Share

BAB VI

Nata baru saja selesai mandi dan melaksanakan sholat wajib. setelah selesai mandi semenjak kembali dari salon. Nata melepas lelah dan membaringkan tubuhnya di tempat tidur sambil membaca pemberitahuan dari kampus tentang jadwal materi besok. Nata pun tak lama tertidur.

Keesokan hari di Mansion milik si Ibra tampan.

"Bagaimana Morgan, apa kau menemukan gadis itu?"

"Maaf Meneer, sepertinya aku minta waktu untuk mencari gadismu itu Meneer." Dalam hati sebenarnya Morgan mengejek Ibra karena tergila-gila pada gadis cupu yang tak berguna seperti Nata. Itu menurut Morgan.

"Apa alasan mu bilang kalau dia gadisku?" Tentu saja Ibra tidak senang dengan nada bicara Morgan barusan.

"Tidak Meneer, maksudku bukankah belakangan ini saya punya misi untuk melacak informasi tentang wanita itu, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bahwa kita tidak mengenal namanya, bagaimana kita melacak tentang dia Meneer."

"Sudah, tidak usah mencari alasan, kalau saya tahu namanya lalu untuk apa kau ku gaji?" Lirik Ibra menekan.

"Saya mengerti Meneer."

"Bagaimana hasil laporan dari kantor Denhag? Apa sudah ada perkembangan?"

"Tentu meneer, semua tim berkerjasama dan berkemungkinan minggu depan pihak Vopak corp akan datang berkunjung ke kantor cabang, dan Meneer Vopak setuju dengan tawaran yang kita ajukan."

"Bagus, berita bagus, saya puas dengan kerja mu. Tapi ingat misimu belum selesai." Ibra kembali menekan Morgan.

"Tentu Meneer, saya tahu apa yang harus saya lakukan.

[ Kampus Erasmus Rotterdam ]

Nata melangkah dengan pasti, sesekali merapikan rambutnya agar tetap rapi dan lurus ke belakang, jujur sebenarnya Nata masih merasa asing dengan penampilan barunya. Namun bagaimana pun dia harus membiasakan dirinya mengingat penampilan para mahasiswi lainnya yang lebih menawan bahkan vulgar darinya.

Sudah sewajarnya untuk Nata harus berubah, dia bukan anak remaja yang baru tamat SMP kemaren sore, saat ini dia adalah mahasiswi Pascasarjana yang dikirim ke Belanda dari negerinya.

Ini adalah hari pertama bagi Nata dan para mahasiswa Pascasarjana lainnya disini, ya disebuah ruangan yang bernuansa kastil dan ukiran-ukiran seniman di dinding dan bagian langit-langit ruangan, sangat menakjubkan dan juga ruangan yang sangat luas.

Semuanya sudah berkumpul dan mengambil posisi masing-masing, termasuk Nata. Tidak lama kemudian seorang dosen paruh baya dengan kepala plontos dan perut sedikit buncit memasuki ruangan.

"Goedemorgen guys, laat me je voorstellen ik ben Professor Thomas Eden= selamat pagi semua, perkenalkan saya Professor Thomas Eden. Dan saya salah satu dosen anda di ruangan ini sekaligus dosen akademik anda. Jadi untuk saudara semua saya harapkan kerjasamanya dan tidak usah sungkan apabila ada yang dirasa perlu." 

Sapa Professor Thomas dengan ramah saat tiba didepan seluruh mahasiswa Pascasarjana.

"Selamat pagi juga prof." Beberapa dari mereka menjawab serentak.

"Dan saya merasa terhormat karena terpilih untuk menjadi dosen anda disini. Dan yang saya dengar sebelum kesini beberapa dari kalian berasal dari berbagai negara termasuk Indonesia. Apa saya boleh tahu siapakah mahasiswa yang beruntung dari Indonesia?"

Semuanya hampir saling pandang, menerka siapa diantara mereka yang dari Indonesia. Tidak lama Nata pun berdiri, semua menoleh ke belakang, alhasil saat ini Nata menjadi pusat perhatian para mahasiswa Pascasarjana.

Gadis cantik dengan penampilan sederhana, rambut hitam terurai tidak sampai pinggangnya, kulit sawo matang dengan deretan gigi yang rapi, saat ini menggunakan sepatu sneaker berkelas rendah, sebenarnya tidak ada yang waw dari Nata, hanya satu karena dianugerahi cantik luar dalam oleh sang pencipta.

