Share

Part 8 teman

BEBERAPA HARI KEMUDIAN...

Ira duduk di atas kursi menikmati semangkuk bubur yang terasa manis. Entah karena ada seseorang di hadapannya atau memang bubur ini terlalu banyak gula. Raga ini bergerak dengan sendirinya mengikuti bisikan hati, padahal beberapa saat lalu tekad yang dia miliki masih kuat, kesedihan pun masih menyelimutinya mengikuti setiap langkah.

Mangkuk yang di pegangnya, perlahan dia simpan, kini makanan yang di bawa Lingga lenyap dalam beberapa menit, habis tanpa sisa.

"Sudah?" tanya Lingga.

"Hmm," jawabnya dengan anggukan.

Lingga membawa nampan berisi mangkuk kotor dan secangkir air putih ke dapur. Langkah pria itu dari belakang terlihat sangat dewasa, kedua lengan kemeja yang menyingsing menambah pesona luar biasa di mata Ira.

"Huh!"

Walaupun dalam keterpurukan yang hampir menjatuhkannya dalam jurang kematian, pada akhirnya hanya karena pria itu, Ira sedikit mendapat semangat hidup. Ini memang terlihat seperti hal sederhana, perhatian kecil dari orang yang kita suka, namun bisa menyalakan api kecil yang hampir padam.

Aku kenapa? Padahal saat ini aku sama sekali tak ingin melihat siapa pun di dunia ini, tapi mengapa dia bisa mematahkan egoku? hanya karena semangkuk bubur, kenapa dia bisa membuatku kembali berharap hidup? Semakin lama aku semakin tak mengerti diriku sendiri.

BAK...

"Ira!" teriak seseorang sambil melempar pintu.

Seketika Ira mendongak melihat ke arah datangnya suara menggelegar tersebut.

"Ra..." ucapnya menggantung. Suaranya bergetar, nada yang di keluarkan pun terdengar sayu hingga menusuk lubuk hati yang terdalam.

Tanpa sadar, cairan bening mengalir deras melintas di pipi gadis itu, segera dia menyeka air mata yang tak henti terus bercucuran menutupi segala kesedihan.

"Ira, maafkan aku," ucap laki-laki itu yang tak lain teman masa kecil Ira, dia menundukan kepala di hadapan Ira dengan suara yang bergetar.

Sekuat tenaga Ira menahan air yang tak mudah dia hentikan, menggigit bibir bawah sekuat mungkin agar tangisnya tidak kembali pecah. Ingin sekali dia mengucapkan kata" aku tidak apa-apa," namun jangankan untuk satu kalimat, bahkan satu huruf saja tidak bisa dia ucapkan.

Adri perlahan mengangkat wajahnya, dia lihat sahabatnya kini berusaha sekuat mungkin untuk tegar di hadapannya, seketika Adri memeluk tubuh gadis kecil itu, membiarkannya jujur akan apa yang di rasakannya sekarang.

"Hiks...hiks..." tangis Ira pecah, begitu menyayat hati mendengar tangisan yang terdengar sangat menyakitkan.

Adri mengusap punggung Ira, sesekali dia usap pucuk kepala gadis itu, menenangkannya dalam kehangatan sesaat.

"Aku terlambat," batin Adri kecewa.

Dari balik pintu sana seseorang sedang menatap kemesraan mereka berdua, langkahnya berbalik ke arah lain, membiarkan mereka menikmati suasana haru bersama.

...

Lingga duduk di sebuah kursi di ruang tengah seraya mengambil dawai di saku celana. Hari menjelang sore, sekarang adalah waktunya untuk pulang seperti keinginannya.

Tiba-tiba Alva datang dari luar dengan wajah yang lesu, di salah satu tangannya menggantung sebuah plastik putih berisikan jajanan kaki lima. Dia melirik Lingga yang hendak beranjak pergi, namun segera Alva menghentikannya dengan sedikit basa-basi.

"Paman!" Panggil Alva.

Lingga menghentikan niatnya untuk pulang, dia kembali duduk di dampingi Alva di sampingnya.

"Paman, bolehkah aku berbicara dengan paman?" tanya Alva seraya membuka kantong plastik berisi jajanan kaki lima.

"Hmm?" Jawab Lingga seraya menyimpan kembali dawai ke dalam saku celana.

"Aku akan sedikit cerita, ini tentang kakakku.... Saat ini kakak sedang sakit, aku tak bisa melakukan apa pun untuknya, selama beberapa hari ini, kakak tidak makan, aku sudah meminta bantuan kepada beberapa orang, namun pada akhirnya hasilnya tetap sama. Tapi setelah paman datang, kakak sedikit berubah, dia mulai makan, dan membuka kembali dirinya, aku jelas merasakan perubahan itu, Kakak berubah karena paman." jelas Alva.

"Apakah benar seperti itu?" tanya Lingga menguji.

"Aku tak mungkin berbohong kepada paman bukan?"

...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status