpa sadar wajahnya sekarang sudah seperti kepiting rebus, merah merona.

"Aku berdebar," gumamnya seraya memegang dada yang berdegup kencang.

...

Setelah tujuannya selesai, Ira membaringkan diri di ranjang, mengingat kembali kejadian beberapa saat lalu yang tak mungkin bisa di lupakan begitu saja. Senyum terasa ringan terbentuk di sudut bibir ranumnya yang terlihat manis, dia lihat wajahnya di cermin sambil berpose dengan girang.

"Aku cantik!"

Saking bahagia, dia berguling tak tentu arah seraya memanggil nama indah milik pria yang dia suka.

"Kalingga! Kalingga! Kalingga!"

Inilah kebahagiaan yang sesungguhnya, pada akhirnya setelah sekian lama, nama pria misterius itu dapat di ketahui secara langsung, tanpa perlu bertanya kepada orang lain.

Hari ini mungkin hari terbaik yang pernah dia rasakan, kesedihan sebesar apapun mungkin tak akan berpengaruh terhadapnya, lampu saja terlihat seperti matahari, lantai terlihat seperti aliran sungai, dan awang pintu terlihat seperti gerbang surga, inilah yang di namakan cinta dapat membutakan seseorang.

Tok...tok...

"Ira, ibu berangkat dulu!" ucap Ibu dari balik pintu.

Seketika dia mengubah ekspresi wajah agar tidak di curigai Sang Ibu.

"Aku tak bisa keluar seperti ini," batinnya cemas.

"Iya Bu, Nanti aku menyusul!" teriak Ira tidak membuka pintu.

"Cepat, jangan lama-lama!"

"Iya Bu!" jawabnya.

Dalam suasana bahagia yang menggebu, dia mulai mengangkat tubuh yang berat, rasa malas seketika menyelimuti sekujur tubuh, terasa pegal dan berat.

"Huh! Aku harus segera pergi," batinnya bertekad.

Tak...tak...

Langkah demi langkah menapaki jalanan kecil di gang sempit ini, seperti biasa membantu orang tua adalah hal yang wajib dia lakukan, dua kantong kresek besar di jinjing melintasi jalanan kota yang ramai, terik matahari sudah biasa lagi menyengat hingga ke ubun-ubun, suasana kota memang sangat panas setiap harinya, namun inilah sarapan yang mesti di santap setiap harinya.

"Semoga semuanya terjual habis," dalam batin berharap.

Tak...tak...

Dia menghentikan langkahnya, barang yang menggantung di tangan seketika terlepas tergeletak di aspal. Terlihat lokasi di hadapannya kusut berantakan, tenda-tenda rusak terdampar di pinggiran, hingar-bingar pedagang dan pembeli berubah menjadi tangisan tak bermelodi. Di setiap sudut, orang-orang bercucuran tangis yang menyayat hati, dagangan mereka hancur berantakan tanpa sisa, meninggalkan kesan pahit saat pertama kali melihatnya.

"Ayah, Ibu!"

Secepat kilat Ira berlari mencari Ayah dan Ibu, suara tangisan di setiap sudut hawar-hawar terdengar di telinga, kini Ira hanya terfokus pada tujuannya mencari kedua orang tua di tengah kerumunan tersebut.

Dengan kasar Ira menyelip di tengah kerumunan, mereka terfokus pada benda yang tertutup kain di tengahnya, membuat Ira sangat penasaran.

"Kapan polisi datang?"

"Tidak tahu, mungkin sebentar lagi."

"Kasihan ya."

"Iya tega banget, semoga keluarganya bisa sabar"

Hawar-hawar bisikan kerumunan sedikit terdengar olehnya, dia mendekat ke paling depan hingga terlihat tumpukan yang terlihat seperti jasad tertutup kain.

"Jangan sampai, jangan! Jangan!"

Ira tertelungkup setelah melihat itu, berusaha meyakinkan diri, semua ini tidak mungkin sesuai dengan apa yang dia pikirkan. Sebisa apa pun menahan kekhawatiran, tetap saja cairan bening mengalir begitu saja dari pelupuk mata, membasahi pipi begitu saja.