"Selamat pagi prof." Sapa Nata berusaha semanis mungkin.

"Pagi juga, ternyata anda gadis beruntung yang diundang kesini, selamat ya, kami semua senang bisa bergabung dengan anda." Sambut Professor ramah.

"Terima kasih Professor."

"Bisakah kami meminta anda untuk memperkenalkan diri, dan saya minta agar bergiliran ya!" Perintah Professor kepada seluruh mahasiswa Pascasarjana.

"Selamat pagi semua, kenalkan saya Nata dari Indonesia, usia 22 tahun sebelumnya dari jurusan Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia Jakarta. Dan saya sangat berterima kasih dan merasa terhormat bisa bergabung dengan anda semua disini. Terima kasih."

Semua berdecak kagum dan memberi tepuk tangan sebagai tanda setuju dari Nata begitu juga dengan Professor Thomas.

Akhirnya tiga jam kemudian para mahasiswa dari ruangan Nata bubar setelah melakukan perkenalan masing-masing kemudian menerima rangkaian materi dan arahan dari Professor Thomas. Sebelum kembali ke apartemen Nata sengaja mampir ke perpustakaan kampus untuk mencari beberapa buku materi kuliahnya.

"Hai, nona Nata, kenalkan saya Boby teman satu jurusan dengan anda, apa anda ingat waktu perkenalan tadi?"

Tiba-tiba seorang pemuda yang lumayan tampan dan seumuran dengan nya menyapa dari samping Nata yang saat itu sama-sama mencari buku yang mereka perlukan.

"Hai Boby, ya saya ingat, senang berkenalan denganmu. O iya apa kamu juga mencari buku yang sama?"

Tanya Nata dengan ramah, dan sebenarnya dia juga senang bisa punya teman apalagi dari satu jurusan.

"Iya, apa kau juga, berarti kita sama dong. Bagaimana setelah buku-buku nya dapat kita mampir dulu ke Royal kafe? Itung-itung menyambut pertemanan kita."

Nata pun berpikir sejenak, kemudian mengangguk.

"Ok, saya setuju, heii apa hanya kita berdua?" Nata kembali bertanya.

"Tidak, tentu saja tidak, kalau kau tidak keberatan aku akan memperkenalkan mu dengan teman-teman yang lain, memang sih tidak satu jurusan, apa kau keberatan?"

"Tentu tidak, saya senang jika saya akhirnya punya banyak teman disini."

Nata dan Boby Milner pun merasa lega setelah menemukan beberapa buku yang mereka inginkan. Dan melangkah bersamaan menuju halte yang ada di depan kampus.

" Hai Bob, siapa aja yang ikutan?" Tiba-tiba seorang wanita berambut pirang menyapa mereka.

"Hai Janet, kenalkan ini Nata teman kita dari Indonesia." 

"Hai, saya Nata senang bertemu dengan mu." Sapa Nata ramah.

"Janet, saya juga." Sapa Janet tidak kalah ramahnya.

"Mana yang lain, apa cuma kita?" Tanya Boby pada Janet.

"Semua pada banyak urusan Bob, mereka belum sempat diajak nongki, mungkin lain kali."

"It's ok, yuk sebelum perut aku meronta nih." Kelakar Boby sambil mengajak kedua gadis cantik itu.

Dipinggir jalan tepatnya di tepi trotoar di tempat yang sama saat Nata diselamatkan Ibra kemaren, disanalah mereka bertiga berjalan  kaki menuju Royal kafe.

Disaat bersamaan Morgan yang hendak menuju ke Royal kafe bersama Ibra sedang menunggu lampu hijau menyala. Tidak lama ketiga mahasiswa itu pun menyeberang, mata Morgan dan Ibra seperti terhipnotis untuk memperhatikan ketiga anak muda yang sedang melintas didepan mereka.

Morgan dan Ibra saling tatap dan melotot.

"Meneer, gadis itu!"

"Morgan, gadis itu!"

Keduanya pun berteriak serentak.

Tit! Tit! Tit!

Suara klakson kendaraan lain pun saling bersahutan dibelakang mobil mereka, Morgan pun akhirnya kembali menyetir dan tancap gas dari sana.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status