Seketika dia menyelinap dan langsung membuka kain penutup itu. Benar saja, tangis tanpa sebab tadi kini memiliki alasannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My First Love is Paman (TAMAT)   season 2 part 27 side story

    Dalam malam yang sunyi Raymond duduk di meja kerja, dia membuka lembaran kertas lalu menulis pelan dengan tinta hitam. Tak akan ada orang yang tahu bagaimana perasannya, tak akan ada yang tahu bagaimana sulitnya membunuh rasa cinta, melalui tulisan ringan ini dia ungkapkan segala beban dalam hati yang tak mungkin bisa tercurahkan, kalimat demi kalimat yang indah hanya untuk seseorang yang tak akan mungkin bisa dia gapai.Untukmu malaikat kecilMenurutmu bagaimana cinta ituApakah menyenangkan atau tidak?Selama bertahun-tahun mulutku selalu ingin mengungkapkannya.Fiolyn atau Ayya, aku harus memanggilmu bagaimana?Tingkahmu yang tak jelas, bertindak bodoh dan berusaha kuat, aku tak menginginkan kau melakukan itu semua.Jika aku harus menuruti egoku aku ingin kau hidup sepeti wanita pada umumnya.Normal dan bahagia.Namun aku tahu semua penderitaanmu memang berasal dariku, jika kau ingin marah maka marahlah, aku selalu menunggu kau melakukan itu, agar aku bisa mengurangi sedikit bebanm

  • My First Love is Paman (TAMAT)   season 2 part 26 side story

    Ira wanita itu diam di ujung ranjang sambil meremas jari-jemarinya, rasa gugup sedang melandanya saat ini. Walaupun ini bukan yang pertama kali, akan tetapi jika malam ini di habiskan penuh hasrat seperti waktu itu, mereka benar-benar akan melakukannya dengan kesadaran penuh.Ira sebenarnya tidak tahu apa yang akan terjadi dimalam ini, pernikahan yang diawali dengan kesepakatan dan bukan cinta akankah memiliki alur yang sama?“Atau pura-pura tidur saja ya,” gumam Ira sambil menoleh menatap bantal.Perlahan dia mengambil selimut lalu merangkak menaiki ranjang, namun ketika Ira sedang merangkak tiba-tiba derap kaki terdengar mendekat dari balik pintu. Segera dia membenarkan posisi secepat mungkin, berbaring membelakangi menutup dirinya penuh dengan selimut.Cklek…Pintu terbuka, Pria yang sudah menjalin ikatan resmi dengan Ira itu memasuki ruangan kemudian mengunci pintu.Tak-tak…Suara itu semakin terdengar jelas, Ira berusaha tidak gugup dengan diam tak bergerak seperti tertidur pulas

  • My First Love is Paman (TAMAT)   season 2 part 25 pernikahan (end)

    Keesokan hari, Ira tengah duduk mematung. Sejak pagi dia telah diseret untuk melakukan persiapan pernikahan, tubuhnya terasa telah diobrak abrik oleh satu penata rias dan dua penata busana. Ira sekaan boneka yang bisa dimainkan sesuka hati mereka.Dengan wajah tak berekspresi sedikitpun, Ira malah harus menyaksikan kejutan lain lagi. Alfa adik satu-satunya itu datang menghampiri dengan setelan jas hitam datang bersama wanita yang terkenal dengan tingkah gilanya. Lisya, wanita itu membawa Alfa untuk menemui Ira."Kakak selamat atas pernikahannya," Alfa memberi selamat dengan malu-malu, ada rasa bersalah yang mendalam kala melihat sang kakak memakai kebaya untuk akad.Ira hanya bisa menatap nanar sang adik. Ingin rasanya dia terkejut namun semua kejutan itu datang terlalu cepat hingga Ira hanya bisa melamun tak percaya."Hai, Ibu mertua, aku membawa hadiah yang cocok kan untuk pernikahanmu," ucap Lisya dari belakang Alfa."Aku akan pergi, jelaskanlah pada kakakmu agar tak ada kesalahpah

  • My First Love is Paman (TAMAT)   season 2 part 24 rencana tak masuk akal

    Tak ada pengharapan yang lebih besar daripada ini. Ira memohon sekuat mungkin, berharap ada malaikat yang datang dalam situasi mencekam ini. CkckckckHendel toilet seperti dipaksa terbuka, bergerak tak tentu dengan bunyi besinya."BUKA!" Teriak dari luar sembari memukul-mukul pintu. Ira tak bisa bertahan lagi, kesadarannya hampir hilang seiring ketakutan menjalar. Nafasnya terengah kala desakan demi desakan terdengar dari luar."Hggg..." Nafas semakin sulit keluar, semakin sesak dan sesak.Di situasi menegangkan yang terjadi, suara dobrakan dari pintu kamar samar terdengar."Ra! Kamu di dalam?" Terdengar seperti itu samar-samar.Ira perlahan membuka matanya, ingin dia berteriak, ada dia di dalam sana, namun jangankan untuk berbicara, bernafas saja sudah teramat sulit. Kesadaran terasa hampir hilang, Ira memeluk dirinya di sudut, memasrahkan semua keadaan pada Tuhan....Di ranjang rumah sakit, Ira terbaring dengan kondisi buruk. Peristiwa percobaan pelecehan yang di rencanakan Bram d

  • My First Love is Paman (TAMAT)   season 2 part 23 pria misterius

    Pembicaraan singkat telah selesai begitu saja meninggalkan rasa canggung di antara Ira dan juga Lingga. Sepanjang perjalanan, mata wanita cantik itu terus tertuju pada jendela. Seolah-olah ada pikiran yang membebani dirinya. Perjalanan terasa singkat hingga tak terasa Ira dan Zed telah tiba di hotel. Hari ini berjalan melelahkan, bukan tentang bagaimana Zed bahagia, namun tentang dirinya sendiri yang tak bisa melupakan masa lalu. Lingga, pria itu memanglah baik, kesalahpahaman dimasa lalu yang telah dijelaskan rinci dan pengorbanan saat ini telah menggoyahkan tekad Ira.Sambil melihat Zed disampingnya, Ira tersenyum."Sekarang bagaimana? Aku semakin takut untuk bertemu dengannya," batin Ira sembari melihat Zed. Wajah manis dan menggemaskan itu sangat mirip dengan Lingga. "Aku harus mulai menjauhinya."...Esok menjemput, Zed tampak lebih semangat memulai hari, dengan setelan kaos dan celana selutut, Zed telah siap bertemu sang ayah."Mama! Ayo kita berangkat!" Panggil Zed sembari m

  • My First Love is Paman (TAMAT)   season 2 part 22 tentang hubungan ini

    Ira tersenyum dan mengambil bola dari tangan Zed. "Baiklah," ujarnya sambil melempar bola ke Zed. Zed tertawa dan menerima bola itu, kemudian melempar kembali ke Ira.Namun, Ira tidak pernah melempar bola ke arah Lingga. Meski Lingga mencoba untuk bergabung dalam permainan, Ira selalu melempar bola ke arah Zed atau menghindari Lingga dengan lemparan yang lebih jauh. Lingga cukup memahami sikap tersebut dan tidak memaksakan diri untuk ikut bermain.Setelah bermain sejenak, Ira mengajak Zed untuk pulang. Wanita itu merasa lega dan bersyukur bahwa dia masih bisa merasa dekat dengan Zed, dan bahwa Zed masih membutuhkan kehadirannya sebagai ibu. Meski masih ada kekhawatiran, Ira tahu bahwa dia akan selalu berusaha untuk menjadi ibu yang terbaik bagi Zed....Di hotel HL&B Zed telah tertidur di pangkuan Ira. Disaat itu Arkana memberi saran."Nak, bagaimana kalau kamu menginap saja disini, Zed sudah kelelahan." Ira melihat wajah putranya yang nyenyak dalam pangkuan. Ya Zed pasti kelelahan,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status